"Itu nomor pribadi saya, kamu bisa kapan saja menghubungi saya" Ucap mas Danil menatapku tersenyum membuatku terpesona karna baru kali ini ku lihat wajah si manusia kutub utara tersenyum menampilkan wajah yang semakin tampan.
" Ahh enggak aku gak boleh terpesona laki - laki semua sama" Ucapku dalam hati menepis ke terpesonaan ku pada ketampanan mas Danil
Ddrreet Ddrreet
Hp Ku berbunyi di tangan mas Danil dan langsung ku ambil, ku lihat nama " suamiku" di sana ku pencet ikon hijau
" Assalamu'alaikum... " Salamku pada orang di seberang sana
" Waalaikumsalam dek.... " Jawab bang Toni
" Udah pulang atau masih di rumah sakit dek? " Tanya bang Toni
" Iya bang ini habis sarapan adek pulang, abang dimana?" Ucapku melirik Sasa yang mendekati aku untuk menguping.
" Abang di showroom dek... **I**ni baru sampai tadi abang kesiangan gak ada kamu bangunin abang" Ucapnya di buat lemah tertawa pelan.
"Ya udah bang ini adek siap - siap mau pulang, adek tutup ya assalamu'alaikum" Ucapku langsung memencet ikon merah.
" Buru - buru banget sih Nov" Ucap Sasa kesal karna cepat sekali menguping pembicaraanku dengan bang Toni membuatku tersenyum puas.
" Hahaha... Emang enak gak di kasih nguping, habisan kayak anak kecil aja kamu Sa... Kepo istilah zaman sekarang namanya hahaha" Ucapku tertawa lucu lihat wajah Sasa yang sedang memanyunkan bibirnya.
" IIhhhh.. Novitria lestari.... " Ucap Sasa kesal karna mulutnya ku masukkan roti yang ada di piring Dila.
" Hahaha..... " Tawaku lepas seperti tak ada beban apapun hingga menjalar ke Sasa dan Dila.
" Dila jangan banyak gerak nanti kaki kamu sakit" Ucap mas Dedi khawatir.
" Iya mas gak apa apa ini gak sakit kok" Jawab Dila tersenyum.
" Jadi kapan kamu selidiki bang Toni Nov?" Tanya Sasa melihatku dengan wajah serius.
" Aku rasa minggu depan Sa... Untuk saat ini kita fokus dulu sama kesembuhan Dila dulu, karna aku juga akan butuh bantuan kalian" Jawabku tak kalah serius.
" Jangan lupa kami juga siap membantu kamu" Ucap mas Danil datar yang di jawab anggukan kepala mas Dedi.
" Terima kasih... " Ucapku melihat mas Danil, mas Dedi, Sasa dan Dila bergantian.
" Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu ya" Pamit Ku pada Sasa dan Dila.
" Saya antar kamu pulang sekalian saya juga mau ke kantor" Ucapan mas Danil membuat mata kami bertemu tapi langsung ku alihkan ke bawah lantai.
" Gak usah mas saya naik taxi aja" Ucapku cepat.
" Ayo... Gak ada bantahan" Ucap mas Danil menggandeng tanganku melangkah keluar ruangan Dila.
" Sa Dil aku pulang dulu ya.. " Ucapku cepat melihat Sasa dan Dila diam tercengang melihatku di gandeng oleh mas Danil keluar ruangan Dila.
" Mas jangan gandengan tangan gini, aku masih istri orang" Ucapku kesal.
" Jadi kalau sudah bukan istri orang boleh ya" Jawabnya memainkan alisnya naik turun melihatku.
" Aduh si kutub utara ini udah gak waras apa, kemana wajah dinginnya" Ucapku dalam hati.
" Eh bukan gitu mas" Ucapku menggaruk tengkukku yang tidak gatal.
" Ayo masuk" Perintahnya melindungi kepalaku agar tidak terbentur atas pintu mobil mas Danil dengan tangannya saat aku masuk ke mobilnya.
" Apa kamu tidak bisa memakai sabuk pengamannya?"Ucap mas Danil mengambil jarak padaku semakin dekat.
" Eh... Bisa mas aku bisa" Jawabku cepat dan memasang sabuk pengaman dengan cepat juga.
Kulihat mas Danil tersenyum manis padaku.
" Aneh hari ini aku selalu melihat si kutub ini tersenyum terus" Ucapku dalam hati melihat mas Danil yang biasanya memasang wajah datarnya.
" Jangan melihat saya seperti itu nanti kamu jatuh cinta sama saya" Ucap mas Danil melihat ke depan karna sedang menyetir mobil.
" Ihh.. Siapa yang mau jatuh cinta sama manusia kutub utara" Gumamku yang di dengar mas Danil.
" Saya dengar lo... " Ucap mas Danil mengagetkanku.
" Eh " Ucapku tak bisa berkata kata yang di sambut gelak tawa mas Danil.
" Hahaha... Kamu lucu Nov" Ucap mas Danil lagi.
Butuh empat puluh lima menit untuk sampai di rumah.
" Nov... Jangan lupa beri tahu saya kalau ada apa apa" Ucap mas Danil memasang wajah datarnya lagi.
" Iya jangan khawatir mas, saya akan baik- baik saja, jangan berlebihan kita gak sedekat itu mas, dan jaga batasan karna saya masih istri orang" Jawabku tegas.
Aku merasa kalau semua laki laki itu sama seperti bang Toni bersikap baik tapi di belakang bermain api, aku juga gak tau pemikiran itu langsung melekat di memori ku dari aku melihat dengan mata sendiri bang Toni menyentuh wanita itu, bahkan dalam mimpi pun aku melihatnya.
" Tidak semua laki laki sama seperti suamimu yang brengsek itu, jadikan ujian ini sebagai pengalaman hidup yang harus kamu lewati bersama orang yang benar benar tulus sayang sama kamu" Ucap serius mas Danil seakan tau apa yang aku pikirkan.
" Jangan jauh jauh dari HP kamu" Pesannya saat aku menutup pintu mobilnya.
" Eh... Bibik ngagetin aja" Ucapku terkejut saat balik badan masuk ke dalam rumah ada bik Ani di balik pintu.
" Maaf non" Jawab bik Ani memamerkan deretan giginya.
Aku masuk ke kamar mandi membersihkan diri, selesai mandi ku buka pintu lemari pakaian betapa terkejutnya aku mendapatkan pelukan dari tangan kekar bang Toni.
" Aaaaah... Bang Toni " Teriakku menatap bang Toni tersenyum nakal padaku.
" Hahaha maaf dek, abang memang sengaja" Ucap bang Toni dengan gelak tawanya.
" Apa sih bang.... Adek kaget tau" Ucapku masuk ke kamar mandi mengganti pakaianku di sana.
Tok Tok Tok
" Dek.... Sayang... Kenapa di kunci pintu kamar mandinya, abang mau mandi juga dek" Teriak bang Toni
Cekrek
Pintu kamar mandi ku buka tapi tanganku dipaksa bang Toni masuk ke kamar mandi lagi
" Sayang mas kangen" Ucapnya memelukku erat.
" Aduh bang perut adek sakit" Ucapku memegang perutku pura pura sakit.
" Kenapa dek? Perut kamu sakit?" Khawatir bang Toni dan aku jawab dengan menganggukkan kepalaku.
" Adek lapar bang, tadi di rumah sakit makannya sedikit, jadi lapar lagi" Ucapku memelas.
" Kamu buat abang cemas dek... Ya sudah kamu ke dapur aja dulu nanti abang nyusul" Ucapnya memberiku kecupan di kening yang ku balas dengan tersenyum manis.
Aku selalu menghindar dengan alasan apapun agar bang Toni tidak menyentuhku, aku tau aku berdosa menolak bang Toni tapi aku juga gak mau di sentuh bang Toni karna setiap melihat bang Toni rekaman dan vidio itu berputar terus membayangi pikiranku.
Kondisi Dila sudah membaik, dan sudah di perbolehkan pulang walau Dila berjalan menggunakan tongkat.
" Bang hari ini Dila sudah boleh pulang, adek ijin jemput Dila ya bang?" Ucapku mengantar bang Toni ke mobilnya untuk bekerja.
" Iya sayang" Jawab bang Toni mengecup keningku lama.
" Dek abang lupa bilang abang pulang agak telat ya... Ada ketemu klien pulang kerja nanti" Ucap bang Toni lembut mengusap rambutku.
" Iya bang gak apa apa" Jawabku tersenyum manis
" Ya udah abang pergi dulu ya sayang, jangan telat makan ya" Pamit bang Toni mengecup keningku lagi ku jawab dengan anggukan kepalaku.
" Assalamu'alaikum Sa..." Ucapku mengangkat panggilan Sasa.
" Waalaikumsalam Nov... Kapan kamu mulai rencana? " Tanya Sasa to the point.
" Sekarang Sa...tapi aku sendiri aj ya" Jawabku pada Sasa.
" Ya sudah kamu hati hati ya" ucap Sasa
" Iya jangan khawatir ya Sa" Jawabku tersenyum tanpa dilihat oleh Sasa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments