Pesta Mewah

Gedung Matahari dan bulan.

Mobil berhenti tepat di depan gedung yang menjadi tempat Keluarga Daguezze mengadakan pesta ulang tahun, para bodyguard yang di tugaskan segera berbaris dan membukakan pintu untuk tuan muda mereka beserta istrinya.

"Tuan Muda Reyvan selamat datang,." Salah satu Bodyguard menyambut.

Reyvan mengulurkan tangannya. Mahira keluar dari Mobil.

Mahira menerima tangan Reyvan dan mengikutinya, mereka berjalan berdampingan terlihat sempurna dan luar biasa, kebetulan saja para tamu yang baru saja tiba bertemu Reyvan dan menyapa Tuan Muda Jenius yang luar biasa ini.

"Hallo Tuan Daguezze, senang bertemu denganmu." Seorang pria menyapa Reyvan dan mengulurkan tangannya ingin bersalaman. Sayangnya uluran itu tidak langsung mendapat sambutan yang baik.

Reyvan mengerutkan keningnya. Jujur saja, dia tidak mengenal orang ini.

Kurangnya respon dari Reyvan membuat orang itu merasa malu dan menarik kembali tangannya dengan senyum kaku.

"Nyonya Muda benar benar cantik." lanjut orang itu.

Reyvan tidak menyukai cara pria itu menatap Mahira. Reyvan memeluk pinggang Mahira posesif menunjukan siapa pemilik wanita itu.

"Ayo pergi." Reyvan menarik Mahira meninggalkan pria yang tak di kenal itu.

Mahira menggigit bibirnya gugup, teringat dengan ucapan temannya di dunia nyata kalau keluarga Reyvan tidak menyukai Mahira dan menentang pernikahan mereka, namun dirinya tidak tahu mengapa Mahira dan Reyvan bisa menikah karena Penulis tidak menyebutkan nya. Itu yang di katakan temannya.

"Reyvan." Panggil Mahira pelan.

Reyvan menghentikan langkahnya, dia menunduk menatap wajah cantik Mahira. "Baru kali ini aku mendengarmu memanggil namaku langsung."

Mahira tertohok, jantungnya berdegup kencang karena tanpa sadar mengekspos dirinya.

"Mahira, biasanya kamu memanggilku Tuan Reyvan. Tapi aku suka kamu memanggil namaku langsung, itu terdengar menyenangkan."

Mahira tertegun.

Apa yang di katakan Reyvan setidaknnya menenangkan hatinya.

Hubungan Mahira asli dan Reyvan sangat sulit untuk di pahami. pikir Mahira.

Reyvan dan Mahira tida berlama lama berada di luar, mereka segera berlalu karena sebentar lagi pesta akan di mulai. Nyonya tua Daguezze sudah menunggu Reyvan dan senang dengan kedatangan cucu kesayangannya, tapi saat melihat Mahira bersama Reyvan, nyonya Tua Daguezze tidak bahagia.

"Nenek selamat ulang tahun." Reyvan mengucapkan selamat ulang tahu lalu memberi kotak hadiah untuk neneknya.

"Nenek, Mahira yang memilih hadiah untukmu, dia berharap anda akan menyukainya." Reyvan ingin membuat Mahira terlihat baik di mata keluarganya, sayangnya nenek Reyvan tidak tersentuh sama sekali.

Mendengar omong kosong yang di katakan Reyvan Mahira sontak mendongak dan melototi Reyvan.

sudah jelas dirinya tidak memilih hadiah apapun untuk nenek Reyvan, tetapi pria itu mengatakan dirinya dengan pedulinya menyiapkan hadiah untuk para tetua.

Mahira tersentuh dengan tindakan Reyvan.

Nenek Reyvan melihat Mahira menelisik nya dari atas sampai bawah.

"Cukup baik." ujarnya singkat.

Mahira tidak keberatan dengan komentar nenek Reyvan yang asal asalan, Mahira mengencangkan pegangannya di lengan Reyvan dan membuat pria itu menoleh.

"Ingin memakan sesuatu?" Tanya Reyvan.

Mahira adalah penggemar terberat makanan, dia suka sekali makan tetapi tubuhnya tidak pernah menjadi gemuk. Jujur saja begitu Reyvan menawarinya makan, dia ingin sekali mengangguk antusias tetapi hal itu tidak di lakukannya dan hanya menatap Reyvan dan berbisik.

"Reyvan aku lapar."

Bagi Reyvan itu terdengar lucu dan menyenangkan di telinganya, rasanya seperti madu menyirami permukaan hatinya hingga tumbuh banyak bunga.

"Aku akan mengambilnya untukmu." Jawab Reyvan sambil membawa Mahira untuk duduk di kursi yang di khususkan untuk keluarga.

Reyvan pergi ke stan makanan meninggalkan Mahira di bawah tatapan cemooh dan bisikan merendahkan.

"Eh... bukankah itu upik abu yang memanjat sosial, dia benar benar cantik, tentu saja dengan kecantikannya yang seperti itu dia bisa menggoda Tuan Muda Reyvan Daguezze dengan tubuhnya." Bisik salah satu sosialita yang berkerumun.

"Benar, tapi tetap saja aku dengar dia tidak memiliki kemampuan apapun bahkan hanya lulusan SMA, tidak masuk perguruan tinggi. Dia hanya suka bermain main dan menipu dengan wajah cantiknya. Entah berapa pria yang jatuh dalam jebakan wajahnya itu."

Mahira yang mendengar komentar Jahat pada dirinya ingin sekali menarik rambut gadis gadis itu dan mendorongnya keluar dari pesta, Mahira tidak tahu seperti apa Mahira asli, tetapi Mahira dirinya adalah gadis cerdas dan kuat yang tidak suka di tindas.

"Mahira."

Merasa namanya di panggil, Mahira menoleh dan melihat sosok cantik berdiri di belakangnya. Mahira mengerutkan keningnya tidak mengenalnya.

"Sombong sekali. Apa itu ekspresi seperti itu." Ujar gadis itu agak kesal.

Mahira jelas bingung karena tidak mengenal gadis itu.

"Mahira. Aku sahabatmu Vanilla Greesha, aku adik sepupu Kak Reyvan. Jangan bilang karena kamu sudah menikah dengan kakaku kamu lupa siapa aku." Vanilla melipat tangannya dengan ekspresi kesal.

Mahira semakin gila, bingung dan apa yang harus di lakukannya, takut dia tiba tiba bertemu dengan orang baru yang tidak bisa dia kenali.

"Vanilla,...aku tidak..melupakanmu hanya saja, Mmm...aku sedikit kaget. Kamu sangat cantik dengan penampilan seperti ini." jawab Mahira terbata bata.

Vanila menepuk tangannya bahagia, dia segera duduk di samping Mahira dan mengoceh tentang penampilannya.

"Sungguh. Ini memang penampilan khusus dari salon Kak Mainda, Kau tahu... Aku ingin menarik perhatian seseorang, jadi aku merubah penampilan dan gaya busanaku. Bagaimana menurutmu, apakah aku terlihat sangat cantik. "

"Kau sangat cantik Sungguh." Mahira mengacungkan kedua ibu jarinya.

Mahira tersenyum palsu. Melihat Vanilla yang sepertinya percaya dengan kata katanya, Mahira sedikit lega karena jawabannya tidak membuat Vanilla curiga. Justru dengan riang Vanilla memberi tahu bahwa Salon kak Mainda sangat luar biasa. mencoba menarik Mahira untuk nyalon di sana.

Seperti seorang Brand ambassador, Vanilla terus berbicara dan memuji salon kak Mainda dengan harapan bisa menarik konsumen untuk datang ke sana.

"Vanilla, sekarang aku sudah menikah dengan kakakmu. Aku tidak bisa sembarangan pergi keluar." Mahira mencoba mencari alasan.

"Kamu bisa pergi dan nyalon." Tiba tiba Reyvan datang dengan nampan yang berisi makanan.

Mahira menoleh tiba tiba sebuah kecupan mendarat di kening Mahira dan membuat mereka menjadi pusat perhatian, apalagi para gadis lajang yang dulu berharap menjadi istri Reyvan menjerit dalam diam.

pipi Mahira merah merona, wajahnya terasa panas dan tangannya ingin sekali menutupi wajahnya itu.

"Kak Reyvan. Kau membuat para lajang sakit jantung,." Tegur Vanilla.

Reyvan tidak peduli, dia duduk di sebelah kanan Mahira dan menaruh makanan tepat di depan gadis itu. "Makanan ini adalah yang kamu suka." ujar Reyvan.

Mahira menatap Reyvan seolah tidak percaya pria itu begitu mengenalnya.

Tapi di novel yang dia baca hubungan suami istri ini suam suam kuku, tidak panas dan tidak dingin, mereka hanya menjaga keromantisan di permukaan.

Mahira melihat makanan itu dan menyadari semua makanan itu yang di sukainya juga selain Mahira asli.

Woahhh sungguh kebetulan yang luar biasa. Batin Mahira.

"Terima kasih Reyvan." Ujar Mahira.

Reyvan tersenyum lembut sambil menatap Mahira, membuat jantung Mahira dan gadis gadis sosialita yang memperhatikan mereka hampir melompat melewati tenggorokan.

Vanilla menutup wajahnya dan mencemooh kedua pasangan itu yang menunjukan pertunjukan kasih sayang publik.

"Berhenti melakukan itu, kalian akan membuat para lajang mati muda karena iri." ujar Vanilla.

Mahira mengalihkan perhatian nya pada makanan menghindari bertetepan langsung dengan Reyvan.

Di sisi lain Nenek Reyvan menyambaut para tamu dan menerima hadiah sepenuh hati yang di bawa tamu undangan, dari mulai kawan lama ataupun kawan baru, bahkan orang yang diam diam tidak menyukainya pun datang dan dengan senyum lebar mengucapkan selamat ulang tahun beserta hadiah cukup mahal.

Vanilla tertawa melihatnya lalu berbisik pada Mahira.

"Lihat teman nenek yang satu itu, dia adalah musuh dalam selimut, dia terlihat baik di depan nenek tetapi di belakang dia adalah serigala."

Mahira melirik orang yang di maksud Vanilla.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Mahira penasaran, tentu saja Mahira tahu siapa saja musuh dalam selimut keluarga Daguezze, karena dia sudah membaca novelnya. Nenek Reyvan cukup sombong dan sering membuat orang sakit hati dengan kata katanya, dan hal itu membuat orang diam diam membencinya.

"Aku." Vanilla tertawa Jahat. "Aku sering sekali tanpa sengaja mendengar dia menjelekan nenekku."

Mahira menggelengkan kepalanya pertanda geli dengan sikap sahabat Mahira asli. "Kau tidak ingin memberi tahu nenekmu?"

Vanilla melotot. "Untuk apa?"

"Dia kan nenekmu." jawab Mahira.

Vanilla mengerucutkan bibirnya. "Nenek sangat keras kepala, dia sangat mempercayai temannya yang bermulut manis tapi racun, biarkan saja dia seperti itu. meskipun aku beritahu, nenek tidak akan percaya."

Mahira memasukan dimsum ke mulutnya sambil mendengarkan ocehan Vanilla.

Reyvan tiba tiba berdiri meninggalkan sisi Mahira untuk menyambut kolega bisnis yang di undang oleh kakek Reyvan.

"Tunggu sebentar, Aku akan kembali." ujar Reyvan yang di tunjukan untuk Mahira.

"Umh..." Mahira mengangguk.

Melihat Reyvan pergi Vanilla merasa lega, dia buru buru bertanya sesuatu yang pribadi pada Mahira.

"Mahira."

"Umh... "

"Apa kak Reyvan hebat?" Tanya Vanilla dengan senyum misterius.

Mahira bingung sampai mengerutkan keningnya.

"Maksudmu."

Vanila berdecak kesal. "Malam pertama."

Mahira tertegun lalu memukul pelan kepala Vanilla. "Itu masalah pribadi kami, orang luar dilarang menempelkan hidungnya oke."

Vanilla cemberut. "Kak Reyvan tidak pernah dekat dengan seorang wanita setelah putus dari mantan kekasihnya dulu, tentu saja aku penasaran. Saat nenek akan menjodohkannya dengan cucu temannya tiba tiba kak Reyvan datang membawamu dengan status pernikahan kalian yang sah."

Mahira tertegun, dirinya memang ingin tahu alasan mereka menikah karena hal itu tidak pernah di sebutkan, dan mungkin saja dirinya bisa kembali ke dunia asalnya. Meskipun dia tidak sekaya Mahira di novel, tetapi itu cukup membuatnya bahagia. Mahira juga merindukan kakeknya dan belum meminta maaf atas segalanya.

"Kau malah melamun."

"Maaf Vanilla," ujar Mahira lembut.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!