Di Rumah Fika
Banyak orang berduka datang menghampiri rumah Fika. Sepenggal kepala Fika masih berada di rumah sakit untuk di autopsi sedangkan potongan tubuh Fika yang lain belum diketahui keberadaannya. Polisi masih dalam penyelidikannya.
Sore itu Joy sampai di rumah Fika. Orang yang datang untuk berduka sudah mulai berkurang, namun pintu rumah terbuka lebar untuk orang-orang yang datang melayat. Ibunya Fika menangisi nasib anaknya itu, sementara Ayahnya sedang perjalanan dari luar kota menuju Jakarta.
Joy masuk ke dalam rumah yang sudah tergelar karpet serta tikar untuk para tamu yang ingin melayat. Wanita itu menghampiri ibu Fika yang sedang menangis di sudut dinding ruangan
"Sore, Nyonya Franco," sahut Joy kemudian ia mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan Ibunya Fika.
"Saya Turut berduka atas meninggalnya Fika," Ucap Joy setelah mencium punggung tangan Ibu Sahabatnya.
"Hiks....kenapa bisa joy, Kamu sahabatnya! Harusnya kamu tau kenapa dia bisa seperti itu," sahut Nyonya Franco
Ya sahabat sih sahabat tapi kan kita gak selalu 24 jam bersama, batin Joy
"Dia dirumah kamu 3 hari yang lalu. Dia pamit nginap di rumah kamu, dia juga bawa peralatan buat kemah. Setelah itu dia belum pulang sampai sekarang..hiks.. Pasti kamu kan kamu yang membunuhnya!" Pekik Nyonya Franco diakhir perkataanya
"Astaga... Nyonya Franco, Anda tidak bisa menuduh saya seperti itu. Dan juga apa buktinya kalau saya membunuh?" ucap Joy
"Potongan kepalanya ada di loker kamu!" hardik Nyonya Franco
Seketika suasana riuh, para tamu yang datang membacakan doa-doa sedikit terganggu karena ucapan Nyonya Franco, namun mereka tetap meneruskan membaca Alkitab
"Fika itu sahabat saya juga. Atas dasar apa jika saya membunuhnya...Saya tidak ada motif! Saya juga tidak tahu bagaimana orang lain mendapatkan kunci loker saya," Joy membela diri dengan suara berbisik tetapi penuh penekanan
"Saya kesini untuk berduka, saya ingin membacakannya doa-doa bukan untuk berdebat dengan anda.. saya juga bersedih nyonya," ucap Joy, ia berusaha untuk berbicara pelan dan tetap sopan, meski dia kesal dituduh membunuh sahabatnya sendiri
"Hah saya menyesal mengijinkan Fika berteman dengan wanita licik seperti kamu," ucap
"Apa..!" Joy ingin marah tapi dia tahan. Licik dari segi apa? Karena tidak ingin mengganggu kenyamanannya para tamu yang datang, akhirnya Joy memilih pulang.
"Maaf, saya sudah mengatakan yang sebenarnya. Terserah anda mau percaya atau tidak. Saya permisi," pamit Joy
"Sana pergi saja ke neraka," usir Nyonya Franco sembari sesegukan saat Joy sudah pergi menjauh.
"Hemmh aneh...Fika tidak pulang sejak 3 hari yang lalu. Dan menurut keterangan Ibunya, Si Fika ini juga membawa peralatan kemah. Sementara Joy tidak ikut kemah karena Maag. Bisa jadi si Fika ini membohongi Ibunya dengan alasan kemah lalu kemana dia setelah itu. Dirumah Joy atau ke tempat lain?" Wasabi berpikir dalam hatinya
"Joy adalah orang yang terakhir ditemui. Aku harus tahu pastikan jam berapa dia keluar. Tapi sebelumnya aku harus ke kamar Fika. Siapa tau ada petunjuk," pikirnya lagi
Wasabi yang tidak terlihat dengan mata telanjang itu berkeliaran dirumah fika Di carinya kamar yang telah di penuhi dengan petugas penyidik
Wasabi masuk dan ikut mencari petunjuk
Kamar yang benar2 rapi, puji Wasabi dari dalam hatinya
"Tiba2 petugas itu selesai memeriksa dan saat mereka bergegas keluar, hampir menabrak wasabi yang sedang memakan kekuatannya yang tidak terlihat.
"Huft untung saja. Saatnya beraksi, mumpung tidak ada orang," pikir Wasabi
Wasabi menelusuri rak buku, ia ingin mencari sebuah album foto untuk mengenali siapa saja yang dekat dengan Fika selain Joy dan Riyan. Tetapi barang yang ia cari tidak ada di rak buku.
Dia lalu membuka laci belajar.
Bingo!
Sebuah album kecil dengan cover berwarna hitam ada di laci tersebut. Dibukanya laci itu lebih lebar dan pelan-pelan dikeluarkannya. Tak lupa Wasabi menyentuhnya dengan memakai sarung tangan karet.
"Hemhh Fika cantik juga dan menarik. Lebih cantik dari Joy," Wasabi tidak tertarik dengan Joy di awal pertemuannya.
Saat Wasabi membuka foto lembar terakhir dia mengamati dengan pasti.
Kalung yang sama, yang aku foto tadi. Dan laki-laki disampingnya yang merangkul Fika itu adalah Riyan. Apakah kalung yang aku foto di salon tadi adalah kalung milik Fika? batin Wasabi
Bruk
Ada yang menjatuhkan sesuatu di luar kamar. Wasabi cepat-cepat memasukkan album foto itu ke laci.
Saat hendak melangkah keluar wasabi menginjak sesuatu. Untung dia memakai sepatu. Di ambilnya barang yang terinjak tersebut.
"Cincin?" serunya dalam hati seraya mengamati benda tersebut.
Batu cincin itu sepertinya satu paket dengan kalung yang ada di salon Riyan tadi. Hemh aku harus meminjamnya dahulu, batin Wasabi
Duh lupa fotonya harus diambil sebagai bukti, seru Wasabi dalam hatinya
"Ish sial.. Tiap hari ke sekolah bawa buku banyak banget. Bisa-bisa aku jadi bungkuk tiap hari bawa beban gini," protes seorang gadis yang masuk ke kamar Fika, gadis itu masih memakai seragam sekolah
"Gak bisa kah pemerintah ngasih IPAD gitu buat masukin semua pelajaran ke Aplikasi apa gitu. Sekarang jaman modern gitu loh," celetuknya sendiri
"Ahh. bete banget nih hari, tidur dulu ah!" kesalnya
Wasabi bertanya-tanya siapa perempuan dengan seragam SMA ini. Keluarganya sedang berkabung kenapa dia tak ada perasaan sedih sedikitpun. Bahkan sore ini dia baru pulang sekolah. Seharusnya dia bisa ijin sekolah pagi tadi saat dikabarkan saudaranya menjadi korban pembunuhan dan meninggal.
Saat gadis itu tadi masuk, Wasabi sempat mencermati label nama yang tertera di bagian kanan sebelah kantong.
Reaksi anak ini, sama persis seperti Joy. Bedanya Joy masih terlihat bersedih dan ketakutan. Aku bisa liat reaksi ketakutannya yang tanpa di buat-buat saat di loker tadi. batin Wasabi
"Mawar, sehabis ganti baju, antarkan mama ke kantor polisi. Mama tidak terima Kakakmu di bunuh dengan cara tidak wajar. Mama mau menggugat Joy. Pasti dia ada hubungannya," Terdengar suara ibunya Fika dari lantai bawah, berteriak memanggil penuh emosi
"Aduh ma... Mawar capek baru pulang. Gak bisa nanti sore atau besok aja," balas Mawar tak kalah berteriak
Terdengar Ibunya Fika menaiki anak tangga
Wasabi berjalan menuju pintu kamar. Belum sempat keluar, Ibu Fika sudah hendak masuk. Lagi-lagi dia hampir bertabrakan
"Ini kan sudah sore. Mama tahu kamu tidak akur dengan kakak kamu, Fika. Tapi apa kamu tidak bersedih sama sekali. Kakak Kamu meninggal! Dia dibunuh!" ucap Ibunya dengan nada penekanan di akhir kalimat.
"Mawar sedih ma. Tapi ya mau gimana lagi, badan Mawar lemah. Banyak kegiatan sekolah. Mama juga harus ngertiin perasaan mawar," keluh Mawar
"Ahh pokoknya Mama mau kamu temani Mama ke kantor polisi sekarang. Mama tunggu dibawah," ucap Ibunya
"Hemmh menarik kini semakin bertambah dugaan tersangka," ucap Wasabi dalam hati.
"Tapi aku terpaku dengan sebuah nama..Joy. Dia berpacaran dengan Riyan di belakang Fika. Mungkin itulah yang menjadi alasan Riyan atau Joy untuk membunuh Fika, karena cinta segitiga. Atau Mawar yang telah membunuh Fika karena mereka tidak akur, berat kasih sayang sebelah dan terjadilah iri dengki. Ditambah, kenapa Mawar berada di kamar milik Fika, bukan di kamarnya sendiri," Wasabi mulai menganalisa sementara
"Aku sebaiknya turun dan bertanya sebagai seorang detektif. Aku butuh kepastian waktu yang tepat, kapan dan jam berapa Fika keluar," ujar Wasabi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
🏘⃝AⁿᵘKIIS𝐙⃝🦜
joy mukanya judes abis, tapi aku suka
2023-09-19
1
⸙ᵍᵏTitian 𝐙⃝🦜pirman🦈
masih misterius
2023-09-09
0
NEISYA
sedih apanya adik fika,klu sedih gk mungkin spt itu sikapnya
2023-05-26
0