Pintu ruang operasi terbuka, keluar dokter yang menangani Dila.
" Bagaimana kondisi anak saya dok? " Tanya mamah Dila pada Dokter dengan wajah yang cemas.
" Alhamdulillah... Kondisi pasien sudah melewati masa kritisnya, luka di kepalanya tidak perlu di khawatirkan dan patah tulang di kakinya perlu perawatan dan penanganan yang insentif" Jawab dokter tersenyum tipis dan menjalar ke aku dan mamah Dila.
" Terima kasih banyak dok... Apa saya bisa lihat anak saya dok? " Tanya mamah Dila antusias.
" Sabar ya buk... Tunggu pasien di pindahkan ke ruang perawatan dulu baru pasien bisa di jenguk" Jawab dokter masih dengan senyuman di wajahnya.
" Iya baik dokter sekali lagi terima kasih" Ucap mamah Dila ikut tersenyum.
" Iya ibu sama sama sudah jadi tugas saya, kalau begitu saya permisi" Ucap dokter kami jawab dengan anggukan kepala.
" Pah kok Dila belum sadar juga ya? " Ucap mamah Dila cemas.
" Sabar mah nan.... " Ucapan papah Dila terpotong karna mendengar panggilan Dila.
" Mah.... " panggil Dila pada mamahnya dengan suara yang kecil karna lemah.
" Iya sayang ini mamah nak, ya Allah... Alhamdulillah kamu sudah sadar nak" Ucap mamah Dila memeluk Dila terisak.
" Dokter anak saya sudah sadar tolong di periksa dok" Ucap papah Dila setelah masuk ke ruang perawatan Dila memanggil dokter.
" Alhamdulillah... Nak Dila tinggal masa pemulihan tapi tetap pada pengawasan dan penanganan kami dan jangan banyak bergerak terlalu aktif dulu" Jawab dokter menjelaskan kondisi Dila
" Kalau begitu saya permisi" Ucap dokter memandang kami bergantian, tapi membungkukkan badannya seperti hormat pada pria bernama Danil dan di balas anggukan kepala.
" Dil.... " Ucapku bersama Sasa mendekati Dila yang berbaring di ranjang pasien ruang VIP rumah sakit.
" Novi... Sasa... " Jawab lemah Dila dengan senyum tipis di wajah pucat nya.
" Mau minum atau mau makan nak?" Tanya mamah Dila.
" Minum mah Dila haus" Ucap Dila tersenyum menggenggam erat tanganku.
" Dil.. kenapa bisa ketabrak? Kenapa gak hati hati sih Dil" Tanyaku setelah Dila menghabiskan setengah gelas air yang di berikan mamah Dila.
" Nov aku buru - buru takut ketahuan suamimu karna aku mengikutinya bersama seorang wanita dari restoran ke rumah di daerah xx, saat itu taxi yang aku tumpangi ada di seberang jalan aku gak sadar saat aku menyebrang ada mobil yang melintas aku gak bisa menghindar dan akhirnya... Ketabrak" Penjelasan Dila membuatku dan semua orang yang ada di ruangan Dila terkejut.
Semua orang yang ada di ruangan itu berbalik melihatku yang ku balas dengan senyuman manis.
" kenapa kamu tersenyum manis gitu Nov?? Apa ini rahasia yang kamu sembunyikan dari kami? Apa kamu sudah tau tentang suami kamu itu? " Tanya Sasa dengan pertanyaannya yang beruntun sampai aku bingung mau menjawab yang mana dulu.
" Iya aku udah tau karna itu aku gak terkejut dan menangis karna aku sudah menyiapkan diriku untuk kuat, besok akan aku ceritakan semuanya pada kalian, malam ini kita istirahat dulu ya" Ucapku dengan mata berkaca - kaca
"Ya sudah anak - anak istirahat ya.. Mamah sama papah tidur di ruang tunggu pasien" Ucap mamah Dila mengusap pipiku
Sedangkan mas Dedi dan Danil ijin pamit menginap di hotel.
Pagi hari kudengar suara tawa canda tak jauh dari tempatku tidur, ku buka mata ku lirik jam dinding menunjukkan pukul delapan pagi.
" Eh tuan putri sudah bangun, mandi gih" Ucap Sasa membuatku malu karna kondisi muka bantalku di tatap banyak pasang mata, ku lirik mas Danil melihatku tanpa berkedip dengan wajah datarnya.
" Nih pakai baju aku" Ucap Sasa memberiku handuk dan bajunya yang masih berlebel
Aku ambil handuk dan baju dari tangan Sasa melangkah ke kamar mandi yang ada di ruangan Dila membersihkan diri
" Assalamu'alaikum... " Ucap Jon asisten mas Danil membawa banyak bungkusan di tangannya
" Ini sarapannya bos" Lanjut ucapan si Jon pada bosnya
" Hmmm... " jawaban mas Danil membuatku ingin mengirimnya ke kutub utara.
" Ayo pak, buk, Novi, Sasa dan mas Dedi sarapan dulu, saya... Eh maksud saya bos saya sudah beli banyak untuk kita sarapan hehehe" Ucap asisten Jon mendapatkan tatapan tajam dari si kutub utara.
" Iya nak Jon Terima kasih ya sarapannya" Ucap mamah Dila yang di balas senyum asisten Jon.
" Dil... Mas suapin ya? " Tanya mas Dedi perhatian pada Dila
" Cie cieee... Calon paksu alias pak suami perhatian nih... " Goda Sasa pada Dila
" Apaan sih Sa..., Dila bisa makan sendiri kok mas" Ucap Dila malu - malu
" Udah - udah ayo habiskan sarapannya" Ucap papah Dila menengahi.
" Ayo Nov cerita... Aku udah penasaran banget dari semalam" Ucap Sasa gak sabar setelah kami menghabiskan sarapan dari mas Danil.
Ku lihat papah Dila, mas Dedi dan mas Danil duduk di sofa tunggu sedang membicarakan sesuatu.
" Tenang saja Nov mereka membicarakan masalah kerjaan" Ucap mamah Dila tau ke khawatiran ku.
Aku menceritakan kondisi rumah tanggaku bersama bang Toni, dari bang Toni yang sering beralasan lembur di showroom hingga aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, melihat bang Toni sedang bersama wanita itu di toilet dekat pantai, memperlihatkan hasil rekamanku juga vidio bang Toni dengan wanita yang sama yang dikirim seseorang dengan nomor tidak dikenal.
" Dasar laki- laki brengsek" Umpatan Sasa menghentikan pembicaraan serius para pria yang duduk di sofa ruangan Dila menatap ke arah kami.
" Sudah nak Sasa kamu tenang ya... " Ucap mamah Dila menenangkan Sasa yang sedang menahan amarahnya.
" Terus apa yang akan kamu lakukan Nov? jujur kalau mamah yang ada di posisi kamu mamah gak sanggup melanjutkan pernikahan itu, apa lagi penghianatan suami kamu sudah sangat jauh, maaf bukannya mamah memintamu untuk bercerai nak" ucapan mamah Dila membuatku tersenyum.
" Aku udah putusin aku akan melepaskan bang Toni mah. . Ada atau tidak ada penjelasan dari bang Toni nanti, karna aku melihat sendiri bagaimana bang Toni menggauli wanita itu penuh hasrat sampai aku sendiri jijik di sentuh bang Toni karna dia sudah menyentuh wanita itu" Ucapku sendu menatap mamah Dila.
" Terus kenapa kamu masih bertahan Nov?" Tanya Sasa memperhatikan senyum manisku.
" Aku cuma mau tau siapa wanita itu, apakah ada hubungan masa lalu bang Toni atau tidak" Jawabku menatap Sasa.
" Tapi dari yang aku lihat wanita itu yang selalu menempel sama bang Toni dan aku lihat wajah bang Toni nampak seperti orang tertekan gitu Nov"Ucap Dila membuatku menatapnya dalam.
" Aku bisa memaafkannya tapi aku gak bisa kembali sama bang Toni, aku gak akan sanggup di sentuh sama bang Toni lagi" Ucapku menundukkan kepala.
" Iya sayang kami ngerti perasaanmu nak, mamah hanya bisa berdoa semoga kamu mendapatkan kebahagiaan setelah badai ini" Mamah Dila menyemangati ku.
" Saya akan membantumu kapanpun kamu membutuhkan bantuan saya" Ucap mas Danil mengejutkan kami.
" Eh gak perlu mas ini urusanku, rumah tanggaku" Ucapku sungkan.
" Gak perlu sungkan, saya ada kenalan pengacara terkenal menyangkut perceraian" Ucapnya menyentuh Hp Ku yang ku letakkan di pangkuanku mengetik sesuatu di sana.
" Itu nomor pribadi saya, kamu bisa kapan saja menghubungi saya" Ucap mas Danil menatapku tersenyum membuatku terpesona karna baru kali ini ku lihat wajah si manusia kutub utara tersenyum menampilkan wajah yang semakin tampan.
" Ahh enggak aku gak boleh terpesona laki - laki semua sama" Ucapku dalam hati menepis ke terpesonaan ku pada ketampanan mas Danil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments