Happy reading......
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam, dan Bintang sedari tadi sore terus saja mondar-mandir di kamar. Dia sedang menunggu kedatangan Emil, dia pun heran kenapa dia ingin sekali menunggu kepulangan Emil.
Saat Bintang tengah membaca novel, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, dan Emil pun masuk ke dalam kamar. Bintang yang melihat itu segera bangkit dari duduknya, kemudian dia menghampiri Emil dan hendak membuka jas pria itu, namun Emil segera menghindar dan menjaga jarak dari Bintang.
"Kamu kenapa sih, es kobokan? Orang aku mau bukain jas kamu?" heran Bintang saat melihat Emil menjaga jarak dari dirinya.
"Emangnya kamu lupa kalau aku ini suka sesak nafas jika bersentuhan dengan wanita? Sudahlah, aku lagi tidak ingin berdebat," jawab Emil sambil berlalu masuk ke dalam ruang ganti. Setelah itu, dia kembali keluar dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Bintang menghela nafasnya dengan kasar, kemudian dia duduk di tepi ranjang. "Begini nih, kalau punya suami itu es kobokan pirin. Masa disentuh aja langsung bengek? Nasib ... mengapa kau jadi begini?" lirih Bintang sambil bernyanyi meratapi nasibnya.
15 menit Emil pun sudah keluar dari kamar mandi, dan masih menggunakan handuk yang dililit dari pinggang ke bawah. Bintang yang melihat itu pun meneguk ludahnya dengan kasar, saat melihat badan kekar milik Emil. Apalagi dengan roti sobek yang berada di perut pria itu, benar-benar membuat Bintang sangat tergoda bahkan menatap Emil tanpa berkedip sama sekali.
'OMG, itu roti sobek sama dadanya bidang banget lagi? Ya ampun, kondisikan otakmu Bintang, kondisikan otakmu ... jangan sampai otakmu ternoda hanya karena pemandangan indah yang ada di hadapanku saat ini!' gerutu Bintang pada dirinya sendiri dalam hati.
Emil yang melihat Bintang terus melamun sambil menatap dirinya merasa heran. Kemudian dia berjalan mendekat ke arah Bintang, namun dia masih menjaga jarak, sebab Emil merasa heran dengan wanita itu. Karena Bintang terus menatap dirinya dengan mulut sedikit menganga bahkan tidak berkedip.
"Tutup mulutmu! Nanti lalat masuk.Tidak usah terpesona begitu melihat tubuhku, jaga otakmu, supaya tidak direndam dengan Rinso," ledek Emil sambil menyipratkan air dari tangan basahnya ke arah Bintang.
Mendengar ucapan Emil, Bintang segera menutup mulutnya kemudian dia mengalihkan pandangannya, karena Bintang merasa malu sudah kepergok memperhatikan tubuh Atlantis dan roti sobek milik Emil.
Bintang benar-benar merutuki kebodohannya sendiri. Saat melihat Emil masuk ke dalam ruang ganti dia kembali menepuk-nepuk pipinya yang terasa panas, karena Bintang merasa malu sudah berpikiran yang tidak-tidak tentang pria itu.
Saat ini Bintang, Emil dan kedua orang tuanya sedang makan malam di meja makan, dan kali ini bukan Bintang yang terlihat diam, tetapi Emil. Pria itu seakan menyimpan sesuatu dalam pikirannya, karena saat ini Emil sedang memikirkan cara bagaimana menyampaikan kepada Bintang tentang kematian kedua orang tuanya.
Papa Ezra yang melihat putranya sedang memikirkan sesuatu pun menjadi heran, dan saat makan malam selesai, Papa Ezra meminta Emil untuk masuk ke dalam ruang kerja, karena ada yang ingin dibicarakan dengan putranya itu.
"Entah kenapa, Papa merasa kamu sedang menyimpan sesuatu? Katakan kepada Papa! Apa yang sedang mengganggu pikiranmu?" tanya Papa Ezra saat sudah berada di dalam ruang kerja.
Emil mengusap wajahnya dengan kasar, kemudian dia berjalan ke arah meja kerjanya dan membuka laci, lalu dia menyerahkan sebuah amplop coklat itu kepada Papa Ezra, yang diberikan Jasper tadi siang kepada dirinya.
"Apa ini?" tanya papa Ezra dengan alis bertaut heran.
"Papa buka dan bacalah! Maka Papabpun akan mengerti, apa isi di dalam amplop itu," jawab Emil sambil duduk kembali di sofa. Sementara Papa Ezra dengan perlahan membuka amplop itu lalu mulai membacanya satu persatu.
"Jadi orang tuanya Bintang ..." Papa Ezra menggantung ucapannya, sambil menatap ke arah Emil dan Pria itu pun langsung mengangguk, meng'iyakan pertanyaan sang Papa.
"Buka lembaran selanjutnya, Pah. Maka Papa akan lebih terkejut," ujar Emil, meminta Papa Ezra untuk membaca lembaran selanjutnya, dan pria paruh baya itu pun mulai membuka lembaran kertas yang ada di tangannya. Saat Papa Ezra membaca apa yang tertulis di dalam kertas itu, dia sangat kaget.
Tangan Bapak Ezra terkepal kuat dengan rahang mengeras, kemudian dia menatap Emil, meminta jawaban atas apa yang tertulis di atas kertas. Emil pun langsung mengangguk dengan mantap. Seketika Papa Ezra mengusap wajahnya dengan kasar, lalu dia menatap Emil dengan tatapan yang dingin.
"Kamu harus melakukan sesuatu, Nak. Papa benar-benar tidak terima! Walau bagaimanapun, Papa sudah menganggap Bintang sebagai anak Papa sendiri, karena Papa hanya memiliki kamu. Saat Bintang datang ke rumah ini dan menjadi menantu Papa, Papa sudah menganggap dia sebagai anak Papa," jelas Papa Ezra sambil menepuk pundak Emil.
Setelah memberikan wejangan kepada putranya, Papa Ezra pun keluar dari ruang kerjax tapi sebelum dia membuka pintu Papa Ezra pun berkata. "Walau bagaimanapun, kamu harus memberitahukan hal ini kepada Bintang, karena dia harus tahu jika orang tuanya sudah tiada, dan kamu sebagai suaminya harus mengatakan sejujur-jujurnya kepada Bintang," ujar Papa Ezra sambil membuka pintu dan keluar dari ruangan kerja milik Emil.
'Papa benar, aku harus bicara kepada Bintang dan memberitahukan hal ini. Semoga saja, wanita itu belum tidur,' batin Emil sambil memasukkan kembali berkas-berkas itu ke dalam amplop, lalu dia melangkah menuju kamarnya untuk memberitahukan hal yang besar kepada Bintang.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Kholifah
papa Ezra pun marah dan gerang saat baca yg ada di amplop..setelah tau yg sebenarnya terjadi 🙄 semangat Emil... semoga terbalaskan meninggalnya ortu Bintang...
2022-12-28
2
💘💞Ratunya Bo Qingang💕💘.
moga aja bintang gx syok klo tau ortuny udh tiada..🥺🥺🥺
2022-12-22
1
Cicih Sophiana
lanjutkan semangat thor...
2022-12-21
1