"Jangan mimpi, Santi!" geram Daniel.
"Minggir, gue harus segera pulang!" hardik Daniel kemudian. Pemuda itu dengan kasar menyingkirkan tangan Santi, yang mencoba menahan Daniel.
Daniel segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, tanpa menghiraukan rengekan Santi yang terus memintanya untuk tetap tinggal sampai besok pagi.
Ketika Daniel keluar dari kamar mandi usai membersihkan diri dan kemudian memakai pakaiannya kembali, Santi kembali merajuk.
"Pulang besok pagi aja ya, Niel. Gue masih kangen sama lu, Niel," rajuk Santi dengan manja.
Daniel sama sekali tak merespon permintaan Santi, pemuda itu tetap memakai pakaiannya dan kemudian berjalan menuju pintu.
"Gue harus pulang sekarang! Terserah kalau lu masih mau menginap di sini sampai besok pagi!" seru Daniel yang menghentikan langkah sebelum membuka pintu.
Santi yang masih belum mengenakan apa-apa itu mengejar Daniel, teman kuliah Daniel itu pun langsung bersimpuh di kaki calon suami Fatiya tersebut.
"Niel, please ... jangan tinggalin gue dengan kondisi seperti ini, Niel," pinta Santi dengan memohon.
"Gue akan bunuh diri jika lu pergi, Niel. Jika gue mati di dalam kamar ini, lu tahu 'kan siapa yang harus bertanggung jawab?" tanya Santi seraya mendongak menatap Daniel.
"Yang harus bertanggung jawab itu lu, Niel! Karena kita check-in atas nama lu, dan CCTV di hotel ini juga pasti menangkap wajah kita berdua yang masuk ke dalam hotel dengan bergandengan mesra!" ancam Santi dengan sorot mata tajam.
Daniel menghela napas kasar. "Apa maumu, Santi?" tanya Daniel dengan ketus.
"Tetap bersamaku, tinggalkan Fafa dan nikahi aku!" tegas Santi.
Daniel tersenyum seringai, pemuda itu kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kalau saat kita berhubungan tadi lu masih suci, gue pasti akan bertanggung jawab, San, karena gue sudah mengambil kesucian lu," ucap Daniel.
"Tapi, apa yang gue dapat? Lu udah enggak suci lagi, San! Lu bekas orang dan gue tidak tahu, berapa banyak laki-laki yang berhasil lu jebak dan tidur bersama lu!" seru Daniel.
Santi menggeleng. "Itu tidak benar, Niel. Gue tidak pernah menjebak laki-laki manapun! Hanya lu, Niel ... hanya lu karena gue suka sama lu!" balas Santi dengan berteriak.
Santi segera berdiri dan kemudian memeluk erat Daniel. "Gue memang sudah tidak perawan lagi, Niel, tapi itu bukan keinginan gue," ucap Santi dengan memelankan suaranya.
"Gue diperkosa oleh orang yang enggak gue kenal, saat gue pulang dari bimbel sewaktu masih sekolah dulu," lanjut Santi, yang semakin mengeratkan pelukannya.
"Jangan pergi, Niel. Ku mohon," pinta Santi kembali.
Daniel menghela napas panjang berkali-kali. "Lantas, kenapa lu lakuin ini sama gue, San?" tanya Daniel dengan lirih.
"Lu tahu 'kan, kalau gue sebentar lagi mau menikah? Dengan Fafa, San, orang yang telah membantu lu mendapatkan pekerjaan di 𝘴𝘩𝘰𝘸 𝘳𝘰𝘰𝘮 Pak Angga?" lanjut Daniel.
"Karena gue cinta sama ...."
"Itu bukan cinta, San! Tapi obsesi!" sergah Daniel. "Lu harus bisa bedakan itu, San!" Daniel perlahan mengurai pelukan Santi.
"Kepala gue pusing, San. Sorry, gue harus pulang sekarang," ucap Daniel. "Terserah lu, jika mau bunuh diri atau mau apa. Gue juga enggak perduli, jika gue harus di penjara karena mempertanggung jawabkan kematian lu," lanjut Daniel dengan pasrah.
"Gue juga mungkin sudah enggak memiliki harapan lagi untuk bisa bersama Fafa, jika dia tahu semua ini. Jadi, terserah mau lu, San," pungkas Daniel yang langsung membuka pintu dan segera keluar dari kamar hotel tersebut, meninggalkan Santi yang terpaku di tempat dengan berlinang air mata.
Mendengar perkataan Daniel barusan, Santi menyadari bahwa cinta Daniel terhadap Fatiya begitu dalam. Bahkan, Daniel seolah tak memiliki lagi harapan untuk hidup, jika sampai Fatiya memutuskan hubungan mereka berdua setelah mengetahui kejadian malam ini.
Santi akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumahnya, dia bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dulu sebelum meninggalkan kamar hotel.
☕☕☕
Keesokan harinya, Daniel yang masih diliputi perasaan bersalah pada Fatiya, sengaja datang ke rumah sang kekasih untuk menjemput dan akan mengantarkan calon istrinya itu berangkat bekerja.
"Assalamu'alaikum," ucap salam Daniel.
"Wa'alaikumsalam," balas Fatiya yang memang hendak keluar untuk segera berangkat.
"Bang Daniel? Ada apa, pagi-pagi sekali Abang ke sini dan enggak kasih kabar dahulu?" tanya Fatiya was-was. Gadis itu tiba-tiba teringat kejadian semalam.
'Apa mungkin, Bang Daniel mau memutuskan secara sepihak pernikahan kami karena sudah ada wanita lain di hatinya?' bisik Fatiya bertanya pada diri sendiri.
"Dik, udah siap untuk berangkat?" tanya Daniel.
Fatiya mengangguk. "Iya, Bang?"
"Ayo, bareng abang!" ajak Daniel. "Abang sengaja datang pagi-pagi untuk menjemput kamu, Sayang," ucap Daniel.
"Apa ibu ke pasar?" tanya Daniel sambil berjalan menuju mobil.
"Iya, paling sebentar lagi pulang," balas Fatiya yang mengekor di belakang Daniel.
Keduanya kemudian segera masuk ke dalam mobil, Daniel langsung menghidupkan mesin mobil dan segera melajukan kuda besi miliknya membelah jalanan ibukota untuk mengantarkan sang kekasih hati.
Sepanjang perjalanan menuju 𝘴𝘩𝘰𝘸 𝘳𝘰𝘰𝘮 tempat Fatiya bekerja, keduanya sama-sama terdiam.
Fatiya yang masih memikirkan kejadian semalam dan ingin bertanya pada Daniel, mengurungkan niatnya dan akhirnya memasrahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa. Sebagaimana nasehat sang ibu semalam, ketika Fatiya tak dapat tidur setelah menelepon Daniel dan mendengar suara yang tak asing di telinganya.
"Serahkan semua pada Allah, Fa. Berdo'alah pada-Nya, agar Allah menunjukkan kebenarannya kepadamu," nasehat sang ibu.
Sementara Daniel yang ingin mengatakan yang sejujurnya mengenai kejadian semalam antara dirinya dengan Santi di sebuah kamar hotel, belum memiliki kepercayaan diri jika nanti Fatiya tidak bisa terima dan kemudian memutuskan secara sepihak untuk membatalkan pernikahan mereka berdua.
Dering ponsel Daniel yang bergetar di saku, mengurai keheningan di kabin mobil Daniel.
Pemuda itu segera mengambil ponsel miliknya dan kemudian menerima panggilan telepon dari seseorang, yang namanya belum tersimpan di ponsel Daniel.
"Halo," sapa Daniel.
"Ini gue, Santi. Maaf, Niel, kalau gue telepon sepagi ini. Gue cuma mau bilang terimakasih untuk semalam dan gue mau pamit sama lu, Niel," ucap Santi.
"Lu mau kemana?" tanya Daniel datar.
Hening, tak ada suara di seberang sana.
"San, lu mau kemana?" ulang Daniel tanpa sadar, yang menyebutkan sebuah nama.
Reflek, Fatiya menoleh ke arah Daniel.
"Gue tahu, gue telah melakukan kesalahan, Niel. Gue sadar, cinta ku ke Fafa begitu besar dan tak mungkin bisa gue rebut. Gue pergi untuk menjauh dari kehidupan kalian agar gue enggak semakin sakit hati, Niel."
Daniel yang belum menyadari arti tatapan sang kekasih, masih serius mendengarkan suara di seberang sana.
"Sekali lagi, gue minta maaf untuk kejadian semalam. Lu enggak perlu khawatir, Niel, jika suatu saat benih yang lu tanam ini tumbuh di rahim gue, gue tidak akan menuntut apapun," ucap Santi panjang lebar.
Daniel mengusap kasar wajahnya, membuat Fatiya semakin mengerutkan dahi.
'Mereka berdua, membicarakan tentang apa, sih?' batin Fatiya bertanya-tanya.
🍀🍀🍀🍀🍀 tbc 🍀🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Dewi Zahra
lanjut
2023-10-13
1
Ita rahmawati
jijik y liat laki² kyk daniel 🤮🤮
2023-04-20
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘍𝘢𝘧𝘢 𝘨𝘢𝘬 𝘫𝘥 𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘋𝘢𝘯𝘪𝘦𝘭 🤲🤲🤲🤲
2023-03-21
1