Pelukan.

Mobil berhenti di Vila tempat tinggal Reyvan dan Mahira, saat mobil perlahan berhenti Mahira tidak bangun, Reyvan melepaskan selimut dari tubuh Mahira dan ingin menggendong Mahira ke dalam rumah, tetapi baru saja Reyvan bergerak Mahira bangun.

"Apa kita sudah sampai rumah?" suara Mahira serak karena baru saja bngun.

"umhh..." Reyvan mengangguk.

Mahira menggaruk sudut bibirnya yang gatal lalu matanya tanpa sengaja melirik paha Reyvan yang memiliki noda basah besar di sana.

Mata Mahira melotot, bibirnya membentuk hurup O sambil berkata pada dirinya. "Ini tidak mungkin, aku tidak pernah seperti ini. Ini bukan aku yang melakukannya."

Iler... itu iler miliknya. Cela Reyvan kotor karena ilernya dan pasti aromanya sangat tidak sedap.

"Maafkan aku, aku.. aku.. mengotori celanamu." Mahira sangat menyesal, dengan terburu buru tanpa berfikir panjangan Mahira mengusap ngusap paha Reyvan dengan gaun yang di kenakannya berharap celana itu kembali bersih, tetapi sayangnya apa yang di lakukan Mahira membuat Reyvan marah.

Reyvan menggeram, wajahnya tanpak gelap karena kesal. Mahira berfikir Reyvan marah atas ilernya tetapi bukan itu yang menjadi masalahnya,

Mahira membangunkan si kecil bagian dari diri Reyvan.

"Mahira hentikan!" Reyvan sedikit berteriak sambil memekan keinginannya.

Mahira kaget, dia buru buru menarik tangannya.

Mahira ketakutan tubuhnya mematung dan warna di wajahnya berubah pucat.

Dia pasti Marah, matilah aku. Batin Mahira.

Reyvan memejamkan matanya berusaha menahan diri. "Pergi masuk rumah,." Reyvan menyuruh Mahira masuk terlebih dahulu.

Mahira tidak menyia nyiakan waktu, dia buru buru keluar bahkan melupakan dompetnya.

Reyvan menarik nafas sebanyak yang dia bisa berharap bisa memadamkan si jago merah dalam hasratnya, keningnya berdenyut sakit. "Ini benar benar sulit." bisik Reyvan.

Supir pribadi yang sejak tadi diam akhirnya mengangkat kepalanya dan melihat ekspresi Tuan nya yang sedang Frustasi.

"Tuan Muda, sebaiknya anda segera mandi air dingin."

Reyvan membuka matanya dan melirik sopir sejenak lalu tatapannya jatuh pada tonjolan diantara kedua kakinya.

"Sialan!!!"

Reyvan mengambil dompet Mahira lalu keluar dari mobil.

Setiap langkah Reyvan penuh wibawa dan aura Boss yang mendominasi, berbeda sekali saat bersama Mahira, sudah jelas cinta dan ketulusan akan merubah segalanya.

peyalan membungkuk hormat saat Reyvan melewati mereka.

...----------------...

Di dalam kamar, Mahira sedang mengutuk dirinya karena telah membuat Pulau besar di celana Reyvan, dan memikirkan bagaimana Reyvan akan memarahinya mengingat ekspresi menakutkan tadi.

"Ya Tuhan... Tolong selamatkan gadis cantik ini." Mahira memohon dengan suara lirih.

Bayangan bayang yang berkeliaran di benaknnya semakin menakutkan. Mahira membayangkan Reyvan menggantungnya di depan rumah sebagai hukuman, bahkan yang lebih ekstrim dari itu.

Tiba tiba pintu di buka dan sosok Reyvan perlahan masuk membuat jantung Mahira berkali kali lebih cepat berdetak.

Oh Tidak. Dia benar benar di sini. Batin Mahira.

"R...Re..Re...Reyvan." Mahira tergagap.

Reyvan menarik Mahira dan menghimpitnya di tembok, Mahira kaget dan melotot.

Dia akan marah!!! Jerit Mahira dalam hatinya.

"Mahira, Jangan menyentuh pria manapun selain aku, dengan sengaja ataupun tidak." suara Reyvan penuh peringatan.

Kepala Mahira mengangguk angguk sebagai persetujuan. Di bawah ancaman, Mahira kehilangan rasionalitasnya. Entah apa yang terjadi keberanian Mahira menjdi ciut saat berhadapan langsung dengan Reyvan.

Ibu jari Reyvan menggosok bibir Mahira yang terasa lembut dan panas seakan menyengat sesuatu dalam hatinya.

Mahira ingin menghindari sentuhan Reyvan, namun tidak bisa, dia semakin terjebak dan tak bisa menolak.

Reyvan memejamkan matanya merasakan aliran hasratnya.

"Mahira..." Reyvan menyebut nama Mahira dengan penuh cinta dan obsesi.

Mata Mahira dan Reyvan saling bertemu satu sama lain. Reyvan membungkuk dan mencium Mahira dari kening, mata, hidung, lalu bibir dan berlama lama di sana hingga berlanjut.

Seakan tersihir. Saat Reyvan mulai mencium bibir Mahira, tubuh Mahira kaku dan matanya terpejam, mengikuti naluri hatinya dan tubuhnya tidak menolak itu.

Tidak tahu kapan itu di mulai, Mahira tidak bisa menghentikan Reyvan dan malah dirinya yang terjebak dengan godaan si tampan.

...----------------...

Sesi intim itu berlangsung lama hingga Mahira tidak bisa lagi membuka matanya karena lelah.

Tubuh Mahira yang telanjang, Reyvan tutupi lalu mencium kedua bahu gadis itu.

"Selamat malam sayangku." Bisik Reyva di telinga Mahira

Reyvan menarik Mahira ke dalam pelukannya. Gadis itu mengeluh dalam tidurnya, membuat Reyvan tertawa.

"Akhirnya kamu menjdi milikku." bisik Reyvan.

...----------------...

pagi kemudian.....

Mahira perlahan membuka matanya, hidungnya agak pengap karena sesuatu berada di dalamnya.

Mahira perlahan ingin mengubah posisinya menjadi duduk tetapi tiba tiba dia jatuh kembali karena tubunya terasa remuk dan sakit.

Perlahan ingatan semalam berputar dalam benaknya seperti sebuah film yang di putar ulang.

"Akkhhhh....." Mahira segera menutup wajahnya sambil menjerit. Ingatan itu membuat Mahira gila.

"Ini tidak mungkin!!!"

Reyvan yang mendengar teriakan Mahira segera berlari ke kamar.

"Mahira ada apa?" tanya Reyvan.

Mahira tidak berani melepaskan tangannya yang menutupi wajahnya, dia sangat malu dan tidak ingin melihat wajah Reyvan.

"Mahira. Hei..."

Reyvan duduk di samping Mahira dan menarik gadis itu dalam pelukannya.

"Apa masih sakit?" Tanya Reyvan spontan.

Mahira langsung mendorong Reyvan. Wajah Mahira sangat merah hingga ke leher, Reyvan fikir Mahira demam, dia buru buru mendekati Mahira dan menempelkan punggung tangannya di kening Mahira sambil bertanya.

"Kapan demam terjadi, apa kepalamu pusing."

Mahira ingin tertawa namun ingin juga menangis secara bersamaan.

"Reyvan, Kita melakukannya." ujar Mahira.

Reyvan bingung. "Ya, kenapa?"

"Reyvan!!!" Mahira sangat frustasi, dia ingin mengatakan pada Reyvan bahwa dirinya bukan Mahira asli, tetapi jiwa yang tersesat, kata kata itu akhirnya di telan kembali.

"Apa salahnya dengan itu? Kita adalah suami istri, dan melakukan hal itu bukanlah dosa." Reyvan berkata.

"Reyvan, aku...." Akhirnya kata kta yang ingin di keluarkan di telan kembali.

Reyvan menangkup kedua pipi Mahira dan mengecup keningnya. "Mahira, kita suami istri tidak ada batas antara kita, kamu milikku dan aku milikmu oke."

Kembali tersihir, Mahira yang awalnya mengamuk menjadi jinak dan mengangguk perlahan menyetujui apa yang di katakan Reyvan.

Orang yang memiliki ketampanan dan suara seksi memang sangat berbahaya, hanya dengan melihat wajahnya dan bujuk rayunya, membuat lupa diri.

"Sekarang mandi setelah itu sarapan," Reyvan mengacak rambut Mahira dengan sayang.

Mahira di tinggalkan dalam keadaan linglung, dan selang beberapa saat dia kembali sadar mengutuk dirinya yang bodoh karena kembali terjebak dengan ketampanan Reyvan.

"Asshhh... Sial! Kenapa aku kembali terjebak. Akhhh!!!! Ini tidak bisa di biarkan, atau aku akan terus lemah di depan ketampanan."

Mahira berguling guling di tempat tidur seperti ulat yang di bungkus kepongpong.

"Tuhan!!!! Kenapa aku begitu menyukai ketampanan, dan kenapa aku begitu lemah di depan ketampanan." ratap Mahira.

Drrtttt.... Drrrtttt... Drrttt...

Mahira menghentikan aksi berguling gulingnya, dia melihat ponselnya bergetar karena sebuah panggilan. Mahira mengambil ponsel lalu menggeser tombol hijau.

"Hallo Mahira." Suara Vanilla sangat kencang di sebrang sana.

Mahira menjauhkan ponselnya dari telinga, ekspresinya yang ngeri menunjukan betapa mengganggunya teriakan Vanilla.

"Bicara pelan pelan." Ujar Mahira.

"Ouhh,,, Maaf. Mahira ayo kita ke salon."

Mahira mengerucutkan bibirnya. "Kenapa kamu tiba tiba mengajakku ke salon?" Tanya Mahira.

Di ujung sana Vanilla tertawa bahagia sambil mengangkat kartu hitam dari Reyvan.

"Kak Reyvan dengan murah hati memberiku kartu hitam, dia memintaku mengajakmu bersenang senang."

Tubuh Mahira menjadi kaku, ekspresinya berubah masam.

"Apa apaan pria itu, aku yang tidur dengannya tapi orang lain yang mendapatkan manfaatnya. Sungguh menyebalkan." dumel Mahira.

"Apa kamu mengatakan sesuatu?" Tanya Vanilla.

"Tidak. Oh, aku tidak bisa pergi. lain kali saja."

Mahira menutup panggilan itu lalu melempar ponsel hingga masuk di bawah bantal.

Mahira tidak ingin pergi kemanapun, dia membungkus tubunhnya dengn erat ingin kembali tidur, tapi sebelum itu bisa di lakukan pintu kamar di ketuk dan pelayanan menyuruhnya cepat bersiap karena Reyvan sudah menunggu di bawah.

Hasilnya sangat buruk, Mahira bangun dengan marah, bahkan rasa sakit bukan lagi apa apa untuknya.

...----------------...

Lima belas menit kemudian Mahira keluar dari kamar, Reyvan yang sedang membaca koran berdiri pindah duduk ke meja makan.

Perlahan Mahira menuruni tangga, pusat tubuhnya masih agak sakit, jadi dia berjalan agak lambat.

Mahira tidak ingin melihat wajah Reyvan, dia sudah memutuskan untuk tidak terjebak dengan ketampanan, jadi Mahira memutuskan untuk menghindari melihat wajah Reyvan.

"Apa wajahku begitu menakutkan?" Tanya Reyvan.

"Tidak. Wajahmu sangat tampan, tetapi aku tidak bisa melihatnya." Jawab Mahira.

"Kenapa?" Reyvan.

"Tentu saja jika aku terus melihat wajahmu, berapa kali aku akan jatuh pada jebakan ketampanan." gerutu Mahira.

"Apa yang kamu katakan?" Reyvan samar samar mendengar Mahira mengomel.

"Tidak. lupakan saja." jawab Mahira.

Terpopuler

Comments

dewi_oetari14

dewi_oetari14

ga sesuai dengan anak letnan jendral

2024-02-25

0

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

katanya gadis kuat kok takut

2024-01-30

0

Wanda Wanda i

Wanda Wanda i

nyimak

2023-04-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!