Setelah memarkir mobilnya, Pemuda tampan itu kemudian segera turun yang langsung diikuti oleh Fatiya tanpa menunggu dibukakan pintu terlebih dahulu.
"Bagus ya, ternyata kelakuan kamu, Dik. Tadi bilang ke tempat 𝘤𝘶𝘴𝘵𝘰𝘮𝘦𝘳, tapi ternyata malah keluar dan asyik-asyikan makan siang dan berduaan dengan cowok lain!" Suara bas di belakang Fatiya, membuat Fatiya sangat terkejut.
"Bang Daniel?" Dahi Fatiya berkerut, tak menyangka sang kekasih yang katanya sibuk ternyata kini ada di depan mata.
"Bang Daniel kok disini? Katanya lagi sibuk banget di kantor? Ada perlu apa, mau ketemu sama Mbak Didi, ya?" cecar Fatiya dengan banyak pertanyaan.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Dik!" ketus Daniel.
"Fafa enggak mengalihkan pembicaraan, Bang. Bukannya Abang sendiri yang tadi mengatakan, kalau Abang tidak bisa jemput Fafa karena sibuk? Tapi sekarang Abang ada di sini, ada perlu apa? Fafa tadi 'kan cuma bertanya itu, Bang?" Netra gadis manis itu kini mulai berkaca-kaca karena mendapatkan bentakan dari Daniel.
'Kenapa kamu sekarang jadi emosional begini, Bang?' batin Fatiya bertanya.
"Tadi abang 'kan juga tanya sama kamu, Dik! Katanya lagi di tempat 𝘤𝘶𝘴𝘵𝘰𝘮𝘦𝘳 tapi kenapa malah kamu jalan sama cowok itu!" Daniel terlihat sangat marah, jarinya menunjuk ke arah Akbar yang masih berdiri di samping mobil.
Entah setan apa yang merasuki Daniel, pemuda itu jadi mudah terpancing emosinya. Mungkin karena dirinya sedang banyak pikiran, sebab kesalahan yang telah dia lakukan malam itu.
Daniel yang tak mau jujur, akhirnya mengendapkan masalah yang justru bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Emosinya yang tak terkendali, bahkan bisa berakibat fatal untuk hubungannya sama Fatiya.
"Abang tidak bertanya, Bang, tapi Abang menuduh Fafa!" protes Fatiya. "Customer yang Fafa maksud ya, Mas Akbar ini, Bang. Perusahaan Mas Akbar membeli unit dalam jumlah besar dan Pak Angga menyuruh Fafa untuk ke kantor Mas Akbar, Bang," terang Fatiya kemudian.
"Kalau hanya 𝘤𝘶𝘴𝘵𝘰𝘮𝘦𝘳, kenapa dia sampai mengantarmu segala, Dik?" Pertanyaan Daniel masih bernada ketus.
"Karena Mas Akbar ingin bertemu dengan Pak Angga dan Mbak Didi, Bang. Mas Akbar ini saudaranya," balas Fatiya.
Daniel tersenyum sinis.
Sementara Akbar, masih terdiam di tempatnya. Dua orang pengawal pribadinya yang hendak bertindak, dilarang oleh Akbar dengan isyarat tangan.
"Abang tetap tak percaya, Dik!" ketus Daniel. "Bukankah, dia laki-laki yang sama yang ada dalam video itu?" Netra Daniel menatap tajam Fatiya dengan penuh selidik.
Fatiya memejamkan mata, gadis itu teringat bahwa yang mengambil video dan mengeditnya adalah Santi, temannya sendiri. Santi yang ternyata terobsesi dengan Daniel dan ingin menghancurkan hubungan Fatiya dengan calon suaminya tersebut.
"Kita duduk dulu yuk, Bang!" ajak Fatiya kemudian.
"Tidak perlu, urusanku di sini sudah selesai!" balas Daniel.
"Tapi, Bang, urusan kita belum ...." ucapan Fatiya menggantung di udara, kala gadis itu mendengar Diandra menyeru nama Daniel.
"Mas Daniel, untung kamu masih di sini!"
"Ada apa, Mbak?" tanya Daniel yang membalikkan badan kembali.
"Tadi ada yang masih harus di revisi ulang, barusan Pak Thomas telepon mbak," balas Diandra.
"Balik ke dalam, yuk!" ajak Diandra.
Daniel mengangguk patuh.
"Bang Akbar baru nyampai?" tanya Diandra menoleh ke arah Akbar.
"Iya, Kak," balas Akbar.
"Yuk, masuk!" ajak Diandra kemudian, seraya tersenyum pada Akbar.
Mereka semua kemudian masuk ke dalam 𝘴𝘩𝘰𝘸𝘳𝘰𝘰𝘮, termasuk Fatiya yang berjalan paling belakang sambil menahan sesak di dada.
"Fa, mau kemana?" tanya Akbar yang berjalan tepat di depan Fatiya, dengan memelankan suara kala melihat Fatiya hendak berbelok dan bukannya ikut menaiki tangga.
"Mau kembali ke meja Fafa, Mas," balas Fatiya yang juga memelankan suaranya.
Ya, Fatiya tidak ikut naik ke lantai atas dan memilih kembali ke mejanya untuk menyibukkan diri di sana.
Suasana hatinya sedang tidak nyaman dan gadis itu tak mau, jika hal itu akan semakin memperburuk keadaan jika dirinya memaksakan diri berbicara dengan Daniel, yang kondisinya juga sama dengan dirinya.
Sementara di ruangan milik Angga, Daniel kemudian menyelesaikan urusan pekerjaan dengan pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Sementara Akbar nampak berbincang santai dengan Angga di sofa.
'Sepertinya, pemuda itu menyukai Fafa,' bisik Daniel dalam hati.
Sesekali, Daniel melirik ke arah Akbar. Tak dipungkiri, calon suami Fatiya itu cemburu pada pemuda tampan tersebut.
"Nah, ini sudah beres ya, Mas Daniel," pungkas Diandra.
Daniel mengangguk. "Ya, Mbak. Kalau begitu, Daniel pamit kembali ke kantor," pamit Daniel dengan sopan.
,"Enggak mau ngobrol dulu dengan Fafa? Dia sudah ada tuh, di bawah," tanya Diandra.
"Oh ya, Niel. Kenalin, ini Akbar, saudara kami," terang Diandra kemudian.
Akbar mengulurkan tangan pada Daniel seraya tersenyum ramah, calon suami Fatiya itu menyambutnya dengan tersenyum kecut. Daniel merasa bersalah pada Akbar dan juga Fatiya.
"Duduk dulu sini, Niel." Angga menepuk bangku kosong di sebelahnya.
"Terimakasih, Pak Angga. Tapi Daniel buru-buru, takut ditunggu sama Pak Andrew," tolak Daniel dengan halus. Daniel merasa tak enak hati dengan Akbar karena telah salah menuduh tadi.
"Mari semua," pamit Daniel kemudian yang bergegas keluar dari ruangan Angga.
Daniel menuruni anak tangga dengan tidak sabar, pemuda itu ingin segera bertemu dengan Fatiya.
"Dik," panggil Daniel.
Fatiya yang sedang membuat rekap penjualan mingguan, dibuat terkejut dengan kedatangan Daniel.
"Bang, udah selesai?" tanya Fatiya yang tak ingin menyinggung masalah tadi. 𝘔𝘰𝘰𝘥-nya baru saja membaik, setelah makan coklat pemberian temannya dan Fatiya tak ingin merusaknya kembali.
Daniel mengangguk seraya tersenyum manis, senyuman yang membuat Fatiya mengerutkan dahi.
"Abang mau minta maaf, Dik. Maaf, abang telah salah sangka tadi," ucap Daniel.
Fatiya tersenyum lega, meski masih ada yang mengganjal di hatinya, tapi setidaknya salah satu masalahnya sudah selesai.
"Iya, Bang, tak mengapa. Fafa juga minta maaf karena sempat terpancing tadi," balas Fatiya.
"Bang, kita harus bicara. Kapan Abang punya waktu?" tanya Fatiya.
Wajah Daniel langsung pucat pasi.
🍀🍀🍀🍀🍀 tbc 🍀🍀🍀🍀🍀
Demi apa coba, sehari up 3x kayak minum obat 😄
Demi saweran dari kalian, Best 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut
2023-10-14
1
Memyr 67
bingung dech. kan diandra yg tanya akbar? kok diandra yg jawab dan ngajak masuk? ini maksudnya bagaimana?
2023-03-22
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘵𝘦𝘨𝘢𝘴 𝘥𝘰𝘯𝘬 𝘍𝘢𝘧𝘢 𝘣𝘪𝘢𝘳 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪
2023-03-21
1