Spanyol.

Empat orang meregangkan otot otot mereka yang kaku setelah tidur di pesawat, senyaman apapun sebuah pesawat, jika untuk tidur itu bukan pilihan yang bagus, tetap kamar yang paling nyaman untuk beristirahat.

Vanilla merentangkan tangannya dan berteriak seperti orang tidak waras.

"Aku datang Spanyol!!!! Haahhhhhh...."

Mahira yang setengah sadar langsung membuka matanya dan melihat Vanilla akan segera keluar dari pesawat, Mahira tidak sabar ingin melihat Spanyol.

Tiba tiba Reyvan menarik Mahira membuatnya duduk kembali.

"Sabar, jangan terburu buru."

Reyvan menyiapkan air hangat lalu memberikannya pada Mahira.

"Minum dulu."

Mahira menerimanya dan meminumnya dan langsung menghabiskannya tanpa berhenti satu kalipun. Reyvan menggelengkan kepalanya, dia mengambil gelas yang di pakai Mahira lalu mengisinya kembali dan menggunakannya untuk dirinya minum.

"Kamu... kenapa tidak menggunakan yang baru,"

"Lebih enak yang kamu gunakan." jawab Reyvan.

Mahira mengambil tas kecilnya dan beranjak dari tempat duduk, dia menghampiri Vanilla dan turun bersama sama dari Zet.

Reyvan tahu Mahira sedang menghidarinya karena malu, namun baginya itu menyenangkan untuk di lihat. Reyvan mengambil dompet dan ponselnya, dia juga beranjak dan mengikuti Mahira yang sedang mengobrol dengan Vanilla, menunjuk bangunan bangunan menjulang yang terlihat dari bandara. '

Sakian mengikuti Reyvan, sebagai asistennya Sakian tidak jauh jauh dari Reyvan kecuali jika bossnya itu sedang bersama istrinya, Sakian akan menjaga jarak, dia tidak ingin mati muda karena tampilan romansa dari boss dan istrinya.

"Sakian,"

"Ya Boss."

"Kapan pertemuan di mulai?"

Sakian melihat ponselnya. "Sekitar jam delapan tepat."

Reyvan mengangguk, dia melihat kedua gadis yang berjalan di depannya sambil mendiskusikan sesuatu.

"Minta seseorang dari Tacky untuk mengawasi mereka berdua, jangan sampe keadaan yang tidak di inginkan terjadi." perintah Reyvan.

"Baik Boss."

Tacky adalah kelompok pengawal yang di dirikan langsung oleh Reyvan, anggota Tacky juga tersebar di berbagai negara karena Reyvan sering melakukan perjalanan bisnis ke setiap negara. Dia sengaja melatih dan mengembangkan mereka karena sebagai seorang pengusaha dan pewaris, dia harus memiliki pelindung diri untuknya dan keluarganya, nyawanya jelas di hargai dan banyak musuh di dalam selimut ataupun di luar selimut yang mengincarnnya.

Anggota Tacky juga kebanyakan dari ketentaraan yang pengsiun dini atau anggota khusus yang pensiun karena suatu alasan, yang jelas Tacky adalah bagian dari aset Reyvan yang tersembunyi.

Mahira mengambil foto dan selfie dirinya, dia menyukai Spanyol karena negara itu memiliki bangunan yang unik.

Spanyol terkenal dengan arsitektur bangunannya yang megah. Negara yang terletak di Eropa Barat ini beribu kota di Madrid. Luas wilayah negara yang dibentuk pada 1516 dan direstorasi pada 6 Desember 1978 itu mencapai 505.990 km persegi atau sekitar 4,5 kali luas Pulau Jawa (Sumber dari goggle)

Mahira dan Vanilla mengambil foto bersama sebelum meninggalkan bandara, mereka mengajak Reyvan dan Sakian tetapi dia pria itu menolak dan sibuk berbicara di telfon.

"Biarkan saja mereka, ayo kita duduk dan menunggu mereka selesai." Ujar Vanilla.

Mahira mengikuti Vanilla duduk di bangku yang di sediakan.

Meskipun Reyvan berbicara di telfon, tetapi mata pria itu tak lepas memperhatikan Mahira takut gadis itu akan di bawa berlarian oleh Vanilla, karena Reyvan tahu keperibadian adik sepupunya yang terlalu liar. Tapi untungnya kedua gadis itu duduk santai di sebuah bangku.

Mahira melihat Sakian datang dan berbicara dengan Reyvan, dari tempat Mahira duduk dia tidak dapat mendengar jelas apa yang mereka bicarakan tetapi melihat Reyvan mengangguk dengan ekspresi puas Mahira yakin Sakian baru saja melaporkan tugasnya.

Mahira Melihat dan kebetulan Reyvan juga menoleh dan mata mereka saling bertemu, tanpa bisa di cegah pipi Mahira memerah bahkan jantungnya berdebar debar hanya dengan tatapan mereka yang tanpa sengaja.

Mahira memalingkan wajahnya kearah berlawanan, menghindari bertatapan lagi dengan Reyvan.

Selang beberapa saat Mahira merasakan sentuhan di rambutnya, dia mendongak dan ternyata Reyvan yang melakukannya.

"Ayo, mobil sudah tiba." ujar Reyvan.

Mahira melihat dari jarak jauh sebuah limusin menunggu mereka.

"Ayo.." Reyvan menepuk bahu Mahira.

Mahira mengangguk, dia beranjak dari kursi di ikuti Vanilla, mereka berempat berjalan menuju Limusin.

"Wow... ini keren," Komentar Vanilla seperti seorang udik.

Sakian menatap Vanilla dingin, dia tidak menyangka Boss memiliki sepupu yang absurd seperti Vanilla.

"Tunggu, aku akan selfie dlu dan mengunggahnya di lingkaran temanku, mereka pasti akan iri aku sedang liburan di Spanyol, apalagi dengan limusin ini." Vanilla menepuk nepuk bagian atas limusin yang mengkilap.

Sakian memijat ruang di antara alisnya lalu melipat kedua tangannya sambil menunggu Vanilla selfie dan masuk limusin mengikuti Reyvan dan Mahira yang sudah berdiri.

Vanilla mengambil beberapa foto tetapi belum ada yang cocok, Sakian sudah sangat bosan dan lelah menunggu.

"Berapa lama lagi anda akan mengambil foto Nona Vanilla Greesha?" Tanya Sakian.

Vanilla menatap sengit Sakian. "Tunggu dulu, aku belum mendapatkan foto yang bagus."

"Mungkin wajah anda kurang bagus makan dari itu mempengaruhi fotonya, sebaiknya anda cepat menyelesaikannya karena kami masih memiliki banyak urusan." Jawab Sakian.

vanilla melotot. "Kau! Kau mengatakan aku jelek."

"Anda sendiri yang mengatakan jelek, saya tidak mengatakannya."

Vanilla menunjuk tepat di wajah Sakian. "Kau mengatakan wajahku kurang bagus."

"Saya hanya mengatakan wajah anda kurang bagus, dan bukan jelek."

"Sama saja!!!!" Teriak Vanilla.

Dorr.. dor... dorr...

Vanilla menoleh dan melihat Reyvan memberi isyarat untuk masuk.

Dengan Kesal Vanilla masuk limusin, namun sebelum itu dia menyempatkan diri menginjak kaki Sakian yang terbalut sepatu.

Sakian mengerutkan keningnya dan setelah itu dia ikut masuk.

...----------------...

Jika Reyvan dan Mahira sudah sampai di Spanyol maka Daren baru saja melakukan perjalanan menuju ke Spanyol, sekilas orang akan berpikir Daren mengikuti Reyvan dan Mahira pergi ke Spanyol tetapi kenyataannya berbeda. Daren akan melakukan bisnisnya dan titik temu Daren dan mitra bisnisnya ada di Spanyol.

Daren bahkan tidak tahu Reyvan dan Mahira ada di Spanyol.

"Boss, anak buah kita sudah berada di tempat dengan posisi masing masing."

Daren membaca rute yang akan di lewati nya nanti, menghindari polisi Spanyol yang berpatroli, juga kemungkinan kecil gangster yang mencium jual beli senjata ini.

Daren menghapal jalan jalan tikus untuk pelarian jika kemungkinan terburuk akan terjadi.

"Berapa persen gangster kecil Spanyol dari anak buahku yang ada di sana?" Tanya Daren pada tangan kanannya.

"Lima puluh persen, itupun kita belum tahu mereka bisa memanggil cepat teman temannya." Jawab tangan kanan Daren.

"Sepertinya misi kali ini cukup sulit." Daren menutup peta rutenya.

"Tidak terlalu sulit asal kita tidak perlu berurusan dengan Polisi di sana."

" umh..."

...----------------...

Hotel Miramar

Mahira sedang mandi dan Reyvan memesan sarapan untuk mereka berdua, sarapan khas Spanyol yang di siapkan langsung oleh kepala koki atas permintaan Reyvan.

empat hidangan di sajikan di atas meja.

Frangollo, Croissant de almendra, Pincho de tortilla, Toscada Con Tomate. Semuanya di hidangkan selagi masih panas.

Tidak lama kemudian Mahira keluar dengan handuk kimono yang di sediakan hotel.

"Duduk dan sarapan, setelah itu aku dan Sakian akan pergi ke Dalaxi Corporation, kamu dan Vanilla bisa berjalan jalan aku sudah menaruh kartu ATM dan kartu kredit di tasmu."

"Terimakasih Reyvan," Ujar Mahira sembari tersenyum.

Reyvan menepuk kepala Mahira dan menyuruh gadis itu duduk. "Tidak perlu berterima kasih, kita suami istri, milikku milikmu, milikmu milikku."

Yah benar, Reyvan tidak pernah memperhitungkan apa yang sudah ia berikan pada Mahira, karena Reyvan selalu mengatakan kita suami istri, milikku milikmu, milikmu milikku.

Mahira memegang dadanya, yang dia rasakan bukan perasaan Mahira asli tetapi perasaannya terhadap Reyvan, perasaan Mahira asli akan aktif saat Daren di sekitarnya.

"Melamun lagi, Kenapa memegang dada?" Reyvan menegur.

Mahira menggelengkan kepalanya, dia buru buru duduk lalu di ikuti Reyvan, mereka menikmati hidangan sarapan khas Spanyol.

...----------------...

Pukul 09:00 pagi

Vanilla duduk sambil memainkan ponselnya, dia sedang menunggu Mahira yang masih berada di kamarnya, mereka berjanji akan berkeliling Spanyol.

"ishhh kenapa Mahira lama sekali." Vanilla menggerutu, dia bukan orang yang sabar ketika menunggu orang lain, Vanilla tipe orang yang tidak cocok dengan keterlambatan.

"Vanilla." Mahira Akhirnya tiba, dia mengenakan dress putih tali spageti dengan blazer coklat.

"Kau lama sekali, aku pikir kau tidur lagi."

"Maaf, tadi aku mencari baju yang cocok untuk di pakai."

Vanilla melambaikan tangannya. "Sudahlah, ayo..." Vanila menarik Mahira, mereka pergi bersama menggunakan taxi.

Di dalam taxi Mahira mengeluarkan buku catatan kecil, isinya tempat tempat yang ingin Mahira kunjungi di Spanyol.

"Wahhh... kapan kamu menulis ini?" Vanila mengambil buku Mahira.

"Ohh,,, tadi setelah aku sarapan, aku menulisnya."

"Bagus sekali. Ayo kita kunjungi dulu Museum Prado."

"Umhh..." Mahira mengangguk.

Vanilla tiba tiba memegang jepit rambut Mahira, dia tidak pernah melihat Mahira memakai aksesoris rambut, dia hanya akan mengikat atau menggunakan jepit jarum untuk mengendalikan anak rambut yang sulit di atur.

Mahira menyentuh jepit rambutnya.

"Ini bagus sekali, kamu beli dimana?" Tanya Vanilla.

Mahira tergagap, dia bingung harus menjawab apa karena jepit rambutnya di berikan oleh Daren.

"Ini...di berikan oleh Daren, sebagai hadiah ulangtahun."

Vanilla kaget, matanya sampe melotot.

"Coba ulangi, siapa?"

"Ini di berikan Daren,"

Vanilla menyipitkan matanya curiga. "Kamu sudah berbaikan dengannya?"

"Tidak." Mahira melambaikan tangannya.

"Mm..maksudku, aku tidak enak menolaknya."

Alasan Mahira menerima hadiah ini karena demi Mahira asli, Mahira yakin Mahira asli ingin menerima hadiah ini, lagian yang berulang tahun sesungguhnya adalah Mahira asli, ulang tahunnya terjadi dua hari lagi.

"Oke, lagian hanya jepit rambut, seburuk apapun Daren dulu dia tetap kakak tirimu. Dan sekarang kau adalah istri kakakku, ngomong ngomong aku lupa memberimu hadiah, hadiahnya sudah ada tapi ketinggalan di rumah." Vanilla tidak ingin mengambil pusing, di tambah lagi Daren sekarang tidak pernah mengganggu Mahira lagi semenjak Mahira menikah dengan kakaknya.

Mahira jadi teringat Reyvan belum mengucapkan selamat ulang tahun padanya, ini aneh pria itu menyukai Mahira tetapi tidak mengucapkan ulang tahun padanya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!