Happy reading,....
"Ya ampun, malah diem lagi. Eh, es Milo kenapa berhenti mendadak?" tanya Bintang sambil mengusap air matanya. Bahkan rasa sakit di jidatnya mengalihkan rasa sakit di hati Bintang saat ini.
"Ti-tidak apa-apa," jawab Emil dengan gugup. Kemudian dia menyalakan mesin mobilnya kembali dan melanjutkan perjalanan menuju ke rumah.
Bintang hanya berdecak kesal saja saat mendengar jawaban Emil, kemudian dia kembali menatap ke arah luar kaca mobil, menikmati setiap pemandangan yang ada di luar dengan hati yang tidak tentu arah.
Bintang masih tidak percaya dengan kenyataan pahit yang baru saja diterimanya. Dia tidak menyangka, jika orang yang selama ini merawat dirinya dari kecil, bukanlah orang tua kandungnya. Hatinya benar-benar hancur saat menerima kenyataan yang yang benar-benar membuat dunianya seakan runtuh.
Di tengah lamunannya, Bintang teringat jika om Prima dan juga tante Emma bukan orang tua kandungnya. Lalu, di manakah orang tua kandung Bintang sebenarnya? Kenapa mereka meninggalkan Bintang bersama dengan om Prima dan juga tante Emma?
'Ya Allah, jika orang tuaku ada, kenapa aku diurus sama mereka? Kenapa tidak dengan orang tuaku? Di mana keberadaan orang tuaku, ya Allah? Aku benar-benar harus kembali ke rumah itu. Aku harus bertanya kepada mereka, di mana orang tuaku berada,' batin Bintang sambil menegakkan tubuhnya dan meminta Emil untuk membelokkan mobilnya kembali menuju rumah Sebastian.
"Es milo, kita harus kembali ke rumah tadi," pinta Bintang kepada Emilio.
"Kau ini ... namaku Emilio, bukan es Milo. Dasar kau cewek rantang!" geram Emil dengan wajah ditekuk kesal.
"I don't care! Mau Emillio kek, es Milo kek, atau pria setengah Yupi kek. Yang pasti kita harus kembali ke rumah itu" Bintang ngotot untuk kembali ke sana, tapi Emil segera menggeleng dengan cepat. Dia menolak untuk kembali ke sana, karena saat ini emosi Emil benar-benar sudah di ubun-ubun. Jika Emil kembali ke sana, maka dia pasti akan menghancurkan kediaman Sebastian.
1
"Tidak! Untuk apa kau kembali ke sana? Memangnya kau tidak dengar tadi, hah! Mereka bukan orang tua kandungmu? Mereka bahkan menjebakmu untuk menikah denganku? Dan aku harus terjebak dalam pernikahan bersama dengan gadis rantang sepertimu!" jawab Emil menolak permintaan Bintang.
"Please, aku mohon, kita harus kembali ke sana. Aku harus bertanya di mana keberadaan orang tuaku. Jika memang mereka bukan orang tua kandungku, berarti orang tuaku di mana? Aku mau bertemu dengan orang tuaku, dan aku yakin mereka tahu keberadaan orang tuaku di mana! Please es milo, antarkan aku ke sana. Aku ingin bertanya soal orang tuaku, tentang keberadaan mereka," pinta Bintang dengan wajah memelas, sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada ke arah Emil.
"Jangan menangis di hadapanku! Dan aku tidak akan pernah mau kembali ke rumah Durjana itu. Lalu, untuk kedua orang tuamu, biar aku yang mencari tahu. Aku akan menyuruh detektif untuk mencari keberadaan orang tuamu. Aku akan menyelidikinya, jadi kau tidak usah untuk kembali ke sana. Karena percuma kau kembali ke sana, kau hanya akan mendapat cacian dan makian saja dari mereka. Ular seperti mereka itu, tidak bisa dipegang janjinya dan juga ucapannya," jelas Emil sambil menatap lurus ke arah jalan.
"Apa kau serius? Kau akan mencari tahu tentang keberadaan orang tuaku?" tanya Bintang kepada pria tampan yang ada di sampingnya itu.
Emil menganggukkan kepalanya dengan mantap, dan Bintang yang melihat itu bernafas lega. Dia benar-benar tidak menyangka, jika Emil peduli kepadanya. Padahal selama satu minggu dia mengenal Emil, pria itu sangat cuek, angkuh dan juga sangat dingin. Tetapi, mendengar jika Emil akan meminta detektif untuk mencari tahu tentang keberadaan orang tuanya membuat Bintang tersentuh.
Sebenarnya tanpa disuruh oleh Bintang pun, dan tanpa Bintang meminta pun, Emil sudah berpikir akan meminta detektif pribadinya untuk mencari tahu tentang keberadaan orang tua Bintang di mana. Karena dia benar-benar tidak terima Bintang disakiti oleh keluarga Sebastian.
Sesampainya di rumah, Bintang langsung masuk ke dalam kamar dengan mata yang sembab. Dia bahkan tidak menggubris panggilan Mama Ria, karena saat ini pikiran Bintang sedang kosong, dan suara Mama Ria yang memanggilnya pun tidak terdengar oleh Bintang.
Mama Ria menatap ke arah suaminya dengan tatapan heran, saat Bintang tidak menyahut panggilannya. Kemudian, dia melihat Emil akan menyusul Bintang ke kamar. Namun, Mama Ria segera menarik tangan putranya itu.
"Apa yang kamu lakukan kepada Bintang? Kenapa bintang menangis? Wajahnya begitu sembab, apa kamu memarahinya? Apa kamu menyakitinya? Jawab Mama, Emil. Jika kamu berani menyakiti Bintang, maka--"
"Stop, Mah! Siapa juga yang nyakitin itu cewek? Lagian, Mama ini kalau udah bicara itu kayak kereta yang gak ada remnya. Panjang kali lebar, tanpa koma, tanpa titik, tanpa tanda tanya, tanpa tanda seru," potong Emil dengan wajah cemberut ke arah sang Mama.
Dia heran, kenapa Mamanya jika sudah mengomel akan panjang sekali. Bahkan tidak ada koma, sehingga yang mendengarnya pun akan sesak nafas seperti orang habis lari marathon.
"Mama kan tahu, kalau aku tidak bisa memegang wanita? Kalau aku memegang lawan jenis, sudah pasti aku akan sesak nafas. Jadi, untuk apa aku menyakiti dia, Mah?" sambung Emil sambil duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya.
"Lalu ... jika bukan karena kamu, karena siapa? Kenapa tadi Mama panggil Bintang pun dia tidak menengok sama sekali? Tatapannya seperti kosong, apa yang terjadi? Bukankah dia habis dari rumah keluarganya? Lalu, kenapa pulang-pulang menangis?" tanya Mama Ria dengan penasaran.
Emil menghembuskan nafasnya dengan kasar, kemudian dia menatap ke arah orang tuanya yang sedang duduk di hadapannya, dan menatap dirinya dengan tatapan penuh tanda tanya.
Kemudian Emil pun menceritakan tentang kejadian tadi di kediaman Sebastian, kepada kedua orang tuanya. Mama Ria yang mendengar itu pun seketika menjadi sesak. Dia bisa merasakan rasa sakitnya Bintang saat ini, dan dia juga bisa merasakan betapa hancurnya Bintang saat mengetahui jika om Prima dan juga tante Emma bukanlah orang tua kandungnya. Sedangkan Papa Ezra, mengepalkan tangannya. Dia tidak terima telah dibohongi oleh keluarga Sebastian.
"Papa tidak terima, mereka sudah mempermainkan keluarga kita. Mereka mengorbankan gadis yang tidak bersalah, demi nafsu dan juga Ambisi mereka. Emil, Papa mau kamu membalaskan rasa sakit Bintang. Dia gadis yang baik, Papa bisa melihat itu. Dan Papa sangat bersyukur, mereka mengorbankan Bintang kepada kita. Karena Papa yakin, jika anak mereka yang menikah dengan kamu, maka di rumah ini akan ada ular yang sangat berbisa," jelas Papa Ezra kepada Emil, dan pria itu pun langsung mengangguk, mengerti tentang apa yang harus dia lakukan ke depan.
Sedangkan Mama Ria yang mendengar penjelasan Emil, segera bangkit dari duduknya dan menuju kamar di mana saat ini Bintang sedang menangis sambil menelungkupkan badannya di atas ranjang.
"Mama akan ke Bintang dulu. Mama tahu perasaannya saat ini sangat hancur, dan dia butuh seseorang untuk bersandar. Kalian harus memberikan pelajaran kepada keluarga, lacknat itu. Karena Mama tidak terima Bintang dijadikan alat hanya untuk Ambisi mereka," ucap Mama Ria sambil meninggalkan ruang tamu.
Bersambung. . . .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Pisces97
mereka om dan Tante nya bintang
tapi kok gak punya hati sih masih satu keluarga padahal.....
emang pepatah adik² keluarga ² uang beda lagi
2023-10-12
1
Danila Muhammad Hasroli
berarti pernikahan nya gak sah dong
2023-09-14
1
Putri Minwa
🤔😉😉
2023-02-14
0