Bersiap ke Spanyol.

Pukul lima sore Reyvan tiba di rumah, Ibunya sudah pulang karena ayah Reyvan memanggilnya, sedangkan Mahira dia sedang duduk di ruang TV sambil menonton kartun Masha and the bear, Mahira tertawa karena tingkah lucu bocah kecil dengan baju ping dan kerudung kecilnya.

Mahira tidak bisa membayangkan seandainya anaknya dan Reyvan akan semenyebalkan itu.

Mahira menghentikan makan kacangnya dan memukul kepalanya,.

"Apa yang aku pikirkan, kenapa aku memikirkan punya anak dengannya." gumam Mahira.

Mahira menggeleng ketakutan. Tidak bisa, dia tidak boleh memikirkan hal konyol seperti itu.

Tiba tiba saja Reyvan duduk di samping Mahira dan menyentuh kening gadis itu.

"Bagaimana demamnya?"

Mahira kaget, dia menoleh da menjauh beberapa inci dari Reyvan.

"Aku dengar kamu sakit, jadi aku memeriksamu."

Mahira cemberut, dia menolak sentuhan Reyvan. "Tidak perlu, penyebab aku sakit adalah kamu. Huhhh" Mahira mengunyah kacang seperti seekor tupai, sangat lucu dan menggemaskan, Reyvan ingin sekali mencubit pipinya tapi tidak di lakukan nya.

Reyvan menghela nafas. "Aku minta maaf, aku terlalu cemburu."

Tiba tiba pipi Mahira merah merona.

Apa yang dia katakan, dia cemburu. Batin Mahira.

Reyvan menatap Mahira menunggu gadis itu mengatakan sesuatu.

"Mahira."

Mahira mengerjap.

"Apa?"

"Ikut aku ke Spanyol, anggap saja ini sebagai honeymoon yang tertunda, aku ada pekerjaan di sana."

"Sepanyol?" Mahira ingin memperjelas.

"Umh... Malam ini kita berangkat,"

Mahira tiba tiba tersenyum dia memeluk Reyvan. "Aku ikut, aku ingin sekali pergi ke sana."

"Iya, bersiap dan bawalah yang kamu butuhkan di sana."

Mahira mengangguk antusias, dia melepaskan Reyvan setelah menyadari tindakannya yang absurd.

"Kalau begitu aku akan pergi ke kamar dan mengepak barang kita." ujar Mahira ceria.

Reyvan mengangguk.

Melihat Mahira pergi dengan ceria, Reyvan juga bahagia, dia mematikan TV lalu pergi ke ruang kerja melanjutkan sisa pekerjaannya di kantor.

Di kamar, tepatnya walk in closet, Mahira berfikir keras hal apa saja yang ingin di bawanya, terutama baju, dia bingung karena terlalu banyak baju brand ternama yang ada di lemari, bajunya dan baju Reyvan saling berdampingan.

Mahira melirik Lemari milik Reyvan, dan rasa penasaran merayap di dalam hatinya. Mahira menutup pintu walk in closet dan menguncinya, dia lalu membuka lemari Reyvan.

Tercengang. Mahira merasa wajahnya di lempar dengan uang, pakaian Reyvan semuanya brand ternama yang memiliki kualitas terbaik, Mahira tahu harganya sangat mahal, awalnya dia berpikir hanya beberapa baju Reyvan yang brand ternama, tetapi hampir semua bajunya branded.

"Sungguh pria mahal." Komentar Mahira.

Mahira penasaran dengan bagian laci, dia membukanya dan di butakan oleh isinya. Pipi Mahira berubah merah dari waktu ke waktu, isi dari laci adalah CD pria merek ternama, dari merek Calvin Klein, Mundo, GTMan, Crocodile, Pierre Cardin, Adidas, Masterman, UNIQLO, dan Durban.

"Dia selain mobil memiliki merek ternama yang lengkap, bahkan hingga ke CD pun sama. Astaga!"

Mahira menepuk nepuk pipinya yang terasa panas, ukuran CD Reyvan ukurannya besar terutama di bagian tertentu, hal itu mengingatkan Mahira tentang malam malam yang sudah di lewati mereka.

Tokk...tokk...tokk...

Mahira tersentak mendengar seseorang mengetuk pintu walk in closet.

"Siapa?" Teriak Mahira.

"Ini aku, apa barang barang kita sudah di packing?"

Mahira melihat koper miliknya dan milik Reyvan masih kosong, dia buru buru menutup laci Reyvan lalu membuka pintu.

"Aku bingung ingin menyiapkan yang mana." ujar Mahira beralasan.

Reyvan melihat kedua koper masih kosong.

"Biar aku membantumu,"

Reyvan pertama tama menyiapkan kebutuhannya, dia bahkan tanpa malu malu mengeluarkan dan memilih CD.

"Menurutmu, mana yang bagus?" Reyvan mengangkat tiga merek CD meminta pendapat Mahira.

Mahira melotot. "Dasar tak tahu malu."

Reyvan tertawa dia menaruh CD langsung ke koper tidak lagi menggoda Mahira.

Mahira berdiri di samping Reyvan dan sambil mengetuk ngetuk dagunya dengan telunjuk. Reyvan telah selesai mengepak tetapi Mahira belum memilih satu pun.

Reyvan memeluk Mahira dari belakang, dia menaruh dagunya di bahu Mahira. Awalnya Mahira kaget dan tubuhnya juga menegang, tetapi lama kelamaan Mahira lebih rileks.

"Bawa baju yang putih, hijau mint, biru, kuning dan hitam." Reyvan menunjuk satu persatu baju yang di maksud.

Mahira berusaha mengambil baju baju yang di tunjuk Reyvan tetapi aktivitas nya terganggu karena Reyvan memeluknya erat.

"Lepaskan dulu..." Mahira berusaha melepaskan pelukan Reyvan.

"Biar aku saja yang menyiapkan kebutuhanmu," Ujar Reyvan.

"yakin?" Mahira melirik nya.

Chu~~

"Aku akan melakukannya." Reyvan mengecup bibir Mahira dan membuat gadis itu malu.

"Lakukan." Mahira mendorong Reyvan dan bergeser ke belakang pria itu.

Reyvan tersenyum dia mengambil baju baju yang akan Mahira pakai di Spanyol, baju baju yang menurutnya cocok.

"By the way di sana kita akan pergi kemana saja, bukankah bajunya harus di cocokan." ujar Mahira.

"Kamu akan tahu."

Mahira mengerucutkan bibirnya.

Sok Misterius. Batin Mahira.

Setelah baju Mahira di pilih, Reyvan membuka laci dan memilih pakaian dalam Mahira. Mahira segera mendorong Reyvan menjauh, dia menutup laci.

"sudah cukup, yang lainnya aku yang akan memilih." ujar Mahira.

"Aku bisa memilihnya untukmu, aku lebih tahu yang mana yang paling cocok." Tatapan Reyvan jatuh di dada dan bagian tertentu lainnya.

Mahira menutup mata Reyvan dengan telapak tangannya, meskipun harus berjinjit Mahira berhasil menutup mata pria itu.

"Mesum." komentar Mahira.

Reyvan menarik Mahira dengan satu tangan, tubuh mereka saling menempel satu sama lain.

Reyvan membungkuk. "Kamu yang lebih tahu seberapa mesum diriku..."

"Reyvan!! Jangan mengigit telingaku!!!!!"

Reyvan tertawa berhasil menggoda Mahira.

...----------------...

Pukul 22:00

Vanilla merengek meminta Reyvan mengajaknya, tetapi pria itu menolaknya.

"Kak Reyvan ikut..."

"Tidak," Tolak Reyvan.

Mahira menjadi sasaran selanjutnya. Vanilla bergelayut manja dan membujuk sahabatnya untuk mengajaknya.

"Mahira, aku sahabatmu bukan?"

"Mmh.. yah, tentu saja." jawab Mahira gugup.

Mata Vanilla berbinar. "Kalau begitu, minta kak Reyvan untuk mengajakku juga. Kau tahu kan aku sangat bosan, aku butuh Healing." Vanilla mengubah suaranya menjadi sangat manja.

Mahira tersenyum kaku, dia melirik Reyvan yang tampak acuh.

"Ayoo...." Vanilla menggoyag goyang lengan Mahira.

Mahira menelan saliva nya, memikirkan kemungkinan terburuk membuatnya takut.

"Reyvan, ajak Vanilla oke."

Reyvan menatap Mahira lekat-lekat. "Kamu ingin dia ikut?"

Mahira buru buru mengangguk takut Reyvan akan menolak.

"Kamu akan sibuk bekerja, saat kamu sibuk Vanilla bisa menemaniku." ujar Mahira sambil menunduk.

Reyvan menghela nafas pelan.

"Oke."

Vanilla sangat bahagia, dia melompat berhambur ke pelukan Mahira lalu berganti memeluk Reyvan.

"Terimakasih kaka, dan kakak ipar."

Reyvan memijat ruang di antara alisnya, dia mengambil ponsel dan menghubungi nomor Sakian menyuruh asistennya untuk reservasi dua kamar lagi untuk Vanilla dan menyuruh Sakian bersiap ikut. Pada akhirnya perjalanan romantis dua orang berakhir menjadi liburan bisnis empat orang.

...----------------...

Zet pribadi milik Daguezze terbang di langit malam yang kelabu, terbang menuju Spanyol, banyak bintang menemani rembulan yang sendirian menjadikan malam lebih indah dan cantik.

Zet pribadi di rancang khusus dengan berbagai fasilitas yang tersedia memberi kenyamanan di setiap perjalanan, pilot dan pramugari yang bertugas juga tidak sembarangan, mereka menjalani berbagai tes untuk bisa menjadi Staff Daguezze.

Mahira tidur dalam pelukan Reyvan setelah puas melihat keindahan diatas awan, berbagai foto Mahira ambil sebagai kenang kenangan.

Reyvan juga memilih tidur sambil memeluk istrinya.

"Selamat tidur." ucap Reyvan lalu mengecup kening Mahira.

Berbeda dengan Mahira yang memilih tidur, Vanilla melakukan serangkaian perawatan kulit dasar sebelum tidur membuat Sakian sang Asisten menatapnya.

"Kenapa menatapku, aku tahu aku cantik tapi matamu tidak perlu menatapku begitu terkagum kagum."

Sakian memutar matanya, dia mengambil penutup mata dan berbaring tidur.

Vanilla yang mersa di abaikan mendengus lalu menendang kursi multifungsi yang di tempati Sakian.

"Shhh...." Sakian Mendesis kesal tapi dia tidak mengatakan apapun, dia menutup matanya dan tertidur.

Vanilla memakai krim mata mengipasinya sebentar lalu dia memakai penutup mata dan tidur.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!