" Sudah aku katakan terserah dengan apa yang mau kamu lakukan dengan vidio itu, jangan kamu ancam aku lagi dengan semua keinginan gila mu " Nada bicara bang Toni mulai meninggi.
" Apa mas sudah siap kehilangan istri tercintamu itu?" Pertanyaan Sinta membuat bang Toni menundukkan kepalanya diam.
" Karna itu kita jalani seperti ini mas dan mas masih bisa bersama menjalani rumah tangga yang nyaman bersama istrimu, aku gak mau kehilanganmu mas" Ucap lembut Sinta memegang tangan bang Toni yang masih menundukkan kepalanya.
" Keluarlah Sin" Ucap bang Toni melemah.
Ku dengar bang Toni terisak setelah Sinta keluar dari ruangan.
" Kenapa aku harus ketemu sama wanita brengsek itu hiks hiks Novi maaf kan abang sayang... Maaf.. Tolong kasih abang kesempatan, abang di jebak dek hiks hiks"
Isakan bang Toni sangat menyedihkan tapi tak akan membuatku lemah akan keputusanku, ku lihat bang Toni tertidur di kursi kerjanya mungkin kelelahan karna menangis.
Tak lama ku lihat Sinta masuk lagi ke dalam ruangan bang Toni menguncinya dan melangkah mendekati bang Toni mencium bibirnya cukup lama serta tangannya bermain di daerah antara ke dua paha bang Toni.
Ku dengar racauan bang Toni terus menyebut namaku berakhir dengan erangan panjang bersamaan bang Toni membuka mata.
" Kau" Kaget bang Toni melihat Sinta di hadapannya.
" Ternyata istri mas sudah lama ya tidak melayani mas? Sinta bisa gantiin kok mas" Ucapan Sinta.
" Tutup mulutmu" Geram bang Toni.
"' Loh kenapa mas bukannya kita sudah terbiasa menyatukan tubuh kita dan kamu menikmatinya kan? Jangan munafik mas" Ucap Sinta tersenyum.
" Itu karna kamu mengancam ku" Bang Toni membela diri.
" Tapi kamu menikmatinya mas itu artinya kamu juga mau mas" Ucapan Sinta membungkam bang Toni.
" Kamu selalu menyebut nama istrimu tapi tubuhmu bermain denganku, dasar munafik kamu mas" Lanjut Sinta lagi.
" Kamu keluar sendiri atau aku panggil Adi untuk menyeret mu ke luar dari sini" Ancaman bang toni membuat Sinta melangkah keluar dari ruangan.
" Benar kata Sinta meski awalnya aku di jebak dan melakukan penyatuan dengan Sinta tapi lama - lama aku terbiasa bersentuhan dengan Sinta walau itu di bawah ancamannya, apa karna itu aku ragu memecatnya di tambah aku juga sudah sangat lama tidak menyentuh Novi" Ucap bang Toni menambah kadar tawa manis di bibirku.
" Ternyata keputusanku tidak salah inilah keputusan terbaik yang harus ku ambil, melepas mu bang" Ucapku melihat wajah bang Toni.
" Aaaaahh.. " Teriak bang Toni frustasi.
" Aku bisa gila kalau di sini terus lebih baik tenangin diri dulu sekalian makan siang" Ucap bang Toni melihat jam menunjukkan jam makan siang.
Ku lihat bang Toni keluar showroom menuju ke cafe depan showroom dan meninggalkan tas kerjanya di ruangannya.
Ku lihat Sinta masuk ke ruangan bang Toni.
" Aku harus mencari berkas keuangan kemaren dan ku tukar dengan yang ini kalau gak mas Toni akan curiga aku sudah ambil uang showroom untuk kepentingan pribadiku"
Ucap Sinta mencari berkas di tumpukan berkas yang ada di meja bang Toni.
" Aku harus cari bukti penggelapan dana yang Sinta ambil, setelah itu aku akan memergoki bang Toni dan Sinta jadi bang Toni gak bisa mengelak lagi, dan Sinta... Ku pastikan keluar dari showroom tanpa pesangon melainkan Sinta yang akan membayar dendanya kalau tidak bersiaplah masuk penjara" ucapku masih melihat Sinta yang sedang mencari berkas di layar Hp Ku.
" Huff... Ternyata lelah juga" Gumamku meregangkan otot ototku dengan mengangkat tangan ke atas.
Tok Tok Tok
Cekrek
" Makan siangnya non" Ucap bik Ani menyiapkan makanku di meja dalam kamar.
" Iya makasih bik" Ku lahap makanan yang di siapkan bik Ani hingga setengah karna aku gak berselera lagi memikirkan bagaimana caraku mendapatkan bukti kecurangan Sinta.
Ku rebahkan tubuhku karna capek berfikir.
" Non... Non Novi" Teriak bik Ani.
" Ada apa bik? Masuk aja pintunya gak di kunci" Balasku teriak juga.
" Ini non ada yang kirim ini, di tujukan untuk non Novi, tapi gak ada nama pengirimnya non" Bik Ani menyerahkan amplop besar padaku.
" Ini apaan ya bik? " tanyaku pada bik Ani yang tengah menggelengkan kepalanya tidak tahu.
" Buka aja non mana tau penting, permisi ya non bibik masih ada kerjaan" Ucap bik Ani keluar dari kamarku.
Karna penasaran ku buka amplop ber warna coklat yang ada di atas ranjangku, ku keluarkan isi nya yang berupa berkas dan juga beberapa foto.
Ku ambil beberapa foto karna wajah dalam foto itu begitu familiar, ku lebarkan mataku terkejut karna foto itu adalah foto Sinta yang sedang memberi uang pada salah satu karyawan showroom, ku lihat berkas - berkasnya dan ku baca dengan cepat ternyata itu adalah bukti yang ingin aku cari, ternyata ada orang baik yang membantuku dan itu gak mungkin Sasa dan Dila, mereka pasti akan langsung menyerahkan buktinya padaku.
" Ahh... Sudahlah nanti aja di pikirkan siapa orang baik itu, Terima kasih ya orang baik" Ucapku senang dengan adanya bukti yang ada di tanganku.
" Sudah tidak ada yang perlu aku cari tau lagi semuanya sudah jelas besok aku akan bertindak ke showroom" Ucapku merebahkan diri menjemput mimpi setelah menyimpan semua bukti dan mematikan Hp Ku.
Samar ku dengar suara bang Toni memanggilku.
" Dek... Sayaaang... Bangun" Bang Toni mengelus lembut pipiku.
" Eugh.. " Lenguh ku membuka mata menatap mata lembut bang Toni penuh cinta padaku.
" Bangun sayang kita makan malam di luar, ada teman bisnis abang mengundang kita" Ucap bang Toni mengecup keningku berulang ulang tapi langsung ku dorong.
" Adek masih bau bang, adek mandi dulu ya" Alasanku menjaga jarak dengan bang Toni.
Ku lirik jam sudah jam lima tiga puluh menit, ku ulur waktu mandi, berpakaian dan berias selama mungkin agar terbebas dari kontak fisik dengan bang Toni, aku melangkah mendekati bang Toni yang sedang duduk di teras rumah.
" Ayo kita pergi bang" ucapku mengalihkan tatapan mata bang Toni dari hpnya ke arahku tanpa berkedip.
Sengaja aku memakai barang mahal berupa pakaian, perhiasan dan berdandan sangat anggun dan elegan menyambut perpisahan dengan bang Toni.
" Bang... Ayo kita pergi" ku gandeng tangan bang Toni ke mobil dengan tatapan bang Toni terus melihat ke arahku.
" Kamu sempurna sayang, sangat cantik" Ucap bang Toni memegang daguku ingin mengecup bibirku tapi ku halangi dengan tanganku.
" Adek udah dandan cantik masak mau di rusak sih bang" Ucapku beralasan
Ku lihat wajah kecewa bang Toni.
" Maaf bang adek udah ambil keputusan dan kita tidak akan ada sentuhan intim lagi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments