Happy reading.....
Sesampainya di kediaman orang tua Tiwi, Leon pun melajukan mobilnya kembali ke kediaman Ferdinand untuk mengantarkan Bintang. Setelah itu mereka langsung pergi ke kantor untuk bertemu dengan Jasper, karena tadi saat ditelepon Jasper mengatakan, jika dia sudah menemukan tentang keberadaan orang tua Bintang.
"Apa aku boleh ikut ke kantor?" tanya Bintang saat mobil sudah sampai di halaman rumah nan megah milik kediaman Ferdinand.
Emil mengerutkan dahinya saat mendengar pertanyaan Bintang, kemudian dia menatap ke arah wanita itu. "Ikut? Untuk apa? Tumben-tumbenan kamu pengen ikut?" tanya Emil dengan heran.
Bintang seketika menjadi gugup dan juga salah tingkah, saat Emil menanyakan perihal kenapa dia ingin ikut ke kantor. "Ya ingin aja, memangnya tidak boleh ke kantor milik suaminya?" jawab Bintang dengan sedikit gugup.
"Tidak! Untuk saat ini aku sedang ada pekerjaan yang penting. Lain kali saja, sebaiknya kamu turun, karena aku harus segera ke kantor."
Bintang mendengus dengan kesal, kemudian dia turun dari mobil Emil, lalu menatap mobil itu hingga keluar dari kediaman Ferdinand. Mau tidak mau, Bintang pun masuk ke dalam rumah dengan hati sedikit dongkol.
'Siapa yang akan ditemuinya di kantor? Kenapa aku merasa, orang itu begitu penting? Lagian, kenapa aku kepo sekali? Kenapa aku ingin tahu tentang kegiatan dia di kantor? Ah, biarkan saja. Mungkin, memang soal pekerjaan?' batin Bintang merasa heran dengan dirinya, karena dia seakan ingin tahu dengan siapa Emil akan bertemu di kantor, sebab pria itu terlihat sangat buru-buru.
********
Emil dan juga Leon menaiki lift untuk menuju ke ruangan di mana Jasper sudah menunggu dirinya, dan saat Emil dan juga Leon sampai di ruangan itu dia duduk di dekat Jasper.
"Ya ampun, Lu ke mana aja sih? Lama banget. Hampir aja uban Gue tumbuh gara-gara nungguin Lu," ucap Jasper dengan kesal, sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Mana berkasnya? Mana buktinya?" tanya Emil kepada Jasper, tanpa menjawab perkataan sahabatnya itu.
"Ck, Lu ini kebiasaan banget sih, orang 'mah teman ngomong itu dijawab. Nih bukti-buktinya, udah Gue dapetin," ujar Jasper sambil memberikan sebuah amplop berwarna coklat kepada Emil, sahabatnya.
Kebetulan Emil, Leon dan juga Jasper adalah sahabat sejak SMA sampai mereka kuliah. Mereka masih bersama-sama dan mempunyai profesi masing-masing, yaitu Jasper menjadi seorang detektif sekaligus CEO dari perusahaan orang tuanya, sedangkan Leon memilih untuk menjadi asisten pribadi dari sahabatnya, yaitu Emil.
Dengan tidak sabar, Emil pun membuka amplop coklat itu, lalu mulai membaca dan melihat satu persatu bukti yang dikumpulkan oleh Jasper.
"Apa kau yakin, orang tua Bintang sudah meninggal?" tanya Emil kepada Jasper, saat melihat data-data orang tuanya Bintang yang ternyata sudah meninggal sejak Bintang berumur 1 tahun.
"Iya, aku yakin, dan kau pasti akan kaget saat melihat bukti kenapa orang tuanya Bintang meninggal?" jelas Jasper sambil melipat kedua tangannya di depan dada, dengan tatapan lurus ke arah Emil.
Mendengar ucapan sahabatnya, Emil segera membuka lembaran selanjutnya, dan seketika mata Emil membulat, rahangnya mengeras dengan sorot mata yang begitu tajam. Tangannya mengepal, seakan dia sedang menahan emosi yang siap meledak.
"Apa, kau sudah cek kebenarannya tentang bukti ini?" tanya Emil mencoba meyakinkan ke arah Jasper.
"Heh, es kobok. Asal Lu tau ya! Gue ini jadi detektif bukan setahun 2 tahun, dan Lu tahu sendiri 'kan, semua bukti yang selalu Gue dapatkan itu real, nggak pernah Gue manipulasi. Jadi, itu semua benar adanya," jelas Jasper dengan nada kesal, karena Emil meragukan hasil dari pencariannya dalam 2 hari ini.
"Keterlaluan! Mereka benar-benar sudah melewati batas!" geram Emil sambil mendengus dengan kasar.
Leon dan juga Jasper saling melirik satu sama lain. Mereka jelas melihat kemarahan di wajah pria tampan itu, lalu Jasper pun berkata. "Lu ini sebenarnya kdnapa sih? Lu peduli banget sama gadis itu? Dia 'kan cuma pengantin pengganti, dan kalian juga tidak saling mengenal. Akan tetapi, sepertinya Gue lihat, Lu udah jatuh cinta deh sama istri Lu?" ujar Jasper dengan tatapan menyipit ke arah Emil.
"Ya, sepertinya sih begitu ya! Soalnya yang Gue lihat, dia itu cemburu banget saat istrinya bilang Gue ini tampan?" timpa Leon sambil tersenyum miring ke arah Emil dengan tatapan meledek.
Emil tentu saja tidak terima saat kedua sahabatnya meledek dirinya. "Diam kalian! Siapa juga yang udah jatuh cinta sama si cewek rantang itu? Lagian, Gue nggak cemburu saat dia memuji Lu, dengan kata 'tampan'. Karena menurut Gue, Lu nggak ada tampannya?" ledek balik Emil sambil menatap Leon dengan tatapan dingin.
"Sudahlah, lebih baik Gue kembali ke kantor, ada kerjaan. Oh ya, jangan lupa, Lu transfer ya ke rekening Gue! Nyari bukti-bukti ini nggak gampang lho, selama 2 hari Gue benar-benar harus kerja keras, dan di situ juga sudah ada alamat di mana orang tua Bintang dimakamkan. Selebihnya, terserah Lu mau ngasih tau Bintang tentang sebab kematian orang tuanya atau tidak. Semua ada di tangan Lu, Bro," ucap Jasper sambil menepuk bahu Emil. Kemudian dia keluar dari ruangan Emil untuk menuju ke kantor.
Emil terlihat frustasi, dia bingung apakah dia harus memberitahukan kepada Bintang yang sebenarnya, tentang sebab kematian orang tuanya. Akan tetapi, di sisi lain Emil tidak tega, karena dia yakin pasti Bintang akan sangat terpukul dan juga sedih, saat mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Pisces97
kasih tau lah es kobok nanti rantang nya marah tau dari orang Laen 😂
2023-10-13
1
devaloka
kasik tau dong, soalnya aku juga penasaran
2023-09-15
1
Kholifah
kira2 apa ya penyebab kematian ortu Bintang..kok bikin Emil makin marah..🤔🤔
2022-12-28
1