Acara di mulai. Nyanyian ulang tahun, pemotongan kueh di lakukan bersama sama.
Nenek Reyvan yang menjadi bintang utama berdiri di tengah tengah antara anak dan cucu cucunya termasuk Reyvan dan Vanilla, sedangkan Mahira dia berdiri di samping Reyvan karena pria itu menariknya dan tidak melepaskannya.
Beberapa kali Mahira mencoba melepaskan diri dari cengkraman Reyvan, tetapi hasilnya selalu gagal.
Meskipun Nenek Reyvan tidak menyukai Mahira, tetapi karena cucu kesayangannya ada di sana beliau tidak berani menargetkan gadis itu dan hanya mengabaikannya saja seolah Mahira tidak ada.
Saat potongan Kue pertama di ambil, Kakek mendapatkan suapan pertama lalu suapan kedua ke ayah Reyvan suapan ketiga pada ibu Reyvan dan selanjutnya untuk ibu Vanilla lalu cucu cucu dan Mahira di abaikan.
Mahira tidak mengharapkan hal itu. Tetapi sepertinya Reyvan marah dengan sikap neneknya yang terkesan bias terhadap Mahira.
Reyvan tidak menyukai sikap neneknya, dia mengambil potongan kue baru lalu menyuapi nya pada Mahira.
Dengan malu malu Mahira membuka mulutnya menerima suapan Reyvan, dan menjadi pusat perhatian untuk kesekian kalinya di malam ini.
"Ini lebih bersih, itu bekas ludah orang." ujar Reyvan lembut sembari mengusap sudut bibir Mahira yang memiliki noda kue.
Gadis sosialita yang sempat bermimpi menjadi wanita Reyvan Daguezze patah hati berkali kali dan semakin iri, mereka terus membenci Mahira, seolah Mahira telah mencuri berlian Kohinor.
Semua orang tercengang tetapi manis dan iri di dalam hati. Reyvan begitu perhatian pada Mahira dan memperlakukan gadis itu seperti putri.
"Ohh... Beruntung sekali upik abu ini." Komentar salah satu sosialita.
Vanilla sangat bahagia dan hampir bersorak untuk Mahira dan kakak sepupunya yang biasanya dingin sedingin badai salju, tapi untuk Mahira dia lebih hangat dari apapun.
Vanilla sendiri bingung Reyvan tidak pernah menunjukan sikap manisnya pada Mahira, bahkan berita di luar sana mengatakan Mahira dan Reyvan akan bercerai.
Reyvan memeluk pinggang Mahira dan membawanya kembali ke kursi, mereka duduk tanpa memperdulikan wajah neneknya yang kesal.
"Reyvan...." Tegur nenek Reyvan.
"Nenek, aku dan Mahira sangat lelah. Kami tidak bisa berdiri lama karena kaki kami pegal." Potong Reyvan sebelum neneknya mengomel.
"Biarkan saja Bu, Reyvan dan Mahira adalah pengantin baru, mungkin semalam mereka bergadang." Ibu Reyvan menenangkan nenek Reyvan.
Kata kata Ibu Reyvan memiliki makna yang dalam, sebagian orang paham dengan apa yang di sampaikan nya dan sebagian tidak. Tetapi tetap saja Nenek Reyvan ingin mengomel dan memberi masalah pada Mahira, untungnya Kakek Reyvan dengan rangkulan dan kata kata lembutnya mampu membuat nenek Reyvan tenang.
Nenek Reyvan mendengus sejenak lalu melanjutkan memotong kue dan di berikan pada teman temannya.
"Seharusnya kamu tidak memperlakukan nenekmu seperti itu." Bisik Mahira.
Reyvan terdiam sejenak. "Lalu seperti apa aku harus memperlakukan nenekku yang sudah memperlakukan istriku dengan buruk?" Tanya Reyvan.
Mahira kehilangan kata katanya.
Oke... dalam hal argumentasi dia tidak bisa mengalahkan Reyvan karena pria itu cerdas dan pandai mematikan lawan dengan beberapa kata.
Mahira meremas jari jemarinya sebagai pelampiasan.
"Mahira. Kamu istriku sekarang, aku tidak suka orang lain memperlakukanmu dengan salah." ujar Reyvan seperti semboyan angin di musim panas.
Siapa yang tahan diperlakukan semanis ini oleh seorang pria, apalagi Mahira tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini dari pria manapun dari dunianya, Reyvan adalah satu satunya.
Mahira segera menggelengkan kepalanya mencegah dirinya agar tidak terlena.
Mahira sadar... Ini dunia palsu, jangan jatuh cinta padanya. Ingat ketampanannya hanya ciptaan penulis novel. Batin Mahira.
"Reyvan."
Tiba tiba seorang gadis menghampiri Reyvan dan bahkan duduk di sisi kanan Reyvan.
Reyvan menutup hidungnya saat aroma menyengat memasuki indra penciuman nya, entah berapa banyak parfum yang di semprot kan gadis itu di sekujur tubuhnya hingga aromanya sama seperti mayat yang di awetkan lalu di siram parfume berbotol botol..
Senyum Reina Sandez menghilang saat melihat Mahira yang berpegangan pada Reyvan, dia ingin sekali menjambak Mahira dan memakinya sebagai perebut kekasih orang lain, tetapi Reina lebih memperhatikan citranya, dia tidak ingin di pandang buruk dan di anggap sebagai gadis tidak masuk akal.
"Reyvan...." Reina mencoba menyentuh Reyvan.
Brakkk......
Reina merasakan tubuhnya melayang dan jatuh menyedihkan di lantai, tanpa bisa berfikir jernih Reina di tarik dua bodyguard dan dengan kaki lemahnya dia memaksakan berdiri.
"Jangan berani menyentuhku." Ekspresi Reyvan sangat gelap karena marah.
Mahira pun kaget dengan kemarahan Reyvan, apakah Reyvan akan lebih marah saat tahu dirinya bukan Mahira asli, dia hanya jiwa yang melayang di dunia novel. Jantung Mahira berdegup kencang.
Bumpa... dumm bumpa... dumm.. bumpa... dumm...
"Reyvan Apa yang kau lakukan?" Ibu Reyvan segera membantu Reina, takutnya para tamu akan bergosip dengan sikap anaknya yang kasar seperti tadi.
Reyvan menatap ibunya sejenak lalu beralih pada Reina.
"Lain kali berpikir kembali untuk mendekati pria beristri, jangan karena wanita sepertimu para suami akan di tuduh untuk hal yang tidak pantas." Suara Reyvan sangat kencang sehingga dapat di dengar oleh setiap orang.
"Reyvan Hentika. Cukup!" Nenek Reyvan marah dan turun dari panggung.
Mahira menarik tangan Reyvan memberinya isyarat agar tidak melawan nenek dan ibunya apalagi para tamu terus memperhatikan mereka.
"Reina, kamu duduk di kursi mu." Nyonya Daguezze memapah Reina, karena bagaimana pun Reina adalah tamu mereka.
Reyvan yang ekspresi nya dingin dan gelap tidak peduli dengan keributan yang terjadi seolah yang di bicarakan orang orang bukan dirinya.
"Reyvan, Kamu harus minta maaf pada Nona Reina." Bisik Mahira.
Jelas Reyvan menolak, dari ekspresinya sudah menunjukan tidak akan ada permintaan maaf apapun dan bagaimanapun.
"Jangan pikirkan orang orang yang berfikiran dangkal, biarkan saja." ujar Reyvan pada Mahira.
Mahira mengerucutkan bibirnya. "Yang aku pikirkan itu kamu, berarti kamu adalah orang dangkal yang aku pikirkan." ujar Mahira.
Reyvan menepuk kepala Mahira dengan sayang.
"Oke, aku salah maafkan aku, tapi aku tidak ingin minta maaf pada wanita itu."
"Umh.." Mahira mengangguk, emosi Reyvan sangat buruk dia seperti adonis yang di hutangi orang ketika marah.
Vanilla yang melihat derita Reina tertawa puas, tak henti hentinya terus tertawa bahkan ibunya beberapa kali mencubit nya untuk lebih sopan, tetapi gadis itu tidak bisa menahan diri.
"Bu, Reina benar benar bodoh. Dia mendekati kakak sepupu yang memeliki kebersihan tinggi pada wanita dan hanya sahabatku yang bisa begitu dekat dengannya. (Tech)... Wanita itu memiliki keberanian dan tidak memiliki rasa malu. Mungkin saat lahir otaknya tertukar dengan babi. " Ujar Vanila blak blakan.
"Vanilla, jaga bicaramu." ibu Vanila mencubit nya lagi.
"Bu. Berhenti mencubitku, sakit tahu. " Vanila Memperotes.
"Kamu pantas mendapatkan nya." Ujar ibu Vanilla.
Vanilla mengangkat bahunya, dia sedang dalam suasana hati yang baik jadi tidak ingin merusaknya, lebih baik mempertahankan suasana hati yang luar biasa ini. Pikir Vanilla.
...----------------...
Saat dansa di mulai, Mahira di tarik Reyvan ke tengah dan tanpa bisa menolak Mahira mengalungkan kedua lengannya di leher Reyvan dan mulai berdansa.
"Reyvan aku tidak bisa berdansa." Bisik Mahira.
"Tenang saja, aku akan mengajarimu." Dengan entengnya Reyvan bergerak menari di lantai dansa bahkan mengendalikan gerakan Mahira agar selaras dengan dirinya.
Wajah Mahira yang cantik sedikit merah karena tiba tiba saja udara semakin panas begitu Reyvan dekat dengannya.
Reyvan tidak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari Mahira, dia begitu terpesona dan tidak bisa menyembunyikan tatapan cintanya yang begitu besar.
"Reyvan, berhenti menatapku seperti itu." Tegur Mahira tidak tahan.
Reyvan tersenyum tipis, bahkan senyumnya membuat Mahira semakin merah dan merah. Pria di depannya ini benar benar tampan dan penggoda ulung.
"Mahira, Aku beruntung mendapatkanmu."
Sial! Jika dia terus menggombal, aku takut hatiku yang seperti kaca es ini akan mencari dalam waktu dekat. Batin Mahira.
Bibir Mahira terkatup rapat dia ingin sekali bertanya dalam kondisi seperti apa mereka menikah, tapi takut membuat Reyvan curiga, pada akhirnya kata katanya ia telan kembali.
Reyvan dan Mahira berdansa lalu di ikuti oleh beberapa pasangan yang ikut memeriahkan acara.
Tidak peduli seberapa banyak pasangan yang ikut berdansa, perhatian tetap di menangkan oleh Reyvan dan Mahira hingga mereka selesai dan kembali ke tempat duduk.
"Tidak buruk." komentar Reyvan.
Mahira juga bingung kenapa dirinya mendadak jago, padahal tidak pernah sekalipun dirinya berdansa dan tadi adalah yang pertama.
...----------------...
Acara selesai di sore hari, tanpa menunggu lebih lama lagi Reyvan membawa Mahira pulang ke rumah pernikahan mereka meninggalkan keluarga yang masih berada di gedung acara.
Mahira sangat kelelahan, dia tertidur di mobil dengan kepala berada di paha Reyvan, bahkan tanpa sengaja Mahira ngiler di sana tetapi Reyvan tidak keberatan, diam diam dia tersenyum dan kembali membaca dokumen.
"Kamu babi tukang tidur dan ngiler." Ujar Reyvan pelan, tetapi sopir di depan masih bisa mendengarnya.
Sopir yang melihat kelembutan Tuan Muda pada istrinya pun kaget, karena dulu Tuan Muda seperti manusia tanpa perasaan, dingin dan sombong. Tidak ada ampun dan kehangatan dalam matanya, hanya ada tatapan acuh.
"Reyvan... Aku..." Mahira berbicara saat tidur tetapi hanya menyebutkan nama Reyvan.
Reyvan mengerutkan keningnya saat mendengar Mahira mengigau, tatapannya jatuh pada pipi, hidung dn kedua mata yang tertutup lalu bibir mungil yang menggoda itu, Reyvan ingin sekali menciumnya.
Reyvan menggelengkan kepalanya menghilangkan fikiran kotor pada Mahira.
Reyvan menutup dokumen lalu mmejamkan matanya sambil mendongak.
Sulit sekali menahan hasratnya di depan gadis yang di sukainya, tetapi Reyvan tidak ingin menjadi binatang yang memaksa Mahira pergi ke tempat tidurnya.
"Mahira, aku berharap kamu akan jatuh cinta padaku." bisik Reyvan yang hanya bisa di dengar olehnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments