Happy reading.......
Bintang menatap ke arah Emil dengan berderaian air mata. Bibirnya terkatup dengan kepala terus menggeleng, seakan tidak percaya dan kenyataan yang baru saja dia dapatkan, dan Emil yang melihat itu tentu saja merasakan sakit di ulu hatinya.
Entah kenapa, setiap melihat air mata Bintang, Emil juga merasakan hal yang sama. Dia juga merasakan sesak, tetapi Emil adalah seorang pria, jadi tidak mudah untuk menitikan air mata.
"Ini semua nggak benar, 'kan? Orang tua aku masih ada, 'kan? Semua bukti ini palsu, 'kan?" tanya Bintang dengan suara yang purau, bahkan suara Bintang hampir tidak terdengar karena tercekat di tenggorokan.
Rasa sesak dan rasa sakit saat ini Bintang rasakan. Dia seperti sedang bermimpi buruk, sehingga Bintang ingin sekali bangun dari tidurnya, tapi kenyataan menampar Bintang, jika yang dia alami sekarang bukanlah sebuah mimpi, tetapi kenyataan yang begitu pahit. Sehingga wanita itu pun menangis tersedu-sedu.
Tapi siapa yang tahu? Emil jauh lebih sakit saat melihat Bintang menangis. Dia ingin sekali merengkuh tubuh wanita itu ke dalam pelukannya, mencoba menguatkan Bintang, mengusap pundaknya, mengusap air matanya, tetapi Emil tidak bisa melakukan itu, karena kekurangan yang ada pada dalam dirinya.
'Tuhan, kenapa kau memberikanku penyakit seperti ini? Aku ingin sekali merengkuhnya dalam pelukanku, ingin kuhapus air mata itu, Tuhan. Ingin sekali aku menenangkan dirinya, tapi kenapa kau memberikanku rasa sakit yang menyiksa diriku? Tuhan, jika selama ini aku menerima Takdirmu, tapi kali ini aku tidak bisa. Tuhan, aku ingin melawan. Tolong sembuhkanlah penyakitku! Sungguh aku tidak sanggup melihatnya menangis,' batin Emil merasakan sakit saat dia tidak bisa menyentuh Bintang dan menenangkan istrinya itu.
Bintang yang sudah terlalu sakit pun, tanpa aba-aba langsung memeluk tubuh Emil. Dia lupa jika suaminya itu alergi terhadap wanita, dia menangis di dalam pelukan suaminya. Saat ini logika Bintang tidak bisa berjalan, karena hatinya yang sedang berbicara.
Emil tentu saja sangat kaget, saat Bintang memeluk dirinya. Namun, kemudian dia mengeratkan giginya, menahan rasa sesak yang mulai mendera. Kemudian, dia mengusap punggung Bintang, mencoba menahan rasa itu agar dia bisa menenangkan perempuan yang saat ini berada dalam pelukannya.
'Tidak Emil! Kau harus menahan rasa sesak ini, lawan Emil! Lawan rasa sakitmu! Kau sangat dibutuhkan, saat dia seperti ini.' Emil mencoba menguatkan dirinya sambil menahan rasa sesak yang ada di dalam dadanya.
"Tenanglah, aku ada di sini. Aku tidak akan pernah membiarkanmu sendirian, dan kita akan melewatinya bersama-sama," ucap Emil dengan nafas yang mulai terengah.
Bintang tidak menjawab, dan dia masih menangis tersedu-sedu di dalam pelukan pria tampan itu. Hingga beberapa menit kemudian, Bintang sadar saat merasakan Emil yang sudah sesak nafas dengan dada naik turun, dan dengan cepat Bintang pun melepaskan pelukan itu dan menatap pria yang ada di hadapannya yang sedang memegang dadanya.
Dengan cepat Bintang pun mengambil obat di dalam laci samping tempat tidur dan juga segelas air, lalu memberikannya kepada Emil, dan pria itu langsung menegak habis obatnya dengan tandas. Setelah beberapa menit,.rasa sesak di dadanya mulai berkurang.
"Maafkan aku! Maaf, jika karena aku kamu harus merasakan sesak. Aku tadi spontan memeluk kamu, aku benar-benar tidak tahu lagi harus memeluk siapa?" ucap Bintang merasa bersalah dengan wajah menunduk.
"Tidak usah meminta maaf, aku paham kok perasaanmu saat ini," ujar Emil dengan nada yang lembut.
Bintang mengangkat wajahnya dan menatap Emil dengan alis bertaut, dia tidak pernah sekalipun mendengar Emil berbicara dengan nada yang begitu lembut. Biasanya Emil akan berkata dengan nada dingin, datar dan jutek, tapi kali ini Emil malah berbicara dengan nada yang begitu menyentuh hati, sehingga membuat Bintang sedikit heran.
"Apakah kamu tahu, di mana orang tuaku dimakamkan?" tanya Bintang kepada Emil, dan pria itu pun langsung mengangguk. "Iya, aku tahu. Besok kita akan ke sana jika kamu mau," jawab Emil sambil menatap Bintang.
Mendengar itu, Bintang langsung mengangguk dengan cepat. "Iya, aku mau. Aku sangat mau bertemu dengan mereka, walaupun aku tidak bisa bertatap muka, bahkan mengobrol secara langsung dengan mereka, tapi setidaknya aku tahu di mana mereka saat ini berada. Aku ingin sekali mengatakan, jika aku sangat menyayangi dan merindukan mereka," ucap Bintang sambil kembali menangis tersedu-sedu.
Saat mengetahui jika dia bukanlah anak dari Tante Emma dan juga Om Prima, setiap hari Bintang selalu merindukan orang tuanya. Dia ingin sekali melihat wajah orang tuanya, tetapi sayang, Bintang tidak tahu keberadaan orang tuanya sekarang, dan saat Bintang tau di mana orang tuanya berada. Sayangnya, kenyataan itu begitu pahi. Dia harus bertemu dengan orang tua kandungnya di saat mereka sudah tidak berada di dalam dunia ini lagi.
"Sekarang tidurlah! Besok pagi kita akan ke sana dulu, sebelum ke kantor." Emil berbicara sambil bangkit dari duduknya, kemudian dia berjalan ke arah luar kamar, karena Emil akan tidur di kamar tamu.
"Tunggu!" Bintang menghentikan langkah Emil saat pria itu sudah sampai di pintu, dan seketika Emil pun membalikkan badannya dan menatap Bintang.
"Terima kasih, karena kamu menepati janji, sudah mencari keberadaan orang tuaku. Jujur, aku sangat bersyukur, karena Allah mempertemukan aku dengan kamu. Aku sangat bersyukur, karena kamu adalah pria yang baik. Mungkin memang selama ini kamu jutek macam es kobokan piring, tapi kamu adalah pria yang bertanggung jawab." Bintang mengucapkan banyak terima kasih kepada Emil, tapi dibalik ucapannya itu, Bintang juga menyelipkan ledekan untuk pria yang ada di hadapannya.
"Jika kau ingin memuji seseorang, maka jangan jatuhkan dulu. Kata-kata yang di depan enak, namun di tengahnya itu yang bikin eneg!" kesal Emil sambil keluar dari pintu dengan perasaan dongkol, tapi seketika dia membuka pintu kamarnya kembali.
"Tidurlah di ranjang! Aku akan tidur di kamar tamu," ujar Emil sambil menutup pintu kamarnya kembali.
Bintang tersenyum melihat kekesalan suaminya, kemudian dia kembali menatap foto yang ada di kertas putih tersebut. Bintang pun menciumi foto itu, hingga beberapa tetes air mata membasahi kertas yang ada di dalam dekapan Bintang.
"Kenapa kalian pergi meninggalkan aku? Kenapa kalian tidak merawatku? Aku sangat merindukan kalian," lirih Bintang sambil terus mendekap foto itu hingga tidak sadar Bintang sudah tertidur di atas ranjang.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Pisces97
kalian itu kenapa sekali² gak diselip ledekan kurang bumbu ya 🤣
2023-10-13
1
Elasukma
Semoga nanti Emil bisa sembuh😢
2022-12-30
1
Kholifah
lanjutt...udah mlm bobo dulu ☺
besok kan mau k makam ortu Bintang 😊
2022-12-28
1