Bab 11

Untuk memohon pada Darrel agar dia tidak tidur di kamar lain pun, Qian merasa gengsi. Padahal sebenarnya Qian tidak tenang tidur sendirian, apalagi setelah mendengar mansion ini diserang beberapa orang dan Liu sampai terluka.

Kini semua pakaian Darrel sudah masuk seluruhnya kedalam koper, Darrel pergi begitu saja tanpa bicara apa-apa lagi pada Qian.

Ternyata Darrel sangat serius dengan perkataannya dan dia benar-benar pergi meninggalkan kamar Qian dengan membawa seluruh pakaiannya.

"Dasar laki-laki kejam, dia itu suami atau musuhku? Kenapa tidak memiliki rasa khawatir sama sekali terhadap ku? Malah pergi begitu saja," Qian pun menggerutu sendiri.

Keesokan harinya Liu sudah berada dimeja makan menunggu Qian dan Darrel tiba, kebetulan sekali hari ini pengacara keluarga Qian datang untuk bertemu Qian setelah mendengar jika Qian telah pulang dari Italia.

"Nyonya ada Tuan pengacara tiba di rumah!" seorang pelayan mengantarkan pengacara ke ruang makan.

"Tuan, tumben pagi-pagi sekali datang berkunjung ada apa?"

"Aku hanya ingin memastikan keadaan disini aman, apalagi aku dengar nona Qian sudah tiba dengan suaminya?? Apa mereka tidak menyelesaikan bulan madunya?"

"Kami disini baik-baik saja, lagipula Austin sudah menyewa beberapa bodyguard tambahan, cctv juga sudah kembali berfungsi! Nah itu dia orangnya,"

Terlihat Qian dan Darrel tiba di ruang makan.

"Kebetulan sekali kau ada disini Tuan pengacara,"

"Nona kenapa sudah kembali?"

"Kenapa? Mansion diserang mana mungkin aku bisa tenang bulan madu disana, sudahlah lupakan masalah bulan madu, kenapa kartu black card ku diblokir sampai sekarang?"

Nona, aku sudah jelaskan berkali-kali jika butuh apa-apa mintalah pada Ibumu Liu, karena sebelum usiamu 25 tahun wali mu itu Liu,"

"Tapi aku mendapatkan warisan 90 persen, kenapa aku tidak bisa pakai kartu? Itu uangku!"

"Sesuai surat wasiat ayahmu, kau tidak bisa lagi menghamburkan uang miliknya, sampai kau bisa bertanggungjawab terhadap hidupmu sendiri dan semua kebutuhan mu adalah tanggungjawab Liu, minta saja uang jajan atau apapun padanya!"

"Sit, Liu katakan padanya aku tidak bisa tanpa kartu itu!"

"Tuan pengacara, aku mengizinkan Qian untuk memakai black card itu apa tetap tidak bisa?"

"Tidak bisa Nyonya, nona harus berusia 25 tahun terlebih dahulu baru dia bisa menggunakan harta itu sesuka hatinya,"

"Menyebalkan, apa aku ini anak tiri ayah? Kenapa dia tega sekali membuat wasiat yang rumit seperti itu,"

"Qian bersabarlah hanya tinggal 3 tahun lagi usiamu genap 25 tahun, mungkin mendiang ayahmu ingin kau bisa lebih dewasa lagi dalam mengelola keuangan, tidak boros dan tidak membeli barang-barang yang berlebihan,"

"Baiklah, kalau sudah seperti ini mau bagaimana lagi!"

Sejak tadi Darrel hanya menyimak pembicaraan tentang kartu tersebut, Qian pun terlihat sangat sedih karena dia tidak bisa lagi membeli barang-barang yang dia inginkan sesuka hatinya.

"Der, setelah ini kau akan pergi ke tempat casino kan?" tanya Liu.

"Iya,"

"Baiklah Austin juga pasti sudah berada disana, kalian berdua bekerjasama lah!"

"Aku usahakan,"

Tak sekalipun Darrel menoleh kearah Qian padahal sejak tadi Qian melihat kearahnya, laki-laki itu seperti tidak ingat kalau dia memiliki seorang istri saat ini. Qian pun jadi malas sarapan lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Rasanya tidak ada lagi kebahagiaan seperti dulu," saat membuka kedua tangannya, Qian terkejut karena sudah ada Darrel yang berdiri disampingnya.

"Kau,"

"Ikutlah,"

"Kemana?"

Tapi Darrel tak menjawab lagi dan langsung pergi mau tidak mau Qian pun menyusul. Hanya tersisa Liu dan pengacara keluarga saja.

"Nyonya, besok ikutlah meeting untuk membicarakan pembangunan hotel yang sudah hampir rampung, sekali lagi saya ucapkan selamat karena hotel akan segera diresmikan keluarga Tuan Feng Yuin kini bukan hanya memiliki casino terbesar melainkan juga memiliki bisnis hotel sendiri,"

"Baik, aku akan ajak Qian karena bagaimanapun dia yang akan menjadi pemilik hotel itu, aku harap hotel bisa berkembang pesat seperti bisnis casino,"

Sementara Darrel dan Qian pergi menuju tempat casino.

"Kau sudah tidak marah lagi padaku?"

"Marah untuk apa?" tanya Darrel.

"Bicaraku keterlaluan kemarin padamu, aku minta maaf Der tapi kembalilah tidur dikamar ku, aku takut,"

Darrel hanya diam saja mendengar rengekan Qian, keduanya sampai di tempat casino.

Didalam ramai para pemain judi dan banyak juga para wanita muda yang menemani para laki-laki itu berjudi.

Hingga saat Qian masuk kedalam tempat casino, seorang laki-laki tua menghampiri Qian.

"Hai cantik, temani aku berjudi aku akan membayar mu mahal,"

"Maaf tapi aku bukan wanita seperti itu,"

Darrel yang mendengar laki-laki kurang ajar itu menggoda istrinya, segera menghampiri pria tersebut.

"Tuan ikut lah dengan ku,"

"Kau siapa?"

"Aku pengelola casino ini," kata Darrel.

"Jika aku ikut dengan mu, apa wanita ini bisa aku pakai nantinya?"

"Ikutlah dulu, Kau juga!" kata Darrel pada Qian.

Qian pun menurut dan mengikuti kemana Darrel dan pria tersebut pergi, mereka masuk ke ruangan mendiang ayahnya Qian yang terletak dilantai 5 gedung casino ini.

"Nah beginilah sepatutnya pengelola casino memperlakukan pelanggannya, jadi bagaimana berapa harga wanita ini untuk satu jam?" tanya pria tersebut.

Ditutupnya pintu ruangan tersebut oleh Darrel, sementara Qian yang sudah kesal dengan perkataan laki-laki tua itu segera menghampirinya.

"Hei kau tuli? Sudah aku katakan jika aku bukan wanita yang bisa kau sewa,"

"Sombong sekali kau wanita murahan,"

Belum sempat Qian membalas hinaan laki-laki itu, Darrel sudah lebih dulu mencengkram leher pria tersebut sehingga laki-laki itu sulit bernafas.

"Le-lepaskan aku," dengan suara tersendat.

"Ya Tuhan, Der kau mau membunuhnya?" Qian panik karena Darrel mencekik leher laki-laki itu.

Darrel mengangkat leher laki-laki tersebut hingga kedua kaki laki-laki itu tak lagi berpijak diatas lantai, melainkan melayang diatas.

"Minta maaf pada wanita itu!" kata Darrel.

"Iya, aku akan meminta maaf padanya,"

Barulah setelah pria tersebut ketakutan dan nafasnya hampir habis karena Darrel mencekiknya dengan kencang, Darrel melepaskan cengkraman tangannya dari leher pria tua tersebut.

Uhuk.

Uhuk.

"Nona, aku minta maaf padamu aku janji tidak akan menggoda mu lagi, aku mohon maafkan aku,,"

"Iya ya sudah sana pergi!" ketus Qian.

Laki-laki itu pun langsung pergi meninggalkan ruangan tersebut dengan terburu-buru. Qian pun tidak menyangka Darrel akan marah ketika ada laki-laki yang bersikap kurang ajar terhadap dirinya.

"Der, terimakasih kau sudah membuat laki-laki itu kapok,"

Tetapi lagi lagi ucapan Qian tidak dianggap oleh Darrel, karena laki-laki itu kini sedang memeriksa laporan keuangan tempat casino ini.

Qian yang merasa bosan malah duduk dimeja membuat Darrel meliriknya.

"Aku bosan, kalau kau mengajak aku hanya untuk melihat mu bekerja lebih baik aku pulang saja!"

"Kau harus berada ditempat dimana aku ada," tegas Darrel.

"Kalau begitu jangan bersikap cuek terus padaku ajak aku bicara atau ajak aku melakukan apapun asal aku tidak bosan seperti ini,"

Lagi lagi Darrel tidak menggubris permintaan Qian dia kembali fokus pada layar laptopnya, Qian yang kesal akhirnya langsung duduk diatas pangkuan Darrel, melingkarkan kedua tangannya pada leher Darrel.

Maaf ya guys maak libur 2 hari kemarin, karena ngurusin acara lamaran adik diadainnya di rumah emak jadi agak riweuh nyari catering kesana-kemari.hehehe

Terpopuler

Comments

🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧

🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧

Jagan bangunkan harimau tidur Qian

2023-01-31

1

Mh.🅚︎🅐︎🅡︎🅘︎ 𝗥𝗝🐑💜

Mh.🅚︎🅐︎🅡︎🅘︎ 𝗥𝗝🐑💜

babat qian abang perjaka😂😂😂

2023-01-13

0

菲菲 Dwi L Arema

菲菲 Dwi L Arema

Kok si qian pekok y g ada insting

2023-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!