"Kamu letakkan di tas kerja bang Toni seperti ini nanti langsung terhubung ke HP kamu Nov" Ucap Sasa memberi tahu ku cara memasang kameranya juga cara kerjanya
" Ok aku udah ngerti kok Sa" Ucapku sendu
Ddrreet Ddrreet
Hp Ku berbunyi menampilkan nama " suamiku" di sana
" Assalamu'alaikum bang" Salamku pada bang Toni
" Adek masih di cafe? cafe biasa kamu kunjungi sama temen kamu kan dek? " Tanya bang Toni
" Iya bang, ada apa bang? " Tanyaku balik
" Kamu udah siap dek? Abang udah di parkiran depan cafe, kalau kamu sudah siap kita pulang bareng, kalau belum abang tunggu adek di sini" Ucapan bang Toni membuat jantungku berdebar cukup kencang.
Ku lihat Sasa sedang menatapku dengan isyarat yang arti isyaratnya" Ada apa? " Ku jawab dengan mengarahkan telapak tanganku di hadapan Sasa yang artinya " Tunggu dulu"
" Iya bang adek udah selesai kok, abang tunggu di sana sebentar ya, adek tutup Assalamu'alaikum " Ucapku menutup panggilan bang Toni.
" Bang Toni ada di parkiran cafe ini jemput aku, aku pulang duluan ya Sa? " Ucapku tersenyum memasukkan alat kamera ke dalam tasku.
" Iya gak apa apa, pulang aja aku yang bayar" Ucap Sasa ikut tersenyum
" Ya sudah aku pulang ya, bye" Ucapku berdiri melangkah keluar cafe
Ku dekati mobil bang toni yang sudah ada bang Toni di dekat pintu mobil tersenyum melihatku mendekatinya
Ku ulurkan tangan mencium punggung tangan bang Toni di balas kecupan di keningku.
" Ayo masuk" Ucap bang Toni membuka pintu mobil agar aku masuk.
" Adek kenapa udah keluar rumah? Apa badannya udah enakan? Abang khawatir tadi baca pesan dari adek" Ucap bang Toni menggenggam tanganku erat tanpa melihatku karna sedang fokus menyetir
" Adek udah sehat bang, makasih udah khawatir sama adek" Ucapku tertawa kecil
" Adek bilang apa sih adek itu istri abang wajar abang khawatir sama istri abang" Ucap bang Toni gak suka.
" Iya bang maaf ya" Ucapku lagi tersenyum kecil
" Abang perhatikan sekarang kita seperti orang asing, sering minta maaf sering ucapin Terima kasih jarak kita juga semakin jauh" Ucap bang Toni sendu
" Iya itu semua mungkin karna kita jarang berinteraksi juga jarang komunikasi, abang sering lembur dengan kerjaan abang dan itu semua membuat adek terbiasa mandiri, adek udah terbiasa sendiri tanpa ada yang membantu, seperti dulu adek selalu melibatkan abang dalam hal apapun walau adek di rumah abang di showroom tapi prioritas abang selalu adek jadi kapanpun adek butuh abang, abang selalu ada tapi sekarang prioritas abang bukan adek lagi tapi yang lain, maka dari itu adek belajar mandiri dan sekarang adek berhasilkan, Terima kasih udah ngajarin adek bersikap mandiri" Ucapku mengeluarkan sebagian unek unek yang ada di hatiku membuatku sedikit merasa lega.
Ciiiittt
" Astagfirullah abang... " Kaget Ku ketika bang Toni tiba - tiba menghentikan mobilnya.
" Maafkan abang dek" Ucap bang Toni dengan suara yang bergetar dan memelukku erat.
" Abang akan seperti yang dulu lagi, teruslah selalu membutuhkan abang, abang janji abang akan selalu membuat adek prioritas nomor satu abang" Ucap bang Toni terisak memelukku.
" Tapi sudah terlambat bang, maaf hati adek terlanjur sakit dan sudah memutuskan ikatan di antara kita bang, walaupun nanti kamu bersujud di kakiku pun aku tetap akan melepaskan mu" Ucapku dalam hati
" Dek abang janji abang akan menjadi seperti dulu" Ucap bang Toni melepaskan pelukannya dan menatapku dalam yang ku balas dengan senyum manisku.
" Kita makan malam dulu ya" Ucap bang Toni sudah menghentikan mobilnya di depan restoran yang ku jawab dengan anggukan.
Setelah aku dan bang Toni masuk ke dalam restoran arah mataku langsung menatap pria dingin si kutub utara yang juga sedang menatapku.
" Pak Danil apa kabar? " Tanya bang Toni pada mas Danil yang membuatku terkejut.
" Dari mana bang Toni kenal sama mas Danil?" Ucapku dalam hati.
" Baik Pak Toni " Jawabnya dengan wajah datarnya tapi arah matanya mengarah ke mataku membuatku canggung.
" Kenalkan pak ini istriku Novi" Ucap bang Toni memperkenalkanku pada mas Danil.
" Novi " Ucapku memperkenalkan diri pura - pura tidak kenal sama mas Danil setelah mengulurkan tangan dan di sambut dengan lembut oleh mas Danil.
" Apa pak Toni dan istri mau makan? Kalau begitu ayo bergabung di meja kami, saya yang akan traktir" Ucap mas Danil tersenyum sangat tipis mengundang kami makan di mejanya.
" Iya Terima kasih pak Danil kami akan gabung, iya kan sayang... Pak Danil ini rekan bisnis abang" Ucap bang Toni ketika aku ingin menolak makan semeja dengan si kutub ini.
" Jon kamu pesankan lagi makan untuk pak Toni dan istrinya Novi" Ucap mas Danil seperti sedang mengejekku yang ku tatap dengan tatapan tajam.
" Dasar manusia kutub utara, kenapa harus ketemu sama dia, huh" Ucapku dalam hati dan menghirup nafas kesal.
" Bang adek ke toilet bentar ya" Ucapku sama bang Toni yang di jawab anggukan kepalanya.
Aku melangkah masuk ke dalam toilet, ku rapikan riasanku juga pakaianku, setelah rapi ku putar handle pintu kamar mandi membukanya, aku langsung menatap manik mata tajam seperti elang seperti sedang memangsa ku.
Ku langkahkan kakiku berjalan melewati mas Danil tetapi tangan ku di tarik dan mulutku di bekap agar aku tidak bisa teriak, di tarik ke ruangan sepi, tubuhku di himpit oleh tembok dinding ruang di punggungku dan juga tubuh mas Danil yang ada di hadapanku sangat dekat hingga nafas mas Danil dapat aku rasakan di ubun - ubun kepala ku karna tinggi ku hanya sebatas leher mas Danil.
" Saya akan lepas bekapan di mulut kamu tapi jangan bersuara atau saya akan berbuat lebih dari apa yang kamu bayangkan" Ucap mas Danil membuatku mengangguk cepat
" Apa mau kamu mas? Kenapa membekap ku? Apa mau menculik ku? Aku gak ada uang untuk menebusku" Ucapku emosi yang di balas senyum lebar membuatku semakin emosi.
" Mengapa kamu tidak membalas pesan pesan saya? juga mengabaikan panggilan dari saya? " Tanya mas Danil padaku dengan nada tidak suka.
" Mas Danil... Aku tidak membalas pesan karna memang itu gak penting untuk di balas, mas Da cuma pesan, selamat pagi, selamat siang, selamat malam terus aku juga harus jawab selamat pagi gitu mas??? " Ucapku kesal.
" Kamu panggil saya apa? " Pertanyaan mas Danil membingungkan ku.
" Panggil apa mas? " Tanyaku balik yang masih dengan kebingunganku.
" Tadi kamu panggil saya apa? Mas Da? " Ucap mas Danil.
" Iya maaf mas aku panggil kamu asal tiba - tiba aja reflek manggil kamu mas Da" Ucapku tak enak karna asal memanggil orang.
" Tidak apa apa saya suka dengan panggilan singkat yang kamu berikan "Mas Da" " Ucap mas Danil tersenyum lebar.
" Teruslah memanggil saya dengan panggilan itu, tapi itu khusus untuk kamu jangan dengan orang lain juga sahabatmu ha nya ka mu" Ucap mas Danil di telingaku membuat bulu kudukku berdiri dan tanpa sadar aku menganggukkan kepalaku tanda aku setuju dengan panggilan khusus ku padanya.
Mas Danil melepaskan genggaman tangannya menatapku lembut hingga ujung hidungku dan hidung mas Danil menempel, kurasakan hembusan nafasku bersatu dengan nafas mas Danil membuat jantungku berdebar semakin kencang hingga tanpa sadar ku tutup mataku rapat merasakan aroma maskulin tubuh mas Danil yang menenangkan.
" Jangan jauh - jauh dari HP kamu" Ucapnya lembut dan menghilang.
Ku buka mataku, ku pegang dadaku yang kurasakan detak jantungku masih berdebar sangat kencang karna selain bang Toni dia pria yang pernah sedekat itu denganku, bahkan dengan bang Toni pun tidak ada debaran seperti ini.
" Mas Da.. " Panggilku yang terasa aneh kurasakan di hatiku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Dewi Azj
iya namanya juga pelakor bestie...
makasih udah mampir.. 🥰🥰🥰
2023-04-19
0
Endang Oke
tony kayanya diancam sama sinta. difikir tony kaya. jd dia mo jerat tony. dividioin dia. dipaksa utk melayani sinta.
2023-04-19
2