Terimakasih kakak ipar.

Daren yang biasanya dingin dan tanpak tak tersentuh kini lemah dan ketakutan hanya karena gadis dalam pelukannya tidak sadarkan diri dan terluka. Lean yang mengemudi terus kena marah karena Daren merasa Lean begitu lambat mengemudi, padahal Lean sudah mengemudi di atas rata rata.

Hanya karena cemas Daren tidak menyadari segalanya, fokusnya hanya pada Mahira.

"Boss, tenang saja sebentar lagi kita sampai di rumah sakit, aku juga sudah memberitahu pihak rumah sakit untuk bersiap." ujar Lean melapor.

Daren tidak menjawab tetapi pria itu setuju dengan Lean.

Daren melihat Mahira memakai jepit rambut pemberiannya, seandainya Mahira tahu Daren tidak membeli ini tetapi dia membuatnya secara pribadi hanya untuk Mahira.

Daren senang Mahira menerimanya dan memakainya, tapi rasa senang itu tidak bisa mengalahkan kecemasan nya kepada gadis itu.

"Mahira buka matamu." Daren menepuk nepuk pipi Mahira berharap gadis itu membuka matanya.

"Bisakah kau lebih cepat lagi!!" Teriak Daren.

"Boss, aku sudah mengemudi cepat, kita tidak bisa melanggar aturan, kalau Polisi menilang kita maka masalah akan semakin runyam."

Tangan Daren mulai bergetar, di saat seperti ini penyakit lamanya kambuh, sudah lama Daren tidak menyalami ini tetapi karena melihat Mahira terluka penyakit lama datang lagi.

"Boss, obatmu ada di saku jok sebelah kiri." Ucap Lean saat melihat tangan bossnya bergetar hebat.

Lean sudah cukup lama bekerja di bawah Daren dan mengenal baik bossnya termasuk penyakit aneh yang di miliki Daren.

Daren menjangkau saku jok sebelah kanan dengan susah payah, dia melihat botol obat yang sudah lama tidak dirinya minum, tangannya semakin bergetar, Daren kesulitan membuka botol obat apalagi tangan yang lainnya dia gunakan untuk memegang Mahira dalam pelukannya.

"Boss, berikan padaku botolnya." ujar Lean.

Daren melemparnya dengan susah payah, untungnya Lean cukup ahli, dia berhasil menangkap botol obat lalu membukanya dia mengambil dua tablet obat dan memberikan nya pada Daren dengan satu tangan.

Tangan Daren bergetar hebat tetapi dia tidak menyerah, Daren mengulurkan tangannya hingga obat itu ada di tangannya, Daren langsung memasukkan nya ke dalam mulutnya tanpa minum.

Rasa pahit yang ada di mulut Daren bukan apa apa, dengan lancar Daren menelannya dan sedikit terbatuk setelah tidak lama setelah obatnya di telan.

Setelah beberapa saat getaran di tangannya perlahan berkurang dan berhenti.

...----------------...

Hospitals Madrid.

Begitu mobil Daren berhenti, beberapa Dokter dan perawat datang dan langsung membantu Daren, mereka mendorong brankar dimana Mahira di baringkan di sana.

Daren mengikuti mereka sambil terus memegang tangan Mahira yang mulai dingin.

"Cepat bersiap.." ucap seorang Dokter dengan bahasa Spanyol.

Para perawat mempercepat langkah mereka hingga mereka masuk ke ruang UGD, Daren ingin mengikuti tetapi pintu langsung di tutup.

Daren berdiri di depan pintu dengan ekpresi suram.

Pintu ruang UGD di sebelah tiba tiba terbuka, sosok Sakian muncul sambil berbicara dengan Dokter. Daren melihat Sakian langsung menghampirinya dan menarik kerah kemeja Sakian.

"Dimana Bossmu? Dia datang ke Spanyol membawa Mahira dan membiarkannya berkeliaran sendirian, Suruh dia datang padaku dan lawan aku." Daren hampir memukul Sakian tapi di hentikan Lean.

"Boss, Nona Mahira dan temannya sedang berjalan jalan namun ada bom dan nona Mahira berusaha menyelamatkan diri."

Sakian yang mendengar Mahira segera melepaskan cengkraman tangan Daren di kerahnya, dia menatap bahagia. "Dimana nyonya Boss?"

Daren menatap Sakian lalu ke ruang UGD tempat Mahira di rawat.

Sakian mengerti maksud tatapan Daren.

"Beritahu Boss mu."

Sejujurnya Daren tidak ingin memberi tahu Reyvan, tetapi yang lebih berhak mengetahui keberadaan Mahira adalah Reyvan, karena dia adalah suaminya.

Sakian tidak membuang waktu, dia menelfon Reyvan dan memberitahunya Mahira sudah di temukan.

...----------------...

Dua puluh menit kemudian Reyvan tiba, dia berlari secepat yang dia bisa, dalam hatinya dia tidak henti henti mengucapkan penuh rasa syukur, dari sejak mendapatkan telfon bahwa istrinya menghilang dan kemungkinan menjadi korban pengeboman, perasaan kalut dan tidak bisa tenang, fikirannya kacau tidak tahu harus melakukan apa selain mencari istrinya.

Reyvan melihat Sakian yang berdiri di depan Ruang UGD, Reyvan juga melihat Daren bersama tangan kanannya sedang mendiskusikan sesuatu.

Tatapan Reyvan dan Daren saling bertemu, tidak ada kata yang keluar dari bibir mereka tetapi aura permusuhan dan kebencian seakan memenuhi udara di sekitar mereka.

Daren melangkah berdiri tepat di depan Reyvan.

"Aku membiarkan kalian bersama dan tidak mengganggu hubungan kalian dengan alasan kau bisa menjaganya, tetapi dua kali aku menemukannya dalam masalah. Reyvan Daguezze jika kau tidak mampu menjaganya biarkan aku yang melakukannya."

Reyvan menatap Reyvan, mata mereka sama sama tajam saling menata satu sama lain, tetapi tiba tiba ekspresi Reyvan berubah dalam sekejap dari bermusuhan menjdi penuh hormat, dia membungkuk di hadapan Daren.

"Terimakasih kakak ipar sudah menyelamatkan istriku, aku sangat berterimakasih sungguh." Reyvan mengatakan kata terimakasih dengan lancar dan menekan tiga kata yang membuat Daren merasa di siram air dingin.

Reyvan seakan mengingatkan hubungan terlarang yang di miliki Daren dan Mahira Jika bersama.

Daren mengangkat alisnya lalu tertawa mengejek. "Sama sama." Ucap Daren lalu berjalan pergi di ikuti Lean.

Daren memasukan kedua tangannya di saku celana sambil berjalan, setiap langkahnya penuh kesepian dan kekecewaan, ekspresinya begitu tenang sulit mengetahui apa yang dia pikirkan, apakah dia bahagian atau sedih.

Reyvan menatap pintu UGD ruangan Mahira.

"Apa yang di katakan Dokter?" Tanya Reyvan.

"Luka nya tidak terlalu dalam, Nyonya hanya kelelahan dan terlalu syok." Jawab Sakian.

Reyvan melirik pintu ruangan satu lagi.

"Vanilla?"

"Nona Vanilla juga baik baik saja, mungkin ini pertama kalinya nona mengalami hal seperti ini dia mengalami demam, mungkin karena ketakutan dan butuh istirahat lebih banyak."

Reyvan mengangguk mendengar penjelasan Sakian.

"Temani dia, mungkin tengah malam dia akan bangun, dia memiliki kebiasaan buruk tidur sambil berjalan saat sedang sakit."

Sakian terdiam, dia ingin menolak untuk menjaga Vanilla dan bisa menyuruh anggota Tacky menjaganya, tetapi Sakian ingat ekspresi ketika Vanilla ketakutan dan memeluk erat dirinya, menolak bekerja sama dengan Dokter karena Dokter orang asing yang tidak di kenal gadis itu.

"Jika kau tidak bersedia bisa memang-"

"Aku akan melakukannya." Sakian buru buru menyetujuinya.

Reyvan mengangguk puas, dia duduk di bangku yang di sediakan untuk pihak keluarga menunggu pasien, kemungkinan Dokter akan selesai merawat Mahira, dan Reyvan tidak ingin kehilangan moment sedikitpun.

Benar saja tidak lama kemudian Dokter keluar bersama dua perawat yang membawa peralatan medis bekas seperti kapas dengan darah kering, suntikan, botol obat gunting dan perban.

Reyvan segera berdiri.

"Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Reyvan berbahasa Spanyol cukup lancar.

Dokter menatap Reyvan, sejenak keningnya berkerut karena kebingungan, Dokter berpikir suami dari Mahira adalah Daren, tetapi pria di depannya ini mengaku sebagai suami pasien.

Dokter yang sempat bengong kembali sadar, dia tersenyum dan meminta maaf lalu menjelaskan kondisi Mahira saat ini.

"Nyonya Daguezze baik baik saja, hanya perlu banyak istirahat dan lukanya tidak boleh terkena air selama seminggu,"

"Apa tidak ada luka dalam?" Reyvan sangat khawatir.

"Tidak ada, hanya itu saja." Jawab Dokter.

Reyvan mengangguk.

"Kalau begitu saya permisi." Dokter pamit pergi.

Reyvan menunggu Mahira di pindahkan ke ruang pemulihan, dua suster mendorong ranjang Mahira dan menindahkannya ke ruang pemulihan VIP.

Reyvan menguti mereka.

...----------------...

Daren duduk di parkiran rumah sakit sambil menatap bintang bintang. Lean sebagai asistennya hanya bisa mengikuti dan ikut menikmati kesedihan Boss, bagaimanapun Lean sudah lama mengikuti Daren, melihat Boss seperti ini hatinya juga sakit.

"Boss kenapa kamu pergi dari sana, kamu bisa menunggu Nona sadar dan melihatmu." tanya Lean.

Daren tertawa namun perlahan tawanya berubah sedih.

"Dia akan mencariku jika peduli padaku."

Lean merasa prihatin untuk Boss nya, menurutnya Boss adalah orang yang baik, siapapun yang bersamanya dia sangat beruntung, sayangnya Boss harus memiliki perasaan itu pada adik tirinya.

"Boss, kita harus kembali ke negara kita,"

Daren terdiam, dia masih ingin di sini karena Mahira juga di Spanyol.

"Boss, kita tidak bisa mengambil resiko besar dengan berlama lama di Spanyol, mungkin Outan akan melacak kita dan menemukan kita, dan bukan kita saja Nona Mahira juga akan dalam bahayan."

Yang di katakan Lean benar, jika mereka mengetahui hubungan Daren dan Mahira, kemungkinan Mahira akan menjadi sasaran empuk sama seperti yang di lakukan Verius tadi siang.

"Ayo kembali..." Ujar Daren sambil berdiri.

Lean menghela nafas lega, akhirnya dia bisa membujuk Daren meskipun harus menggunakan Mahira.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!