Happy Reading......
Saat ini Bintang, Emil dan juga kedua orang tua Emil, sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam, tetapi kali ini terlihat beda. Karena Emil dan Bintang sama-sama merasa canggung, terlebih Bintang. Dia bahkan tidak berani menatap suaminya, bahkan saat Bintang mengambilkan lauk pauk ke piring Emil, dia tidak melirik ke arah pria tampan itu sedikitpun.
Setelah makan malam selesai, Emil langsung pergi ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang tadi siang belum sempat dia selesaikan. Sementara Bintang, langsung naik ke lantai atas menuju kamarnya, setelah itu Bintang mengambil buku novel yang dia beli beberapa hari yang lalu saat Bintang keluar dari rumah Ferdinand.
Akan tetapi, tidak biasanya Bintang tidak fokus dalam membaca novel. Saat ini pikiran Bintang masih tertuju ke kejadian beberapa jam yang lalu, dan Bintang pun merasa frustasi. Kemudian dia menutup buku novelnya dengan kasar dan menaruhnya di atas meja, lalu wanita itu berjalan ke arah pagar balkon dan menatap langit yang gelap.
"Tuhan, kenapa hidupku seperti lelucon saja, seperti di dalam novel? Kenapa, kau memberikan aku cobaan yang begitu berat, Tuhan? Kenapa, kau mengujiku dengan keluarga? Bahkan sekarang, kau mengujiku dengan pria setengah Yupi itu? Aku pikir, selama ini kebahagiaanku akan abadi, tetapi aku salah. Ternyata kebahagiaan yang selama ini aku rasakan, hanyalah sebuah topeng, dan hanyalah sebuah bayangan di atas air?" gumam Bintang dengan lirih sambil menatap langit.
Dia tidak sadar, jika seseorang tengah berdiri di belakangnya dan mendengar semua ucapan Bintang, dan orang itu adalah Emil.
Memang saat Emil masuk ke ruang kerjanya, dia lupa untuk mengambil laptopnya di kamar, dan saat Emil masuk ke kamar dia melihat Bintang sedang berdiri di balkon sambil menatap langit. Pria itu pun penasaran, kemudian dia melangkah mendekat ke arah balkon dan mendengar ucapan Bintang.
"Seharusnya, kau tidak usah meratapi nasib dengan keluarga palsumu itu. Biarkan saja mereka akan menuai karmanya, karena aku tidak akan pernah membiarkan mereka hidup bahagia," ucap Emil sambil berjalan mendekat ke arah Bintang dan berdiri di sampingnya
Bintang tentu saja sangat terkejut saat mendengar ucapan Emil, kemudian dia melirik ke arah samping.
"Sejak kapan kau di situ?" tanya Bintang tanpa menyauti ucapan pria tampan tadi.
"Apa kau tidak merasa heran?" tanya Emil dengan ambigu, dan Bintang yang mendengar itu pun mengerutkan dahinya sambil menatap Emil dengan tatapan bingung.
"Heran? Heran kenapa?" bingung Bintang dengan tatapan menyipit ke arah Emil.
"Apa kau tidak merasa heran, karena tadi saat kau memegang diriku, tapi aku tidak merasakan sesak sedikitpun? Aku merasa biasa saja, padahal selama ini jika aku bersentuhan dengan wanita manapun, aku pasti akan merasakan sesak, tapi kenapa tadi tidak?" bingung Emil sambil menatap Bintang.
Mendengar pertanyaan Emil, Bintang pun langsung tersadar. Dia segera menepuk jidatnya, karena Bintang juga baru 'ngeh, jika tadi Emil tidak sesak nafas. Padahal, selama satu minggu itu Bintang selalu menjahili Emil dengan memegang tangannya dan pria itu langsung sesak nafas.
"Iya, juga ya. Oh, atau jangan-jangan ... kau ini pura-pura bengek saat aku memegang dirimu? Atau, kau sengaja! Kau ingin aku memegang pusaka Jaka tingkirmu itu? Dasar pria mesum!" tuduh Bintang sambil melipat kedua tangannya di depan dada, lalu menatap ke arah depan dengan wajah kesalnya.
Emil yang dituduh begitupun tentu saja tidak terima, karena dia sama sekali tidak pura-pura. "Enak saja kalau bicara, lagian siapa yang nackal? Siapa yang mesuum? Jelas-jelas, kau dan tanganmu itu yang tidak bisa mengkondisikan. Main pegang-pegang saja, sekarang tubuhku ini sudah ternoda!" geram Emil dengan wajah cemberut.
"Heh pria setengah Yupi, es Milo kocok, denger ya! Yang ada bukan kamu yang ternoda, tapi aku. Nih, tangan suciku tuh ternoda, kamu sengaja ya, dasar pria setengah--"
"Setengah apa, hah! Setengah Yupi maksudmu? Kalau bicara itu yang benar, kau pikir aku ini permen?" potong Emil dengan tatapan tajam ke arah Bintang.
Wanita itu pun berkacak pinggang, dia benar-benar geram dengan pria yang ada di hadapannya itu. Saat Bintang akan menjawab ucapan Emil, tiba-tiba ponselnya berdering, dan mau tidak mau Bintang mengurungkan niatnya untuk berdebat dengan pria setengah Yupi itu.
"Halo," ucap Bintang saat telepon tersambung.
Beberapa detik kemudian wajah Bintang menjadi sumringah, dia benar-benar bahagia dan tertawa.
"Benarkah? Wah ... kalau gitu aku akan menjemputmu di bandara. Pokoknya kamu harus menungguku, jangan sendirian oke," ucap Bintang sebelum menutup teleponnya.
Emil sangat penasaran Bintang teleponan dengan siapa, dan dia juga penasaran siapa orang yang akan Bintang jemput di bandara besok, tapi dia malu untuk bertanya kepada Bintang. Karena Emil merasa gengsi jika harus bertanya terlebih dahulu, takutnya Bintang memberi gelar dirinya sebagai pria kepo setengah Yupi.
Tepat jam 11.00 malam, Bintang baru saja selesai membaca buku novelnya yang tadi tidak sempat dia baca. Kemudian dia berjalan masuk ke dalam kamar dan melihat Emil sedang menonton bola.
Tanpa memperdulikan Emil, Bintang mengambil air minum yang ada di atas meja dan menagaknya setengah, lalu dia pun merebahkan tubuhnya di sofa dan langsung menarik selimut dan menyelam ke alam mimpi.
Ekhhmm....
Emil berdehem, dia berharap jika Bintang akan menengok ke arahnya, tapi ternyata Emil salah. Bintang sama sekali tidak menengok ke arah dirinya dan itu membuat Emil sangat kesal.
"Cewek rantang, sebaiknya kamu tidur di atas ranjang saja," ucap Emil sambil menatap lurus ke arah televisi.
Bintang yang baru saja menutup matanya, seketika kembali membuka kedua matanya kembali, lalu dia duduk dan menatap ke arah pria itu dengan tatapan bingung. "Maksudmu, aku tidur di ranjang? Tunggu! Bukannya kau yang bilang jangan tidur seranjang, kalau tidur seranjang kau bisa bengek? Aku tidak mau ya, kalau nanti terjadi apa-apa sama kamu, terus kamu berhenti bernafas, lalu aku yang di---"
Bughh...
Emil melempar bantal ke arah wajah Bintang membuat ucapan wanita itu terhenti lalu menatap Emil dengan tajam. "Pria setengah Yupi ... dasar ya, tidak sopan banget sih! Nggak ada lembut-lembutnya sama perempuan. ini bukan badan, kalau wajah aku kenapa-napa gimana? Kalau nanti aku nggak cantik lagi gimana? Kalau nanti--"
"Cukup! Ternyata selain kamu cewek rantang dan juga cewek mesuum, kamu ini seperti emak-emak yang sedang bergosip, berisik. Nggak ada remnya tau nggak sih? Terserah deh, kalau kamu mau tidur di ranjang, tidurlah. Akan tetapi ingat, pakai pembatas dan jangan melewati batasana, atau jika tidak, aku akan menendangmu sampai jatuh ke lantai!" ancam Emil sambil mematikan televisi dan berjalan ke arah ranjang lalu mulai memejamkan matanya.
Bintang manggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa bingung dengan ucapan suaminya itu. Sebab Emil mengajak, namun juga mengancam. "Ini sebenarnya, dia ngajak aku tidur seranjang, atau dia sedang mengancam sih? Haduh, lama-lama kepalaku bisa pecah kalau berhadapan dengan pria setengah Yupi itu!" gerutu Bintang sambil memutar bola matanya dengan malas, kemudian dia berjalan ke arah ranjang dengan langkah yang ragu.
'Apa aku harus tidur seranjang dengan dia? tapi kalau dia ngapa-ngapain aku, gimana? Ah, tidak tidak, itu tidak mungkin Bintang. Dia kan tidak doyan wanita? Mungkin saja memang dia doyannya terong, 'kan dia disentuh wanita aja bengek? Berarti dia ...." Bintang menggantung ucapannya di dalam hati, dia bertanya-tanya apakah memang Emil Normal atau tidak.
Bughh....
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Putri Minwa
👍👍👍
2023-02-16
0
Kholifah
tanda2 Emil...udah ada rasa dan kayaknya Emil normal kok ☺
2022-12-27
2
Sony Sondang
hadehh emil klo melemparkan sesuatu ke bintang jangan bantal mulu donk pke cinta gitu biar bintang meleleh....🤣🤣🤣
2022-12-20
1