Happy reading......
Bintang mengambil sesuatu yang ada di wajahnya yang dilempar oleh Emil kepada dirinya, dan seketika mata Bintang membulat dengan mulut menganga. Lalu, sedetik kemudian wajah Bintang menjadi merah merona malu.
Dia pun langsung menyembunyikan benda itu ke belakang tubuhnya, dan menggigit bibir bawahnya sambil menatap ke arah Emil yang sedang menatap dirinya dengan tatapan garang.
"Apa kamu sengaja hah, menaruh kain lacknat itu di kamar mandi? Kamu sengaja, ingin menggodaku? Jika itu tujuanmu, maka tidak akan pernah mempan. Kenapa kau gantung di kamar mandi? Kenapa tidak dimasukkan ke keranjang pakaian kotor?" geram Emil sambil menatap Bintang dengan tajam.
Melihat kekesalan pria itu, tentu saja Bintang tidak terima. Kemudian dia berdiri dan mendekat ke arah Emil, dan Emil yang melihat itu segera mundur.
"Heh, Pria setengah Yupi, denger ya! Aku tuh lupa. Lagi pula, apa salahnya menggantung benda ini di kamar mandi? Namanya juga kamar mandi, kan tempatnya menggantung ini dan itu, termasuk dala-man," jawab Bintang dengan acuh. Padahal saat dia mengatakan kata 'dalaman', Bintang sedang menahan rasa malunya.
Ya, benda yang ditemukan Emil saat berada di kamar mandi adalah pembungkus da-da milik Bintang, tentu saja Emil sangat geram, Sebab, dia tidak biasa memegang benda yang menjijikan itu, hingga Emil pun melempar benda itu tepat ke wajah Bintang.
"Kau ini, dasar gadis yang jorok. Lain kali simpan bendamu itu di tempat yang seharusnya." Setelah mengatakan itu, Emil pun masuk kembali ke dalam kamar mandi, karena dia takut jika nanti Bintang semakin mendekat ke arahnya.
"Dasar pria setengah Yupi, timbang BH aja kok protes. Emang beda ya, kalau pria normal sama pria setengah Yupi. Itu sangatlah berbeda. Kalau pria normal, lihat beginian itu udah pasti langsung panas dingin, tapi dia mah, lihat beginian boro-boro panas dingin, yang ada meleleh kayak coklat dipanaskan di atas kompor, letoy bin melehoy," gerutu Bintang sambil menaruh benda miliknya di keranjang kotor. Setelah itu Bintang pun kembali ke sofa dan melanjutkan tidurnya, menjemput alam mimpi bertemu dengan Oppa sang pujaan hati.
Sementara itu Emil di kamar mandi tengah berdiri dan mengguyur tubuhnya di bawah air shower. Dia benar-benar tidak habis pikir, kenapa istrinya bisa sebar-bar itu, dan Emil juga tidak habis pikir mempunyai istri yang pembangkang dan bisa melawan dirinya. Padahal, selama ini wanita tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan Emil. Mereka terlalu takut dan patuh kepada Emil.
Akan tetapi Bintang sangat berbeda, dia mampu menjawab pertanyaan Emil dengan lantang. Bahkan, saat wanita itu merasa malu pun dia masih bisa menjawabnya. Jika saja bukan karena permintaan orang tuanya, Emil tidak akan pernah mau menikah.
'Kenapa aku harus mempunyai penyakit seperti ini? Ya Tuhan, tidak bisakah kau sembuhkan penyakitku ini, agar aku bisa membalas Gadis itu. Agar aku bisa untuk menutup mulutnya, menyumpalnya dengan cabe setan!' geram Emil di dalam hatinya.
Setelah membersihkan diri, Emil keluar dari kamar mandi dan hanya dililit handuk sebatas pinggang saja. Dia melihat jika Bintang sudah tertidur dengan pulas di atas sofa, kemudian Emil pun mengganti bajunya dengan baju tidur, lalu berjalan ke arah ranjang. Akan tetapi, saat dia melewati sofa, Emil menatap wajah polos milik istrinya.
"Cantik," ucap Emil tanpa sadar.
Seketika pria itu langsung memukul kepalanya. "Apa yang kau katakan, Emil. Dia memang cantik, tapi sangat menyebalkan," kesal Emil sambil berjalan ke arah ranjang lalu tidur dan menjemput alam mimpi.
Pagi pun tiba.
Tepat jam 06.00 pagi, Bintang menggeliat, meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa begitu pegal. Kemudian dia pun dengan perlahan duduk dan bersender di sofa, lalu melihat sekeliling kamar hotel.
"Ya ampun, aku pikir semalam aku beneran mimpi, tapi ternyata ini adalah sebuah kenyataan yang pahit. Di mana aku harus menikah dengan pria setengah Yupi. Astaga Bintang, Bintang ... malang nian nasibmu, Nak. Kamu harus mempunyai suami seperti dia, yang bahkan disentuh kamu aja bengek kayak orang kurang oksigen, tapi aku kan belum mencobanya, apakah dia beneran bengek atau memang cuma pura-pura bengek? Oh, atau dia bangau yang suka sosor sana sosor sini? Tau ah, lebih baik aku mandi menyegarkan kepalaku yang terasa mumet dan harus menghadapi kenyataan, di mana hari-hariku sudah pasti akan menyebalkan bertemu dengan pria setengah Yupi itu setiap hari," gerutu Bintang sambil menatap ke arah ranjang.
Saat Bintang akan melangkah ke kamar mandi, entah kenapa kakinya malah berbelok melangkah mendekat ke arah ranjang di mana Emil sedang tertidur dengan pulas. Setelah sampai di pinggir ranjang, Bintang memperhatikan wajah tampan pria itu.
'Sangat tampan! Mempunyai badan yang atletis, idaman setiap wanita. Tetapi sayang, setengah Yupi,' batin Bintang sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian dia pun melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tidak Bintang pungkiri, jika Emil memanglah sangat tampan. Apalagi dengan postur tubuh yang tegap, otot-otot yang menonjol dan dia sangat yakin jika Emil mempunyai roti sobek di perutnya, tapi sayang walau begitu Bintang tidak tertarik. Karena yang dia nikahi adalah pria setengah jadi-jadian.
Selesai membersihkan diri, Bintang masih melihat Emil meringkuk di atas ranjang. Dia pun tidak ingin mengganggu tidur nyenyak pria itu, kemudian Bintang menyibak gorden kamar sedikit, lalu membuka pintu kamar balkon dan keluar, menghirup udara pagi yang sejuk sambil memejamkan mata dan merentangkan kedua tangan. Itu adalah kebiasaan yang setiap pagi dilakukan oleh Bintang di rumahnya maupun di apartemennya.
'Pagi, aku berharap sejukanmu, kesegaranmu, dapat menjernihkan hari-hariku dan juga otakku. Karena aku yakin, setelah ini akan banyak rasa kesal dan menjengkelkan dalam hari-hariku. Aku hanya berharap, hidupku akan semenyejukan dirimu dikala pagi. Walaupun dikala siang, aku harus merasakan panas di bawah kejengkelan pria setengah Yupi itu.' batin Bintang bermonolog sambil melihat ke arah matahari yang mulai terbit dan naik dengan warna keemasan.
Emil membuka matanya secara perlahan, dan dia melihat pintu balkon terbuka. Emil pun duduk di tepi ranjang sejenak, kemudian dia turun hendak ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tapi dia melihat siluet wanita di balik gorden, dan Emil sangat yakin jika itu adalah bayangan dari tubuh Bintang.
Tanpa menghiraukan wanita itu sedang apa di balkon, Emil pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Dia tidak peduli dengan apa yang dilakukan wanita itu, karena Emil sama sekali tidak mencintai dirinya.
*********
Saat ini Emil dan juga Bintang sedang berada di dalam mobil untuk menuju ke kediaman Ferdinand, yaitu kediaman orang tua Emil. Di mana, di sanalah kehidupan Bintang akan dimulai, dan di sana juga Bintang akan tinggal selama menjadi istri Emil.
Tidak ada pembicaraan di dalam mobil, hanya ada keheningan. Apalagi saat ini Emil dan Bintang hanya berdua saja di dalam mobilnya. Setelah menempuh perjalanan 40 menit, mereka pun sampai di rumah mewah bak istana raja milik orang tua Emil.
Emil keluar dari mobil tanpa membukakan pintu untuk Bintang, dan Bintang yang melihat itu pun berdecak kesal. "Sungguh laki-laki tidak berperikemanusiaan. Aku ini kan istrinya, masa diperlakukan sedingin es kutub begitu? Nggak ada romantisnya banget, dasar pria Yupi!" gerutu Bintang sambil membuka sabuk pengamannya, lalu keluar dari mobil mengikuti langkah Emil yang masuk ke dalam rumah.
"Halo sayang, selamat datang ya. Mama berharap kamu akan senang tinggal di sini, dan anggap saja rumah ini rumah sendiri. Karena sekarang kamu adalah bagian dari keluarga Ferdinand," ucap Mama Adriani, yaitu Mama dari Emil.
"Iya Mah," jawab Bintang dengan singkat
Dia senang, sebab keluarga Emil menyambutnya dengan hangat. Setidaknya Bintang disana tidak hidup dalam cerita, seperti Novel yang di mana mertuanya membenci menantunya.
Kemudian Mama Adriani meminta Bintang untuk istirahat di kamar milik Emil, karena pria itu sudah lebih dulu masuk ke dalam kamarnya, dan Bintang pun menurut. Dia menaiki tangga satu persatu hingga sampai di lantai atas.
"Kata Mama Ria, kamarnya si pria Yupi itu ada tulisan 'tuan muda'," gumam Bintang sambil melihat setiap pintu yang berjejer di lantai 2, dan saat dia menemukan sebuah pintu coklat dengan nama 'tuan muda', Bintang pun langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
"Huwwaaaa ..." teriak Bintang saat dia masuk dan melihat Emil sedang bertelanjang dada.
"Gadis bar-bar, main masuk sembarangan. Bukannya ketuk pintu dulu. Emangnya Lo, pikir ini tuh kamar kosan, main masuk-masuk aja tanpa ketuk pintu dulu!" kesal Emil dengan nada tinggi kepada Bintang.
Sedangkan Bintang yang melihat Emil bertelanjang dada, segera membalikkan tubuhnya. Dia merutuki kebodohannya yang tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, dan langsung masuk ke dalam kamar sehingga mata sucinya harus ternoda oleh penampakan roti sobek yang ada di perut Emil.
"Ya, mana aku tahu kalau kamu lagi ganti baju. Lagian kamar nggak dikunci, mana tuh rotinya ada 8 kotak lagi," jawab Bintang dengan mata terpejam.
Emil tidak menjawab, dia pun segera memakai dasi dan juga jasnya. Karena hari ini Emil harus ke kantor untuk menghadiri meeting yang penting. Walaupun kemarin dia sudah menikah, tapi bagi Emil pekerjaannya adalah hal yang utama.
"Hei, tunggu ..." ucap Bintang menghentikan langkah Emil, saat pria itu akan keluar dari kamar.
"Kenapa?"
"Nama kamu siapa sih? Aku belum hafal nama kamu. Masa Suami istri, kita tidak hafal nama masing-masing sih? Lucu banget?" tanya Bintang kepada Emil.
Dia merasa lucu dengan rumah tangganya saat ini, karena Bintang tidak tahu namanya Emil siapa, dan Emil pun tidak tahu nama Bintang siapa. Akhirnya Emil pun menyebutkan namanya.
"Namaku Emilio, kau bisa memanggilku dengan Emil," jawab Emil sambil membuka pintu.
"Hah! Es Milo? Pantes sih agak lembek-lembek gimana gitu, cocok memang kalau dimasukin permen Yupi," ujar Bintang sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Apa! Kau bilang apa tadi? Es Milo? Emilio, bukan es Milo! Enak saja main ganti-ganti nama orang. Lama-lama kau buat aku kesal, aku sumpel mulutmu sama cabenya mak Erot, mau kau!" geram Emil dengan tatapan tajam dan dingin mengarah ke arah Bintang.
"Waduh, selow dong. Aku kan cuma bercanda. Lagian nama kamu emang lucu kan? Namaku Bintang," ucap Bintang dengan enteng sambil mengulurkan tangannya.
"Bodo amat! Mau nama kamu Bintang kek, bulan kek, matahari, awan kek, alien kek, aku nggak perduli. Dan Oh ya, nama kamu tuh sangat lucu. Kamu bukan Bintang, tapi akan aku panggil kamu rantang," balas Emil sambil menutup pintu kamarnya, meninggalkan Bintang dengan mata membulat menatap marah ke arah Emil.
"Woii ... enak aja main panggil orang rantang-rantang? Bintang woi, bukan rantang! Dasar pria setengah Yupi, es Milo!" teriak Bintang dengan kesal, karena dia tidak terima dinamakan rantang oleh Emil. Sementara pria itu malah terkekeh keluar dari kamarnya saat melihat wajah kesal milik Bintang,
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Pisces97
buka. setengah yupi
tapi emang yupi kenyal² lembek² tapi manis 🤭😂😂😂
2023-10-12
1
linamaulina18
semua cwe jgn samakan sifatnya Emil
2023-04-02
1
Sulis Tiani
lucu🤭🤭
2023-03-27
1