Pergi Ke Makam

Happy reading.......

Emil merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dia tidak bisa tidur malam ini. Sebab Emil masih merasa tidak tenang, karena bukti yang sesungguhnya belum Emil berikan kepada Bintang. Dia benar-benar tidak bisa melihat gadis itu menangis.

"Mengetahui tentang kematian orang tuanya saja, dia sudah menangis seperti itu. Apalagi saat dia mengetahui penyebab kematian orang tuanya? Sepertinyax aku harus menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan kepada dia, tentang sebab kematian orang tuanya. Karena saat ini, aku merasa bukan waktu yang tepat," gumam Emil sambil menatap langit-langit kamar.

Dia benar-benar tidak tega jika harus mengungkapkan semuanya kepada Bintang, jika orang tuanya mati itu karena disengaja oleh seseorang. Jadi Emil menunggu waktu yang tepat saat perasaan Bintang sudah jauh lebih baik l, karena Emil takut jika dia memaksakan untuk memberitahu tentang kebenaran yang begitu besar kepada Bintang, yang dia khawatirkan adalah Bintang akan drop, dan mungkin juga akan pingsan. Jadi Emil akan lebih sabar lagi.

Pagi pun tiba.

Saat ini Bintang dan juga Emil sudah siap dengan setelan kantornya, namun sebelum itu Bintang akan ke makam orang tuanya terlebih dahulu, sesuai dengan permintaannya tadi malam kepada Emil.

Mama Ria menautkan alisnya saat melihat Bintang, sudah rapi dengan pakaian kantor. "Loh Sayang, kamu mau ke mana? Kok pakai pakaian kerja?" tanya Mama Ria dengan heran, begitupun Papa Ezra. Dia menatap anak dan menantunya itu bergantian.

"Iya Ma, aku akan mulai bekerja di kantornya es kobokan. Eh, maksud aku Mas Emil. Karena aku bosen di rumah terus aku ingin ada kegiatan, dan kata Mas Emil, di kantornya sedang butuh karyawan. Bintang akan ikut bekerja," jawab Bintang sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, karena dia tidak enak memanggil Emil dengan es kobokan di hadapan kedua orang tuanya.

Bintang pikir, Papa Ezra dan juga Mama Ria akan marah kepadanya, karena Bintang sudah keceplosan memanggil Emil dengan nama es kobokan, tetapi ternyata, Bintang salah. Papa Ezra dan juga Mama Ria malah tertawa saat mendengar ucapan Bintang, sedangkan Emil malah memasang wajah cemberut, sambil menatap Bintang dengan kesal.

"Hahaha ... Emil, Emil. Baru kali ini ada orang yang berani ganti nama kamu? Papa sampai sakit perut dengernya, tapi kalau dipikir-pikir bener juga sih. Sepertinya kamu 11 12 sama air kobokan," ujar Papa Ezra sambil memegangi perutnya karena sakit terus tertawa sedari tadi.

Sedangkan Mama Ria menepuk pelan pundak suaminya. "Papa ini kalau bicara suka bener. Kalau anak kita mirip es kobokan, terus Papa apa? Es kocok, es serut? 'Kan Papa yang nanam benihnya? Otomatis, pabriknya dari Papa. Gimana sih?" gerutu Mama Ria sambil menuangkan nasi goreng ke piring suaminya.

Papa Ezra seketika terdiam saat mendengar ucapan Mama Ria. "Iya juga ya, Mah. 'Kan pabriknya dari Papa, benihnya juga dari Papa. Kalau Emil es kobokan, lah berarti Papa apa, Mah?" ucap Papa Ezra sambil menunjuk wajahnya sendiri.

"Kalau Papa bukan es kobokan, tapi es teh pahit," jawab Mama Riq sambil terkekeh kecil.

Bintang pun ikut terkekeh saat mendengar lelucon kedua mertuanya..Dia tidak menyangka jika mertuanya mempunyai sifat yang humoris, dan sedikit banyaknya Bintang juga terhibur dengan lelucon Mama Ria dan juga Papa Ezra.

Emil yang melihat itu tentu saja sangat senang, walaupun hati dia kesal karena Nintang terus menyebutnya dengan es kobokan, pria setengah Yupi, es kocok,nbahkan es Milo, tapi melihat senyum yang mengembang di wajah Bintang membuat kekesalan itu seketika lenyap begitu saja.

Saat ini Emil dan juga Bintang sudah berada di dalam mobil untuk menuju ke pemakaman, di mana orang tuanya Bintang berada, dan tidak ada pembicaraan di dalam mobil. Hanya ada keheningan, bahkan Leon pun tidak berani mengangkat bicara, pria itu hanya fokus untuk menyetir.

Setelah menempuh perjalanan satu jam lebih, mobil pun sampai di area pemakaman, dan Bintang langsung turun dari sana kemudian dia bertanya pada tukang bersih-bersih yang ada di makam tentang keberadaan makam orang tuanya Bintang, dan setelah mendapatkan informasi dia pun langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh pria paruh baya tersebut.

Jantung Bintang berdebar dengan keras, dadanya kembali sesak saat dia sudah sampai di kedua makam yang bersebelahan yang tertulis dengan nama orang tuanya. Air mata Bintang bahkan sudah tidak bisa lagi dibendung, dia menangis di balik kacamata hitamnya.

Tanpa bisa ditahan lagi,nBintang segera memeluk batu nisan itu satu persatu. Dia menangis tersedu-sedu di antara kedua makam itu, Bintang tidak bisa mengucapkan apapun, hanya tangislah yang saat ini mewakili perasaan Bintang. Bahkan, Leon dan Emil pun tidak berani angkat bicara, mereka hanya diam saja memperhatikan kesedihan wanita yang ada di hadapan mereka.

"Mah, Pah. Kenapa kalian tega meninggalkan Bintang? Kenapa, kalian tidak mau untuk bertemu dengan Bintang walau hanya sebentar saja? Jika Bintang tahu kalian telah tiada, mungkin sudah sejak dulu Bintang ke sini, menengok kalian. Maafkan Bintang, Mah, Pah. Bintang baru mengetahuinya sekarang. Maafkan Bintang, yang tidak tahu jika kalian sudah terbaring untuk selamanya di sini. Kenapa tidak bisa kalian memeluk Bintang walau sebentar saja? Apa tidak bisa kalian menemui Bintang, membisikan kata sayang di telinga Bintang?" Wanita itu terus menangis dan berbicara dengan suara yang purau.

Memang kehilangan orang yang paling kita sayang itu sangatlah berat, sangat menyakitkan dan sangat menyesakan dada. Sebab, jika orang itu sudah tiada di dunia ini, maka jangankan untuk bertemu dengannya, memeluknya bahkan memegangnya saja tidak akan pernah bisa. Lebih baik kehilangan orang namun masih bisa untuk bertemu, daripada kehilangan orang namun sudah tidak bisa bertemu lagi untuk selama-lamanya.

Hati mana yang tidak akan pernah sakit, hati mana yang tidak akan pernah hancur, saat mengetahui jika orang tua kandungnya telah tiada. Saat mengetahui jika surganya sudah kembali kepada sang pencipta. Sebagai seorang anak, Bintang tentu saja sangat sakit. Dia sangat sedih, karena Bintang tidak bisa bertemu dengan orang tuanya sejak bayi. Dia hanya bisa merasakan kasih sayang orang tuanya sampai umurnya 1 tahun.

Setelah Bintang meluapkan rasa sesak di dalam dadanya, dan rasa rindu kepada orang tuanya. Bintang pun mengirimkan doa untuk kedua orang tuanya yang kini tengah terbaring di dalam tanah. Setelah itu, Bintang menghapus air matanya dan pergi ke kantor bersama dengan Emil.

Bersambung.......

Terpopuler

Comments

Pisces97

Pisces97

pasti sakit diposisi bintang
pernah kehilangan seorang ayah diwaktu masih SMK tapi tetap sakit meskipun hanya 1 tahun sekali
kurang kasih sayang seorang ayah tau² pergi merasa gak percaya gitu 🤧

2023-10-13

1

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

🤲🏻

2022-12-22

1

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.

skakmat kan pah...😂😂😂😂

2022-12-22

1

lihat semua
Episodes
1 Kenapa Harus Aku?
2 Suami Setengah Yupi
3 Cewek Rantang
4 Bertanya
5 Terpaku
6 Kamu Bukan Anak Kami
7 Perintah Papa Ezra
8 Masih Heran
9 Ancaman Emil
10 Salah Sasaran
11 Apa Dia Normal?
12 Tak Suka
13 Jubaedah dan Markonah
14 Bukti Kematian Ortu Bintang
15 Saran Papa Ezra
16 Memberitahu Bintang
17 Terimakasih
18 Pergi Ke Makam
19 Memperkenalkan Bintang
20 Sebaiknya Anda Mengganti Nama
21 Sebutan Itu tidak Cocok Dengan Kamu
22 Lawan yang Seimbang
23 Jangan Ganggu Sahabatku
24 Nasihat Papa Ezra
25 Ada Aku Disini Untukmu
26 Konsultasi
27 Dua Miss Kunti
28 Aku Lupa Ma.
29 Ada Apa Dengan Tubuhku
30 Aku Pria Normal
31 Kembaran Ikan Cupang
32 Kalian harus Honeymoon
33 10 Anak
34 Allahuma Paksakan
35 Persiapan Dari Mama Ria
36 Sama Sama Gengsi
37 Mending Goda Suami Sendiri
38 Melawan Trauma
39 Hampir Saja
40 Mulai Jujur
41 Masa Lalu Kelam
42 Kemarahan Tiwi
43 Ceritakan Padaku
44 Masa lalu 3 Sahabat
45 Akhirnya Goool
46 Es Milo Mulai Fosesif
47 Bertemu Orlando
48 Lebih Baik Kalian Pacaran Juga
49 Menyebalkan
50 Perusuh
51 Katakan Padaku
52 Kenyataan Pahit
53 Senjata Ala Emak
54 Ide Konyol Jubaedah
55 Permintaan 3 Wanita
56 Teman Masa Lalu
57 Calon Gebetan
58 Stempel Kepemilikan
59 Stempel Di Ketiak
60 Bunglon
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Perubahan
66 Kejutan 2
67 Bujukan Maut Bintang
68 Perusuh Lagi
69 Masuk Perangkap
70 Permintaan Bumil
71 Mie Rasa Adukan Semen
72 Ajakan Leon
73 Makan malam
74 Buah Kiwi Ku
75 Permintaan Konyol Bumil
76 Suamiku Tertukar
77 Penderitaan Emil
78 Jangan jangan, bayiku pindah ke kamu?
79 Meminta Bantuan
80 Rencana Emil
81 Masuk Perangkap
82 Di Datang Kembali
83 Musuh Terbesar Emil
84 Pengintai
85 Salah Sasaran
86 Kemarahan Leon
87 Mengetahuinya
88 Penyerangan
89 Singa Pembantai
90 Racun Yang Mematikan
91 Pertarungan
92 Biar Kita Impas
93 Arsenio Ferdinand
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Kenapa Harus Aku?
2
Suami Setengah Yupi
3
Cewek Rantang
4
Bertanya
5
Terpaku
6
Kamu Bukan Anak Kami
7
Perintah Papa Ezra
8
Masih Heran
9
Ancaman Emil
10
Salah Sasaran
11
Apa Dia Normal?
12
Tak Suka
13
Jubaedah dan Markonah
14
Bukti Kematian Ortu Bintang
15
Saran Papa Ezra
16
Memberitahu Bintang
17
Terimakasih
18
Pergi Ke Makam
19
Memperkenalkan Bintang
20
Sebaiknya Anda Mengganti Nama
21
Sebutan Itu tidak Cocok Dengan Kamu
22
Lawan yang Seimbang
23
Jangan Ganggu Sahabatku
24
Nasihat Papa Ezra
25
Ada Aku Disini Untukmu
26
Konsultasi
27
Dua Miss Kunti
28
Aku Lupa Ma.
29
Ada Apa Dengan Tubuhku
30
Aku Pria Normal
31
Kembaran Ikan Cupang
32
Kalian harus Honeymoon
33
10 Anak
34
Allahuma Paksakan
35
Persiapan Dari Mama Ria
36
Sama Sama Gengsi
37
Mending Goda Suami Sendiri
38
Melawan Trauma
39
Hampir Saja
40
Mulai Jujur
41
Masa Lalu Kelam
42
Kemarahan Tiwi
43
Ceritakan Padaku
44
Masa lalu 3 Sahabat
45
Akhirnya Goool
46
Es Milo Mulai Fosesif
47
Bertemu Orlando
48
Lebih Baik Kalian Pacaran Juga
49
Menyebalkan
50
Perusuh
51
Katakan Padaku
52
Kenyataan Pahit
53
Senjata Ala Emak
54
Ide Konyol Jubaedah
55
Permintaan 3 Wanita
56
Teman Masa Lalu
57
Calon Gebetan
58
Stempel Kepemilikan
59
Stempel Di Ketiak
60
Bunglon
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Perubahan
66
Kejutan 2
67
Bujukan Maut Bintang
68
Perusuh Lagi
69
Masuk Perangkap
70
Permintaan Bumil
71
Mie Rasa Adukan Semen
72
Ajakan Leon
73
Makan malam
74
Buah Kiwi Ku
75
Permintaan Konyol Bumil
76
Suamiku Tertukar
77
Penderitaan Emil
78
Jangan jangan, bayiku pindah ke kamu?
79
Meminta Bantuan
80
Rencana Emil
81
Masuk Perangkap
82
Di Datang Kembali
83
Musuh Terbesar Emil
84
Pengintai
85
Salah Sasaran
86
Kemarahan Leon
87
Mengetahuinya
88
Penyerangan
89
Singa Pembantai
90
Racun Yang Mematikan
91
Pertarungan
92
Biar Kita Impas
93
Arsenio Ferdinand

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!