"Lu enggak perlu khawatir, Niel, jika suatu saat benih yang lu tanam ini tumbuh di rahim gue, gue tidak akan menuntut apapun," ucap Santi panjang lebar dan langsung menutup telepon tanpa menunggu respon Daniel.
Daniel mengusap kasar wajahnya, membuat Fatiya semakin mengerutkan dahi.
'Mereka berdua, membicarakan tentang apa, sih?' batin Fatiya bertanya-tanya.
Daniel menatap sekilas layar ponsel yang telah kembali ke layar awal, pemuda itu menghela napas panjang berkali-kali.
"Telepon dari siapa, Bang?" tanya Fatiya, penasaran.
"Eh, bu-bukan siapa-siapa, Dik," balas Daniel tergagap.
"Apa yang barusan, Santi?" tanya Fatiya menduga.
Daniel menggeleng. "Kenapa dari semalam kamu menuduhku terus, Dik?" tanya Daniel yang mulai meninggikan suaranya.
Membuat Fatiya yang selama ini tak pernah dibentak oleh Daniel, langsung mengkerut. Hati Fatiya terasa sakit, mendengar nada tinggi ucapan Daniel. Apalagi gadis itu merasa tidak bersalah, dia hanya bertanya, itupun dengan baik-baik.
Fatiya mengalihkan pandangannya ke luar jendela kaca mobil, netranya kini telah berkaca-kaca. Gadis berhijab itu tak ingin membalas perkataan Daniel, lebih baik baginya berdiam diri untuk menenangkan hati yang semakin kalut sejak semalam setelah menelepon Daniel.
'Ya Allah, tunjukkan kebenaran itu padaku,' batin Fatiya berdo'a, seperti yang diajarkan sang ibu, agar Fatiya hanya meminta petunjuk pada-Nya. Petunjuk yang tak pernah salah dan menyesatkan.
Menyadari kesalahannya, Daniel kemudian menepikan mobil.
Fatiya sama sekali tak ingin menoleh ke arah Daniel dan bertanya, kenapa tiba-tiba pemuda yang telah mengisi hari-harinya selama empat tahun itu menghentikan dan menepikan mobil.
"Dik, maafkan aku. Aku tidak bermaksud membentakmu barusan," sesal Daniel sambil menoleh ke arah Fatiya.
Calon istri Daniel itu masih terdiam.
"Aku lagi ada sedikit masalah di kantor," lanjut Daniel beralasan. "Lain kali, aku tidak akan membawa masalah kantor dalam hubungan kita," imbuhnya.
Fatiya menoleh. "Masalah apa? Kenapa enggak cerita dari kemarin?" cecar Fatiya yang tidak suka Daniel menyembunyikan sesuatu darinya.
Daniel menghela napas panjang, terpaksa dia harus berbohong kembali untuk menutupi kebohongan yang terlanjur dibuatnya sejak semalam.
Kebohongan yang akan terus berlanjut untuk menutupi kebohongan yang telah lalu, hingga Daniel berani berterus terang dengan mengatakan yang sejujurnya.
"Tentang laporan keuangan, Dik, yang kemarin telah kami bahas sewaktu rapat sampai malam. Tapi kamu enggak perlu khawatir, hari ini semuanya akan aku selesaikan," balas Daniel.
Fatiya mengangguk, mencoba mempercayai ucapan pemuda yang terus menatap dirinya dengan tatapan yang sulit Fatiya mengerti.
"Ayo jalan, Bang! Nanti Abang bisa terlambat sampai kantor," ajak Fatiya.
Daniel tersenyum. "Makasih ya, Dik. Kamu selalu bisa mengerti aku," balas Daniel, yang dibalas Fatiya dengan tersenyum tipis.
Pemuda itu segera melajukan kembali kendaraannya untuk menuju 𝘴𝘩𝘰𝘸𝘳𝘰𝘰𝘮, tempat Fatiya bekerja.
☕☕☕
Fatiya baru saja membereskan mejanya, ketika seseorang menghampiri dengan berderai air mata.
"San, ada apa?" tanya Fatiya.
Santi langsung menghambur memeluk orang yang telah berjasa padanya tetapi justru telah dia sakiti itu. "Maafkan gue, Fa," bisik Santi di telinga Fatiya. Gadis yang senang mengenakan pakaian ketat itu semakin mengeratkan pelukan.
"Maaf untuk apa?" tanya Fatiya tak mengerti seraya melepaskan pelukan Santi.
"Duduk dulu, San," pinta Fatiya sambil menarik sebuah kursi dari meja sebelah.
Mereka berdua kemudian duduk dengan berhadapan.
"Ada apa?" tanya Fatiya seraya menatap Santi dengan lembut.
Mendapatkan perilaku baik dari Fatiya, membuat air mata Santi semakin deras mengalir. Gadis itu menyesal karena telah menggoda calon suami teman baik seperti Fatiya.
Kebaikan yang Fatiya tunjukkan barusan, juga membuat dirinya merasa semakin kerdil jika dibandingkan dengan Fatiya.
'Pantas saja, Daniel tidak pernah melirik gue sama sekali, Fa. Itu karena lu memang gadis yang sempurna, lu cantik, lu juga sangat baik, Fa,' bisik Santi dalam hati.
"San?" panggil Fatiya seraya menepuk lembut punggung tangan Santi, membuat lamunan gadis itu buyar seketika.
"I-iya, Fa," balas Santi. "Ada yang mau gue katakan, Fa. Tapi tidak di sini," lanjut Santi sambil memindai keadaan sekeliling yang sudah mulia ramai.
Ya, satu persatu karyawan di 𝘴𝘩𝘰𝘸𝘳𝘰𝘰𝘮 milik Angga mulai berdatangan. Kondisi yang tadinya sepi, kini mulai berisik karena percakapan dan kegiatan para karyawan yang baru saja datang tersebut.
"Bagaimana kalau kita ke musholla?"'tawar Fatiya. "Gue juga mau sholat dhuha sebentar," lanjutnya yang langsung beranjak.
Santi mengangguk dan segera mengekor langkah Fatiya, menuju musholla yang berada di lantai atas.
"Gue ambil air wudlu sekalian ya, San. Lu tunggulah di dalam," ucap Fatiya yang bergegas menuju pancuran untuk berwudhu.
Santi hanya menurut, dia yang tak kenal sholat segera masuk ke musholla dan duduk berdiam diri di sana, menunggu Fatiya.
Usai berwudhu, Fatiya segera mengenakan mukena miliknya yang sengaja dia tinggalkan di musholla tersebut.
Fatiya kemudian duduk di sebelah Santi. "Katakan, San. Ada apa?" tanya Fatiya yang sudah penasaran sejak tadi, melihat temannya itu mengeluarkan air mata.
Santi menggenggam erat tangan Fatiya. "Fa, maafkan gue, maaf," ucap Santi yang kali ini sambil menangis tersedu. Santi tak ragu menangis karena hanya ada mereka berdua di dalam musholla kecil tersebut.
"San, dari tadi lu minta maaf terus. Maaf untuk apa?" tanya Fatiya yang benar-benar dibuat bingung oleh sikap Santi.
Santi menyusut air matanya, gadis itu menghela napas panjang untuk mengurangi rasa sesak di dada. Ya, gadis itu benar-benar menyesali perbuatannya, setelah menyadari bahwa cinta Daniel untuk Fatiya begitu besar.
"Gue, gue sudah melakukan kesalahan yang sangat besar terhadap lu, Fa. Maaf," ucap Santi, yang mulai tenang.
"Gue sudah merayu Daniel dan kami semalam ...," sejenak Santi menjeda ucapannya karena tangis Santi kembali pecah.
Fatiya semakin bingung, perasaannya tiba-tiba saja menjadi tidak nyaman. Gadis yang sudah mengenakan mukena itu teringat kejadian semalam, saat dirinya menelepon Daniel.
"Jangan bilang, kalau suara wanita semalam itu adalah suara lu, San." Fatiya menatap dalam netra Santi, mencoba mencari kejujuran dari teman kuliah Daniel tersebut.
Tanpa Fatiya harapkan, Santi mengangguk perlahan. "Iya, Fa. Itu suara gue," ucap Santi yang membuat hati Fatiya merasa sakit karena semalam telah dibohongi oleh sang kekasih.
Santi dengan terisak menceritakan semua yang dia lakukan pada Daniel, hingga Daniel tergoda dan mereka berdua melakukan hubungan yang tidak semestinya.
"Gue yang salah, Fa. Gue yang merayu Daniel," ucap Fatiya di akhir ceritanya. "Jangan putusin dia, Fa. Daniel sangat mencintai lu," mohon Santi sambil menggenggam erat tangan Fatiya.
"Gue akan pergi, Fa. Gue sudah menyadari semua kesalahan gue, tolong maafin gue, Fa," lanjut Santi karena Fatiya tidak merespon ucapannya.
Ya, Fatiya kehilangan kata-kata mendengar pengakuan Santi barusan. Hatinya sangat sakit dan tak bisa diungkapkan lagi dengan kata-kata.
"Daniel sangat mencintai lu, Fa. Dia bahkan rela untuk pindah keyakinan demi, lu." Santi yang telah menyesali perbuatannya, mencoba meyakinkan Fatiya agar tidak memutuskan Daniel.
Fatiya menggeleng, gadis itu kemudian memejamkan mata.
🍀🍀🍀🍀🍀 tbc 🍀🍀🍀🍀🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
N Wage
ini si santi bener2an menyesal atw sengaja mengaku biar fatiya tau kemudian memutuskan hubungsm dg daniel?
2023-07-03
1
Ita rahmawati
fafa : sorry² aj y klo gue hrus dptin bekas elu,,muales amat ,,jijik tau kyk gk ad laki² lain aj di dunia in 🤮🤮🤮🤣🤣
2023-04-20
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘫𝘯𝘨𝘯 𝘮𝘢𝘶 𝘍𝘢𝘧𝘢
2023-03-21
1