Happy reading......
Bintang berpegangan pada tembok yang berada di sebelahnya. Rasanya lutut Bintang sudah lemas saat mendengar ucapan dari ruang tamu. Bagaimana tidak? Saat ini, Bintang harus mendengarkan kenyataan yang begitu pahit di dalam hidupnya, yang tidak pernah dia bayangkan sedikitpun, bahkan tidak pernah terlintas dalam pikirannya walau hanya satu kata pun.
"Bunda dan Ayah itu memang cerdas . Sebenarnya aku sudah males melihat wanita itu terus berada di rumah ini, tapi sekarang dia sudah pergi dari rumah ini, dan semua hartanya sudah pasti menjadi milik kita. Iya nggak, Ayah, Bunda?" ucap Azkia dengan tertawa senang ke arah kedua orang tuanya.
"Iya Sayang, kamu benar. Biarkan saja dia bersama si pria alergi itu. Kita di sini senang senang menikmati harta peninggalan orang tuanya." ucapkan Tante Emma sambil tertawa riang.
Bintang yang sudah tidak kuat pun melangkah menuju ruang tamu dengan amarah yang sudah menggebu dalam hatinya. Dia juga benar-benar kecewa kepada ketiga orang yang saat ini sedang duduk dan tertawa dengan senang atas kepergian nya dari rumah.
"Jadi, aku bukan anak Ayah dan Bunda? Jadi, aku adalah anak angkat kalian?" Bintang bertanya dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya sambil menatap ketiga orang yang ada di hadapannya itu dengan tatapan kecewa.
Ketiga orang itu kaget saat mendengar suara Bintang lalu mereka menoleh ke arah belakang, dan ternyata Bintang dan Emil sudah berdiri menatap mereka dengan tajam. Om Prima yang melihat itupun segera menghampiri Bintang dan mencoba memeluk tubuh wanita itu, tapi Bintang segera mendorong Om Prima dengan kasar, hingga menjauh dari tubuhnya
"Don't touch me! Sekarang jawab pertanyaan aku. Ayah bukan, Ayah kandung ku kan? Dan kalian bukan keluargaku? JAWAB!" tanya Bintang dengan nada membentak dan suara tinggi ke arah Om Prima.
Tante Emma berdiri, lalu dia berjalan mendekat kearah bintang dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Iya, kamu memang bukan anak kami. Kamu hanyalah anak angkat! Dan untuk apa kamu kembali lagi ke sini? Sudah benar kamu berada disana."
Hati Bintang benar-benar hancur, dia tidak menyangka jika kasih sayang yang selama ini Ayah dan Bunda nya berikan, ternyata hanyalah sebuah kepalsuan. Padahal Bintang menyayangi mereka dengan tulus. Tetapi ternyata, Bintang bukanlah anak kandung mereka.
Hati mana yang tidak akan pernah sakit, hati mana yang tidak akan pernah hancur, saat mengetahui kebenaran yang begitu pahit. Di mana orang tua yang membesarkan nya sedari kecil, ternyata bukanlah orang tua kandung nya, dan hati mana yang tidak akan pernah sakit, saat mengetahui kenyataan jika Bintang hanya dimanfaatkan dan menjadi sebuah alat.
"Apakah benar jika kalian telah menjebaku untuk menikah dengan es milo? Kenapa kalian diam saja, hah! Kenapa kalian tega sama aku? Apa salahku pada kalian? Selama ini, aku menyayangi kalian dengan tulus. Selama ini, aku pikir kalian adalah orang tuaku keluargaku, tapi ternyata kalian hanyalah seorang ular yang akan berubah sisik saat waktunya tiba. Begitu maksud kalian!" Bintang berucap dengan dada yang sudah sesak, rasanya seperti tercabik-cabik perasaan Bintang saat ini.
Bahkan dalam keadaan seperti itu pun, Bintang masih menyebut Emillio dengan es Milo. Dan itu membuat Emil menatap tajam ke arah Bintang.
"Bintang, kamu harus mendengarkan dulu penjelasan Ayah, Nak. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan."
Om Prima mencoba untuk membujuk Bintang, sebab di sana dia melihat ada Emil, dan dia takut jika Emil nanti akan melaporan kepada orang tuanya dan akan malah menghancurkan keluarganya. Tentu saja Om Prima menjadi takut, walaupun sebenarnya dia sudah muak melihat wajah Bintang yang sudah dua puluh empat tahun tinggal bersamanya.
"Sudahlah, Yah. Ngapain lagi kita menyembunyikan semuanya dari dia? Biar dia tahu, kenapa kita melakukan itu. Heh, dengar ya! Kami itu selama ini membenci kamu, dan kamu tahu kenapa? Karena orang tua kamu! Seharusnya, kamu itu beruntung. Harusnya kamu itu bersyukur, karena kami mau menampung kamu selamat dua puluh empat tahun. Kami mengurus kamu, bahkan menyekolahkan kamu, dan sekarang kamu harus berbakti dong kepada kami dengan menikah menggantikan Azkia." jelas Tante Emma dengan enteng nya.
Emil yang sejak tadi diam pun terbakar emosinya, kemudian Emil menatap ketiga orang di hadapannya itu dengan tajam. "Kalian benar-benar tega. Kalian adalah serigala berwujud manusia. Baru kali ini, aku menemukan orang sejahat dan setega kalian!" ucap Emil mengangkat suara sejak saat tadi dia terus diam.
Emil tentu saja tidak terima, karena walau bagaimanapun Bintang adalah istrinya dan kewajiban Emil untuk melindunginya. Walaupun dia dan Bintang tidak saling mencintai, dan walaupun mereka menikah secara paksa. Tetapi, Emil tahu dasar dasarnya sebagai seorang suami apa yang harus dia lakukan, yaitu melindungi istrinya.
"Diam kamu! Pria seperti kamu itu, tidak pantas untuk angkat bicara. Disentuh wanita aja, kamu sudah bengek. Aku tidak bisa membayangkan sih, bagaimana menjadi Bintang? Tinggal bersama seorang suami yang gak bisa disentuh, dan aku yakin kalian belum melakukan hubungan suami istri kan? Ya, mau bagaimana lagi. Suaminya aja di pegang langsung bengek, kayak ikan lagi kekurangan oksigen di darat," ledek Azkia dengan tatapan mengejek ke arah Emil.
Pria itu tentu saja tidak terima saat Azkia menghina dirinya, kemudian dia meminta Bintang untuk pergi dari sana. "Ayo, tidak ada gunanya kita berada di sini, meladeni para sampah. Sebaiknya kita pergi," ucap Emil sambil mengajak Bintang, namun wanita itu segera menggeleng
"Tidak! Aku ingin mendengar dulu penjelasan dari mereka, kenapa mereka melakukan ini kepadaku? Kenapa mereka menjebakku untuk menikah dengan kamu? Apa salahku kepada mereka?" tolak Bintang sambil menggelengkan kepalanya.
Entah kenapa, hati Emil merasa sakit saat melihat air mata yang sudah berderai membasahi kedua pipi milik istrinya. Emil merasakan jika kesedihan Bintang saat ini sampai ke dalam lubuk hatinya. Sehingga Emil pun merasakan sesak yang dirasakan oleh Bintang.
"Asal kamu tahu ya! Kamu itu hanyalah anak angkat di sini, dan kamu bukanlah anak kandung Ayah dan Bunda. Jadi, tidak perlu lagi kami menjelaskan alasannya bukan? Yang pasti, kamu bukanlah anggota keluarga kami," ucap Azkia dengan enteng sambil tertawa sinis ke arah Bintang.
"JAWAB! Kalian menjebakku untuk menikah dengan es milo kan? JAWAB AKU!" bentak Bintang dengan nada yang tinggi.
"Baiklah, jika itu yang kamu mau. Saya akan bilang kepada kamu yang sebenarnya. Kamu adalah anak dari ADIK saya, dan kami memang sengaja menjebak kamu untuk menikah dengan pria alergi itu. Sebab sebagai orang tua kami tentu saja tidak setuju dong, menikahkan anak kami dengan pria yang alergi dengan wanita? Memangnya orang tua mana yang ikhlas, melihat anaknya menderita? Tentu saja kami tidak rela. Iya, anggap saja jika pernikahan kamu saat ini adalah balas budi, karena kami sudah merawat kamu sejak bayi. Harusnya kamu itu sangat bersyukur, kami mau menampung kamu, dan kami tidak menaruh kamu di pantai asuhan. Sebaiknya kamu pergi sekarang deh! Saya muak jika lama-lama melihat muka kamu!" jelas Tante Emma panjang lebar, sambil menekan kata 'ADIK' pada Bintang.
Dada Bintang semakin sesak mendengar kenyataan yang selama ini tidak pernah dia bayangkan. Orang tua yang selama ini dia sayang, keluarga yang selama ini dia hormati, ternyata bukan keluarga kandungnya. Dan kenyataan yang pahit yang saat ini dirasakan oleh Bintang, dimana ternyata kasih sayang yang selama ini Ayah dan Bunda nya berikan kepada dirinya hanyalah sebuah kepalsuan saja, dan hal yang paling menyakitkan bagi Bintang adalah, dia harus dijebak menikah dengan Emillio hanya untuk menyelamatkan Azkia.
Dia telah dikorbankan oleh kedua orang tuanya, orang tua angkat nya.
"Kita pergi dari sini! Tidak usah membuang waktu, hanya untuk sampah seperti mereka!" ajak Emil sambil menggandeng tangan Bintang, karena saat ini Emil benar-benar sangat emosi. Dia takut jika dia sampai ke lepasan mengamuk di sana.
Bintang pun hanya bisa pasrah saat Emil menarik tangannya, tapi seketika dia menghentikan langkahnya, lalu kembali membalik badan menghadap ke arah tiga orang yang ada di belakangnya itu dan menatap mereka dengan tajam.
"Jika karena harta, kalian merawatku, dan menjebak diriku. Maka ambillah harta itu! Anggap saja, itu belas kasihan aku dan rasa terima kasihku karena kalian sudah merawatku selama dua puluh empat tahun. tapi satu hal yang harus kalian ingat. Aku tidak bisa melupakan rasa sakit ini. Dan aku akan membuktikan kepada kalian jika aku bisa lebih maju dari kalian. Ingat itu! Kalian akan menuai karma yang sudah kalian tanam, kalian adalah orang yang paling aku sayang, tapi sekarang kalian adalah orang yang paling aku benci."
Setelah mengatakan itu, Bintang pun pergi dari sana. Dia pergi bersama dengan Emil menuju mobil dan meninggalkan kediaman Sebastian. Air matanya bahkan terus mengalir membasahi kedua pipi Bintang. Walaupun sedari tadi Bintang terus menghapus air mata itu, namun air yang asin itu tidak berhenti mengalir terus menerus menetes mengeluarkan rasa sakit yang mewakili hatinya saat ini.
Saat di tengah jalan, Emil tiba-tiba mengerem mobilnya dengan mendadak. Hingga membuat Bintang terhuyung ke depan dan jidatnya terpentok dashboard. "Heh, es milo. Kamu ini kalau nyetir hati-hati dong! Kepalaku sakit tau," ucap Bintang sambil menangis dan mengusap jidatnya yang terasa sakit.
Emil tidak menjawab ucapan Bintang, dia terus terdiam sambil melihat ke arah tangannya, seperti sedang memikirkan sesuatu. Jelas saja, karena Emil merasa heran, sebab saat dia dan juga Bintang pergi dari kediaman Sebastian, Emil memegang tangan Bintang dan dia tidak merasakan sesak sedikitpun. Itu membuat Emil sangat heran, kenapa dia tidak merasakan sesak saat memegang tangan Bintang.
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Pisces97
haaa es Milo pegang rantang 😀😀
gak alergi 🤣🤣🤣
2023-10-12
1
Sulis Tiani
👏👏💪💪
2023-03-27
1
Putri Minwa
💪💪💪
2023-02-14
1