"Mas Da.. " Panggilku yang terasa aneh kurasakan di hatiku.
" Bang ayo kita pulang?" Ucapku tanpa melihat orang yang duduk di hadapan bang Toni.
" Iya dek, kalau begitu Terima kasih traktirannya dan kami permisi pak Danil dan pak Jonathan" Ucap bang Toni pada mas Danil dan sekretarisnya.
Sampai di rumah, ku rebahkan tubuhku di atas ranjang setelah aku membersihkan diri dan bergantian dengan bang Toni.
" Apa badan adek udah enakan? " Tanya bang Toni memelukku dari belakang sambil berbaring di atas ranjang.
" Udah bang tapi badan adek terasa capek" Ucapku beralasan agar bang Toni tidak meminta haknya sebagai suami.
" Ya sudah kita tidur aja ya, walau abang sangat ingin karna sudah hampir enam bulan kita tidak melakukannya tapi abang akan tahan dek" Ucap bang Toni semakin mengeratkan pelukannya.
Takku hiraukan tonjolan yang ku rasakan semakin keras di punggung ku, aku berusaha akan rasa risih dengan dekapan bang Toni, ku tutup mata berusaha agar tertidur menjemput mimpi.
Pagi pukul enam, aku sudah beraktifitas seperti biasa membersihkan diri terlebih dahulu lalu membantu bik Ani di dapur, namun pagi ini setelah membersihkan diri aku memasang kamera yang di berikan Sasa pada tas depan bang Toni juga pada baju kemeja dekat kancing depan yang sudah aku siapkan seperti biasa.
" Sudah siap ya bik sarapannya? " Tanyaku pada bik Ani yang sudah menyiapkan sarapannya, dulu aku yang menyiapkan semuanya termasuk makanan untuk bang Toni tapi sekarang aku sudah malas melakukan hal untuk bang Toni.
" Novi ke atas ya bik mau bangunin bang Toni dulu" Ucapku pada bik Ani
" Iya non" Jawab bik Ani tersenyum
" Abang sudah bangun?" Tanyaku merapikan kemejanya dan meraba kamera yang sudah aku pasang dekat kancing kemeja atasnya
dan kameranya masih terpasang rapi di sana.
" Sudah dek... Abang buka mata tapi adek udah gak ada di samping abang" Ucap bang Toni memegang pinggangku dan mengecup keningku berulang ulang menatap wajahku yang sedang memastikan kamera yang aku pasang tidak akan lepas dan tidak akan di curigai.
" Apa nanti abang akan lembur?" Tanyaku pada bang Toni yang melebarkan senyumannya.
" Tidak dek... Abang akan pulang seperti biasa" Jawab bang Toni mengelus pipiku dan hendak mencium bibirku tapi aku palingkan wajahku menunduk berpura - pura membersihkan kemeja bagian bawah dengan cara mengibaskan nya.
" Ayo kita sarapan bang, adek udah lapar" Ucapku beralasan.
" Iya sayang" Ucap bang Toni.
Kami jalan beriringan dengan tangan bang Toni memeluk pinggangku sampai ke meja makan.
" Adek gak masak? Abang kangen masakan adek" Ucap bang Toni setelah menelan masakan bik Ani hingga habis tak bersisa.
" Iya bang adek bangunnya kesiangan" Ucapku beralasan.
" Abang pergi ya dek.. Kalau ada apa apa telfon abang ya, abang akan siap kapanpun adek butuh abang" Ucap bang Toni yang ingin menepati janjinya.
" Iya bang" Jawabku singkat mencium punggung tangan bang Toni di balas kecupan lama di keningku.
Ku lambaikan tangan saat mobil bang Toni meninggalkan halaman rumah, mungkin takkan lama lagi aku tidak akan melakukannya lagi.
" Bik tolong makan siang nanti bibik antar ke kamar ya.. Ada yang mau Novi kerjakan seharian di kamar bik" Ucapku pada bik Ani.
" Iya non" Jawab bik Ani tersenyum.
Aku masuk ke dalam kamar, aku rebahan di atas ranjang melihat kegiatan bang Toni melalui kamera yang aku pasang yang terhubung di Hp Ku.
Ku lihat jalan yang di lalui bang Toni ke showroom, tak ada musik hanya suara kendaraan berlalu lalang, tak lama bang Toni tiba di parkiran depan showroom.
Para karyawan menyapa bang Toni sangat ramah.
" Selamat pagi pak Toni " Sapa ramah para karyawannya pada bang Toni tapi tak ada jawaban suara dari bang Toni, mungkin dijawab dengan senyuman atau anggukan kepala entahlah karna aku gak bisa melihat wajah bang Toni.
Sampai di ruangan bang toni meletakkan tasnya di sofa yang arahnya menghadap ke meja bang Toni.
"Arah yang pas" Ucapku dalam hati.
Tok Tok Tok
" Masuk" Teriak bang Toni
Ku lihat Adi masuk ke dalam ruangan bang Toni, memberitahukan kegiatan bang Toni hari ini juga membahas masalah pekerjaan lainnya bersama klien - kliennya membuatku agak bosan.
" Buk Sinta ijin telat pak" Ucapan Adi membuat kepalaku tegak melihat layar Hp Ku.
" Hmmm... " Hanya itu jawaban dari bang Toni.
Cekrek
Pintu terbuka masuklah wanita yang aku lihat pakaiannya cukup terbuka menampakkan lekuk tubuhnya yang berisi dengan dadanya yang sudah setengah keluar mendekat ke arah bang Toni.
Deg
Jantungku berdebar kencang, tanganku mengepal erat, wajah inilah yang aku lihat di rekamanku dan vidio itu.
" Sudah aku katakan berulang kali ketok pintu dulu sebelum masuk ke ruanganku" ucap Dingin bang Toni.
" Iya mas Sinta lupa lagi" Ucapnya tersenyum manis dengan bang Toni.
" Ternyata benar dugaanku Sinta inilah selingkuhannya" Ucapku dalam hati yang anehnya hatiku biasa aja gak ada sakit atau mengeluarkan tetesan air mata membuatku meraba dadaku tersenyum tipis isyarat mengucapkan Terima kasih pada hatiku.
" Ada apa kamu datang ke ruanganku" Tanya bang Toni sama selingkuhannya.
" Mas mau kopi atau mau yang lain mas?" suara Sinta mendayu manja yang aku sendiri jijik mendengarnya.
" Oh.. Ternyata sainganku memang ****** asli" Ucapku dalam hati
" Pergilah dari ruangan ku, aku tidak membutuhkan apapun darimu" Ucap bang Toni tanpa melihat Sinta.
Ku lihat Sinta mendekati bang Toni di samping tempat duduknya langsung mengarahkan tangannya kearah pusaka bang Toni yang langsung di tepis kasar
mataku sampai melebar melihat tindakan Sinta.
" Sinta kangen mas... " Ucap Sinta memeluk bang Toni dari samping dan di dorong kuat hingga Sinta jatuh ke lantai.
" AW mas kenapa kasar sih" Ucap Sinta berdiri membersihkan pakaiannya dari debu.
" Tolong Sinta aku mau kita akhiri semuanya, aku sangat mencintai istriku, aku gak mau kehilangan Novi istriku, tolong jangan ganggu aku lagi Sin, kamu cari laki laki yang bisa menikahi mu" ucap bang Toni terlihat putus asa.
" Tapi aku juga mencintaimu mas, sangat mencintaimu mas" Isak Sinta mengungkapkan perasaannya yang mungkin bukan hanya kali ini di ucapkan nya.
" Maaf aku gak bisa membalas perasaanmu karna wanita yang aku cintai adalah istriku, istriku Novitria lestari wanita yang sudah bertahta penuh dalam hatiku sampai ajal menjemput ku" Ucapan bang Toni membuatku terharu seandainya penghianatan bang Toni belum terlalu jauh aku akan menimbang ulang keputusanku melepas bang Toni.
" Jangan putusin aku mas, aku janji gak akan melakukan hal yang akan merugikan mu mas, aku akan terus menjadi wanita simpananmu mas, aku rela walau seumur hidupku hanya menjadi simpananmu mas" Aku menggelengkan kepala mendengar kalau selama ini Sinta menjadi simpanan bang Toni.
" Maaf Sinta aku gak bisa" Senyumku terbit mendengar penolakan bang Toni.
" Baiklah kalau begitu aku pastikan vidio kita sampai pada istrimu mas" Ucap Sinta mengancam bang Toni.
"Itu artinya yang kirim vidio itu bukan Sinta? " Gumamku sambil menggigit jariku.
" Sudah aku katakan terserah apa yang mau kamu lakukan dengan vidio itu, jangan kamu ancam aku lagi dengan semua keinginan gila mu " Nada bicara bang Toni mulai meninggi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Gibran
terlalu.bertele'tele
2023-05-17
1