Mahira menghentikan mobilnya di depan club eksotik sesuai yang di tunjukan GPS, dia keluar dari mobil dan bertemu beberapa gadis muda yang berpakaian seksi tidak sesuai dengan usianya, ada juga beberapa anak laki laki yang bersiul saat gadis gadis muda itu melewati mereka.
Mahira membuka tasnya dan mengambil lipstik merah menyala lalu mengaplikasikan di bibirnya membuat Mahira terlihat seperti wanita nakal yang biasa pergi ke club malam, Mahira menyimpan kembali lipstik nya lalu berjalan masuk ke dalam ke club malam.
Ini adalah pertama kalinya Mahira datang ke club malam, di dunia nyata ataupun di dunia novel ini pertama kali baginya berkeliaran di tempat seperti ini.
Di dunia nyata Mahira seorang Dokter bedah termuda di rumah sakit ketentaraan, jadi kehidupannya dan pola hidupnya harus di jaga baik baik, dan sekarang Mahira bukan siapa siapa selain istri dari Reyvan Daguezze, itu pun tidak banyak orang yang tahu seperti apa istri Reyvan Daguezze.
Mahira berjalan ke arah bartender dia duduk di sana dan memesan jus jeruk.
"Nona minuman apa yang anda inginkan?" Tanya Bartender yang terlihat masih muda mungkin sekitar umur dua puluh tahun.
"Jus Jeruk." ujar Mahira.
para wanita yang tak jauh dari Mahira tertawa mendengar Mahira memesan jus jeruk, mereka mengejek Mahira.
"Jika hanya untuk menikmati jus jeruk, untuk apa datang ke sini, seharusnya nongkrong saja di kafe." Ujar salah satu wanita yang dada yang besar bahkan baju yang di kenakannya tidak mampu menutupinya.
"Benar, aku kadang merasa heran dengan orang orang yang datang ke club malam hanya minum jus, kenapa tidak sekalian saja minum susu." sahut wanita satunya yang memiliki wajah bulat tetapi tubuhnya agak kurus, Mahira yakin dia seorang pemakai.
Mahira mengabaikan ejekan mereka, dia hanya melirik nya dan kembali menikmati jus jeruk.
Mahira gadis yang cantik, kedatangannya menjdi pusat perhatian dan beberapa pria memperhatikan gerak geriknya.
Tiba tiba seorang pria datang dan duduk di samping Mahira memesan anggur merah dengan kadar alkohol cukup tinggi.
Mahira mengacuhkannya dan hanya duduk bermain ponsel membalas pesan Vanilla.
Kau dimana, kau tidak ada di rumah?
(Aku di Club Eksotik.)
**Eksotik. Kau sedang apa di sana?
Tunggu aku, aku akan datang ke sana segera**.
Vanilla sangat khawatir mengetahui Mahira ada di club malam, dia segera menghubungi nomor Reyvan tetapi tidak tersambung.
"Sial! Dimana kakakku sekarang." Vanilla memakai jaketnya dan juga tas, lalu pergi dari rumah diam diam tanpa membut keributan.
Club Eksotik.
"Hai cantik..." ucap pria yang duduk di samping Mahira.
Mahira melirik kiri dan kanan. "Kau bicara padaku?" Mahira menunjuk dirinya.
"Tentu, tidak ada wanita secantik dirimu di sini."
Mahira mengangkat alisnya, dia menatap pria itu acuh.
"Berapa banyak wanita yang terjebak dengan kata kata sialan seperti itu, huff.... aku sangat kasihan pada otak mereka yang di bawah rata rata." ujar Mahira.
Pria itu tertawa dia merasa Mahira sangat menarik, selain dari wajahnya yang cantik sikapnya juga membuat hati pria itu berdebar.
"Kau sangat menarik, dari sekian banyak gadis yang pernah ku temui kau yang paling berbeda." ucap pria itu.
Mahira menyibakan rambut panjangnya dan ingin meninggalkan tempat duduknya, Mahira sudah berdiri dan siap melangkah pergi tetapi pria itu dengan berani memegang tangan kiri Mahira.
Jijik dengan hal itu, Mahira menamparnya membuat pria itu limbung dan melepaskan tangan Mahira.
Mahira mengambil tisu dan menyeka tanganya.
Pria itu mengusap pipinya yang masih terasa panas dan perih, bukan saja pipinya yang sakit tetapi harga dirinya juga merasa di injak injak dan di permalukan di depan semua yang ada di Club.
"Sialan!!! beraninya kau Bi**h."
Pria itu mengangkat tangannya dan ingin memukul Mahira, Mahira belum siap dia memalingkan wajahnya sambil memejamkan matanya.
Mahira menunggu rasa sakit datang padanya , namun setelah sekian detik Mahira tidak mendapatkannya.
Mahira membuka matanya dan melihat punggung seorang pria yang berdiri di hadapannya.
Plakkk.....
brrakkk...
bughhhh.....
Pria yang mencoba menampar Mahira di hajar habis habisan oleh seorang pria yang bahkan Mahira tidak tahu siapa, Mahira hanya bisa berdiri kaku di bawah sorotan orang orang.
Mahira tidak dapat dengan jelas memastikan siapa orang itu karena pencahayaan yang remang remang membuat dia sulit mengenalinya.
"Ampun.. ampun.. ampun... Maafkan aku.." pria itu ketakutan dan berlutut di kaki pria yang memukulnya.
"Pergi dari sini, jangan ganggu gadis ini, jika kau berani mengganggunya. Aku akan datang mencarimu dan menghajarmu lebih dari ini."
"Iya... iya.. iya..."
Pria yang mengganggu Mahira pergi dengan wajah babak belur.
Perlahan pria yang menjadi penolong Mahira membalikan tubuhnya, wajah pria itu tampan setampan aktor yang seliweran di layar lebar, tetapi mata pria itu sangat tajam dan dingin.
"Kenapa kamu di sini?"
Mahira tercengang begitu melihat wajahnya. "Daren...."
Daren melihat penampilan Mahira dari atas ke bawah, dia melepaskan jasnya dan memberikannya. Mahira tidak langsung menerimanya, dia hanya menatap jas Daren yang di sodorkan.
"Pakai dan jangan kedinginan."
Mahira terpaksa menerimanya lalu memakainya, aroma Cologne bercampur rokok memberi bau yang khas, tubuh Mahira lebih hangat setelah di bungkus jas Daren.
"Ini bukan tempat yang baik, sedang apa kamu di sini dan dengan siapa?" Daren bertanya penuh selidik.
Mahira terbata-bata menjawab pertanyaan Daren.
"A..aku..Aku hanya,,,,"
Daren tahu Mahira datang sendiri tanpa di ketahui Reyvan.
"Ayo aku antar pulang,"
"Tidak. Aku bawa mobil sendiri, aku akan pulang segera." Sejujurnya Mahira takut pada Daren, apalagi di novel di ceritakan Daren beberapa kali ingin memperkosa Mahira.
Daren memasukan kedua tangannya ke saku celana, posenya persis seperti model pria di majalah Fashion.
Daren mengerutkan keningnya saat merasakan ada benda di dalam saku celananya, dan tiba tiba dia mengingat sesuatu.
Daren melihat jam yang sebentar lagi akan menunjukan pukul dua belas malam.
Teng....
Jam dua belas malam.
"Mahira..." Daren memanggil.
"umh.."
Daren mendekat dan pendekatan itu membuat Mahira ketakutan.
Daren mengeluarkan sesuatu dari saku celana lalu membungkuk dan memakaikan jepit rambut berbulu di rambut Mahira.
"Selamat ulang tahun..." Ucap Daren.
Mahira kaget, karena sikap Daren dan juga ucapan selamat ulang tahunnya, Mahira mendongak menatap Daren. Sepertinya waktu telah berhenti saat ini, tiba tiba saja Jantung Mahira berdebar debar lebih kencang dari biasanya, lalu ada rasa sakit yang entah datang dari mana saat menatap Daren.
Ini perasaan Mahira asli, jadi dia mencintai Daren dan bukan Reyvan. Batin Mahira.
Mahira memegang dadanya karena jantungnya semakin kencang berdebar.
"Mahira!!!!!!!!!" Tiba tiba teriakan Vanila yang seperti orang gila menarik perhatiannya dan semua orang yang mendengar.
Mahira menoleh dan melihat Vanilla berlari dengan memakai baju tidur yang di tutupi jaket bahkan memakai sendal jepit yang biasa di gunakan di rumah.
Vanilla langsung memeluk Mahira dan memeriksa apakah gadis itu baik baik saja atau tidak.
"Kenapa kau pergi ke bar sendirian, kau ingin celaka. Ayo pulang." Vanilla sangat marah belum menyadari keberadaan Dare.
"Jaket siapa yang kau pakai?" Vanilla menoleh dan melihat Daren yang berdiri menatap mereka berdua, lebih banyak menatap Mahira.
"Kau!!"
Mahira tahu apa yang di pikirkan Vanilla, dia memegang tangan Vanilla.
"Daren menyelamatkan aku..." ucap Mahira.
Vanilla kaget. "Apa! dia menyelamatkanmu?"
"Umh.." Mahira mengangguk.
"Matahari besok pasti terbit dari barat." Ucap Vanilla.
"Vanilla ayo pulang." Mahira tidak ingin lagi berada di club ini.
"Ayo."
Mahira dan Vanilla berjalan beriringan di ikuti oleh Daren. Daren takut pria lain akan mengganggu keduanya.
Di depan club, Vanilla dan Mahira bertemu dengan Reyvan Karina dan dua teman Reyvan yang sedang memeluk wanita Seksi.
Mahira hanya menatap mereka tanpa emosi lalu melewati mereka begitu saja, berbeda dengan Vanilla yang melototi kakak sepupunya apa lagi saat melihat Karina dia semakin marah.
"Mahira." Reyvan memanggil.
Mahira berpura pura tuli, dia terus berjalan dan langsung di hentikan Reyvan dengan menarik tangannya.
Reyvan melihat Daren yang hanya di balut kemeja putih saja, tadi mereka sempat bertemu dan Daren menggunakan jas tapi sekarang jasnya di pakai Mahira.
Reyvan sangat marah, dia segera melepaskan jas Daren dengan paksa lalu melemparnya ke lantai.
Setelan jas Daren di lepas, Reyvan melihat pakaian Mahira yang super minim. Reyvan melepaskan mantelnya lalu di pakaian ke Mahira, tidak peduli dengan penolakan Mahira.
Mantel Reyvan lebih panjang dan tebal, membuat tubuh Mahira lebih tertutupi dan hangat.
"Mana kunci mobilmu?" Tanya Reyvan.
Mahira memegang tasnya kencang tidak ingin memberikan kunci mobilnya.
"Mahira,"
Mahira tidak punya pilihan lain, dengan enggan dia memberikan kunci mobil.
Reyvan mengambilnya lalu melemparnya ke Vanilla.
"Bawa mobilnya pulang."
Vanilla dengan sigap menangkap kunci yang di lempar Reyvan.
Reyvan memeluk bahu Mahira posesif, menunjukan kepemilikannya pada gadis itu.
Daren jelas melihat semuanya tetapi ekspresi pria itu tetap dingin dan jauh, seolah Mahira bukan siapa siapa. Daren mengambil jasnya yang di lempar Reyvan.
"Sekali lagi selamat ulang tahu Mahira, kalau ada waktu pulang temui ibu, dia sangat merindukanmu." Lalu Daren pergi.
Reyvan mengepalkan tangannya. Seseorang telah lebih dulu mengucapkan selamat ulang tahun untuk istrinya.
"Ayo." Reyvan menarik Mahira pergi sebelum gadis itu mengatakan apa apa pada Daren.
Mahira berjalan sambil sesekali menengok kebelakang melihat Daren yang berjalan pergi berlawanan arah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Kamiati Winarso
ceritanya menarik semangangat up thor💪
2023-01-13
1
Asyifa
ceritanya bagus
2023-01-10
1