" Wanita mana yang kamu sembunyikan bang? " Ucapku lirih melihat punggung bang Toni masuk ke dalam showroom
Karna bosan di dalam cafe,aku coba masuk ke dalam showroom melihat - lihat.
" Ada yang bisa saya bantu mbak? " Ucap karyawan wanita ramah yang ku tau namanya adalah Nia.
" Iya mbak saya mau lihat - lihat dulu ya" Jawabku tersenyum tak kalah ramah
" Iya silahkan mbak" Ucapnya lagi menjelaskan tentang mobil yang aku perhatikan dan aku dekati.
" Nia kamu tau di mana Adi? " Tanya wanita berpakaian seksi mengagetkan aku juga Nia.
" Saya lihat tadi di ruangannya buk Sinta" Ucapnya takut - takut melihat Sinta.
" Jangan bohong kamu, aku baru dari ruangan Adi" Jawab Sinta emosi pada Nia.
" Ada apa Nia? Kenapa ribut - ribut di depan pelanggan?" Ucap Adi tiba - tiba ada di dekat kami.
" Kalau anda ada masalah tolong jangan di hadapan pelanggan kita buk Sinta" Lanjut ucapan Adi tegas.
" Tolong ikut saya keruangan, ada yang perlu saya sampaikan tentang pertemuan dengan klien kita nanti" Ucap Adi pada Sinta yang menatapnya tajam.
" Mohon maaf akan ke tidak nyamanan pelayanan kami mbak" Ucap sopan Adi padaku.
" Iya... Tidak apa apa pak" Ucapku tersenyum manis.
" Kalau begitu silahkan di lanjutkan lagi mbak, saya permisi dulu" Ucap Adi pamit.
" Iya silahkan... " Jawabku masih tersenyum manis melihat punggung Adi dan Sinta masuk ke ruangan.
" Maaf mbak, mbak yang barusan tadi karyawan di sini juga ya? " Tanyaku pada Nia
" Iya mbak tapi angkuh, sombong suka marah - marah sama karyawan lain kayak dia yang punya showroom, banyak karyawan yang gak suka sama buk Sinta mbak" Jawab Nia dengan wajah kesalnya.
" Mungkin kinerjanya mbak Sinta bagus mbak, makanya atasan mbak mempertahankannya" Ucapku berfikir positif.
" Ya bagus emang mbak, bagus melayani dengan rayuan kata dan bodinya yang selalu berpakaian seksi, pada hal sudah berkali - kali di tegur sama atasan kami mbak" Ucapan Nia mengagetkanku.
Kenapa bang Toni masih mempertahankan karyawan seperti Sinta, gak mungkinkan bang Toni gak mendengar keluh kesah karyawannya yang lain.
" Apa mbak Sinta nya udah lama kerja disini mbak? Beberapa bulan yang lalu saya ada juga kesini tapi gak pernah lihat mbak Sinta?" Tanyaku lagi
" Sudah hampir enam bulanan mbak" Ucapan Nia semakin mengejutkan ku.
" Enam bulanan... Itu adalah awal - awal bang Toni mulai sering beralasan lembur di showroom" Aku mengingat awal bang Toni sering berbohong
" Oh... Baru enam bulanan ya mbak.. Showroom nya ramai ya mbak" Tanyaku menampilkan wajah yang berbinar melihat deretan mobil yang keren
" Alhamdulillah mbak, showroom kami semakin hari semakin ramai" Ucap Nia antusias.
" Ya sudah mbak, saya sudah melihat mobilnya dan nanti saya akan menghubungi mbak Nia ya" Ucapku melihat bet nama Nia agar nia tidak curiga dan bertukar nomor dengan Nia
Ku Lirik jam di tangan kiri ku, kulihat menunjukkan jam dua empat puluh lima menit, aku masuk kedalam taxi yang baru ku pesan dan menunggu bang Toni keluar dari showroom dan mengikutinya apakah ada kerjaan atau menemui selingkuhannya.
Tak lama ku lihat bang Toni berjalan keluar dari showroom tapi bang Toni terlihat sedang berdebat sama Sinta, kulihat bang Toni menunjuk wajah Sinta dengan wajah memerah menahan amarahnya.
" Ada apa ini sebenarnya, kenapa bang Toni tidak memecatnya? Kenapa tetap mempertahankannya bekerja di showroom?" Pertanyaan demi pertanyaan berputar putar di pikiranku
Ku lihat bang Toni masuk ke dalam mobilnya di ikuti Adi duduk di kursi kemudinya, sedangkan Sinta mengamuk menendang apa saja yang ada di dekatnya sampai ku dengar umpatan - umpatan keluar dari bibirnya.
" Jalan pak ikuti mobil yang baru jalan itu pak" Perintahku pada supir taxi mengarahkan jari telunjukku pada mobil bang Toni yang mengarah keluar showroom
" Baik mbak" Jawab supir taxi melihatku dari spion depan
Aku terus mengikuti bang Toni, hingga satu jam mobil bang Toni memasuki lobi gedung perusahaan yang ku baca " perusahaan M&D"
kulihat bang Toni dan juga Adi keluar dari mobil menuju ke meja resepsionis dan melangkah ke arah lif.
Aku tergesa mengikuti bang Toni
" Eh mbak siapa? Ada yang bisa saya bantu? " Salah satu wanita di meja resepsionis menghentikan langkahku
" Itu mbak saya barengan sama atasan saya yang sekarang lagi menunggu di lif itu" Ucapku cepat karna kulihat bang Toni sudah masuk ke dalam lif bersama Adi.
" Tu kan mbak...Saya telat ngejar atasan saya" Ucapku menampilkan wajah pura - pura sedihku.
" Maaf ya mbak... Pak Toni ke lantai lima belas mbak ruangan direktur Dedi" Ucap wanita itu merasa bersalah.
" Iya mbak tidak apa apa, saya permisi ya mbak" Ucap ku tersenyum manis.
Sampai di lantai lima belas, ku lihat hanya ada dua ruangan di sana, satu ruangan wakil direktur dan satunya ruangan direktur, ku dekati pintu ruangan direktur yang pintunya tidak tertutup rapat.
Aku mendengar pembicaraan empat pria yang membahas masalah kerjaan
" Huff.. " Ku hela nafas kasar ternyata bang Toni benar benar bekerja dia gak ketemuan sama selingkuhannya.
Ku putuskan pulang dan sebelumnya aku masuk ke toilet membuka wik kaca mata dan tahi lalat ku, ku rapikan pakaian dan riasan di wajahku dari penyamaran, ku buka pintu toilet betapa terkejutnya aku ada mas Dedi di depan toilet
" Mas Dedi"
" Novi" Ucap aku dan mas Dedi bersamaan
" Kamu lagi apa di sini Nov?" tanya mas Dedi
" Aku... Aku lagi... " Jawabku gugup
" Emmm... " Masih dengan kebingunganku untuk menjawab pertanyaan mas Dedi.
" Ya sudah ayo keruangan sekertaris mas" Ucap mas Dedi jalan ke arah ruangan wakil direktur di ikuti olehku di belakangnya
" Minum Nov" Menyerahkan air mineral padaku yang di ambil dari kulkas kecil yang ada di ruangan itu.
" Makasih mas" Ucapku duduk di sofa membuka tutup botol air dan ku teguk hingga habis setengah.
" Kamu lagi apa di sini Nov" Tanya ulang mas Dedi padaku.
" Emmm... Aku lagi ada perlu sama tamu mas Dedi" Jawabku ragu
" Tamu aku? Apa yang kamu maksud itu pak Toni? Atau si Adi asistennya? " Ucap mas Dedi penasaran.
" Bang Toni mas" Ucapku cepat
" Ohh... Perlu aku panggilkan pak Toni Nov? " Tanya mas Dedi
" Eh jangan mas, bang Toni itu suami aku mas" Jawabku menunduk mengejutkan mas Dedi
" Apa... Jadi pak Toni suami kamu yang selingkuh itu" Ucap mas Dedi melebarkan matanya padaku
" Iya mas hehehe.. Kok jadi kayak Dila gitu sih mas... " Ucapku tersenyum dan di balas senyum malu mas Dedi
" Hahaha... Iya nih akibat sering gabung sama geng best friend " Ucapan mas Dedi membuatku tertawa lebar di ikuti tawa mas Dedi yang menggema di ruangannya
" Eh jadi kamu mengikuti pak Toni sampai ke perusahaan ku? " Ucap mas Dedi serius menatapku.
" Iya mas" Jawabku tak enak
" Emmm.. Maaf Nov dulunya aku kira wanita yang sering bersama pak Toni itu kekasih atau istrinya, karna aku gak tau kalau pak Toni itu suami kamu"
Deg
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments