"Eh?!"
Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak mengeluarkan suara bodoh karena mendengar hal ini.
Jadi, Nona Olivia benar-benar merupakan seseorang yang memiliki sihir kegelapan?
Dan jika aku tidak salah dengar, Nyonya Erika juga menyinggung bangkitnya raja iblis dalam kalimatnya.
"Raja iblis, sang penguasa kegelapan dan pembawa kehancuran di dunia, dikatakan telah mati dalam cerita legenda lima para pahlawan pendahulu."
Itu benar, dalam cerita legenda tentang lima pahlawan, raja iblis telah dikalahkan oleh para pahlawan yang membawa lima senjata legendaris.
Dahulu kala, ketika manusia dan para roh hidup berdampingan dalam damai, sebuah pusaran kegelapan muncul dan menghancurkan sebuah ibukota kerajaan dalam hitungan detik.
Penyebab dari pusaran yang meluluh lantahkan itu adalah sang raja iblis, yang membawa pasukan monsternya, berencana untuk menghancurkan seluruh dunia dengan tangannya.
Namun sebelum itu terjadi, rencana itu dengan cepat dihentikan oleh para pahlawan yang diberkati dengan senjata suci pemberian lima raja roh.
"Di dalam ramalan, ketika raja iblis akan bangkit kembali, lima senjata suci akan memilih pahlawan yang baru, tapi bukan hanya pahlawan baru saja yang akan terpilih."
Ya, aku telah mendengar ini sebelumnya. Tapi, bukankah ini semua adalah dongeng lama?
Ini semua merupakan dongen kepahlawanan yang seringkali diceritakan oleh ibuku ketika aku masih kecil, jadi aku sudah sangat hafal dengan cerita ini.
Dan jika semua yang dikatakan Nyonya Erika ini benar, maka...
"Apakah anda mengatakan bahwa Nona Olivia merupakan gadis yang akan menjadi utusan raja iblis?"
Aku tidak bisa menghentikan mulutku untuk tidak melanjutkan kata-kata yang terputus dari Nyonya Erika.
Dan tampaknya, ucapanku memanglah benar.
"Ya, Olivia mungkin akan menjadi utusan raja iblis yang baru, gadis yang akan menghasut para pahlawan untuk masuk ke dalam kegelapan selayaknya sang Penyihir dalam legenda."
Mata Nyonya Erika tampak berkaca-kaca, dia awalnya mencoba sekuat tenaga untuk tidak menangis, tapi pada akhirnya sebuah air mata besar jatuh dari matanya.
"Meskipun aku tidak mempercayai hal ini, tapi ketakutan akan kebenaran dari hal itu selalu menghantui diriku dan membuatku gelisah."
Ah, jadi begitu, sebagai seorang ibu, pasti sulit baginya untuk membayangkan putri terkasihnya menjadi seorang penyihir jahat yang berniat menghancurkan dunia.
Nyonya Erika menangis untuk beberapa saat, melampiaskan emosi yang mungkin telah dia pendam cukup lama.
Aku hanya duduk termangu di sana, membayangkan bagaimana rasa sakit yang dia rasakan selama ini.
"Kamu adalah satu-satunya harapanku, Tuan Flotte."
Ketika aku sedang memperhatikan, Nyonya Erika menggumamkan kata-kata itu.
Huh!? Satu-satunya harapan?
"Apa yang anda maksud, Nyonya Erika?"
Ketika aku bertanya padanya, Nyonya Erika segera mengusap kedua matanya yang berair.
Cahaya kembali ke matanya yang sebelumnya kusam, selayaknya menemukan sebuah obor di lorong yang gelap.
"Tuan Flotte, asal kamu tahu saja, aku adalah orang yang secara pribadi ingin menjadikanmu debagai tunangan putriku. Tapi, apakah kamu tahu alasan kenapa aku melakukannya?"
Nyonya Erika tersenyum, senyum itu memiliki sebuah perasaan lega sekaligus bahagia di dalamnya, senyum indah dari seorang ibu.
"Saya tidak tahu, Nyonya Erika, dan bahkan sebenarnya saya mempertanyakan hal itu."
Dengan senyum yang indah, Nyonya Erika menjelaskan.
"Tujuh tahun lalu, aku dan suamiku pada awalnya berencana untuk mempertunangkan putriku dengan putra mahkota kerajaan Zafiels."
Putra mahkota sungguhan?
Seperti yang sudah kuduga, Nona Olivia tampaknya memang memiliki kesempatan untuk bertunangan dengan putra mahkota jika orang tuanya menginginkan hal itu.
"Namun sebelum suamiku dapat mengirimkan proposal pertunangan kepada raja, aku menerima sebuah mimpi."
Huh, mimpi?
Ketika berbicara, Nyonya Erika memandang ke langit-langit, seolah dia sedang memandang pemandangan yang jauh.
"Di dalam mimpi itu, aku diperlihatkan dengan takdir yang akan menimpa Olivia jika dia bertunangan dengan putra mahkota."
Nyonya Erika tampak seolah sedang menonton pemandangan yang mengerikan di hadapannya, matanya mengernyit seolah menahan rasa sakit.
"Apa yang terjadi pada Nona Olivia?"
Dengan enggan, aku memberanikan diriku untuk bertanya.
"Singkatnya, dia menderita. Sang pangeran mencintai perempuan lain dan membuat Olivia cemburu, lalu karena Olivia bertindak di luar batas, dia dihukum dengan cara dipenggal."
Kata-kata yang keluar dari mulut Nyonya Erika membuatku merinding, sebuah pemandangan seorang gadis yang menaruh kepalanya di guiltone terlintas di dalam anganku.
Itu adalah pemandangan yang mengerikan bagiku, dan itu menjelaskan tatapan penuh rasa sakit yang dimiliki Nyonya Erika saat membayangkannya.
"Maka dari itulah, sebelum suamiku mengirim proposal pertunangan yang telah dia siapkan, aku segera mengambilnya dan merobeknya."
Nyonya Erika tersenyum puas, dia tampak bangga dengan apa yang dia lakukan untuk mencegah masa depan menakutkan itu terjadi pada putrinya.
Tapi...
"Bagaimana anda bisa secara tiba-tiba memilih saya menjadi tunangan putri anda? Bukankah bahkan sang putra mahkota sekalipun akan membuatnya menderita?"
Aku bertanya kepada Nyonya Erika dan menuntut kejelasan darinya.
Ketika aku mengatakan hal ini, Nyonya Erika mengembalikan pandangan matanya ke arahku, dengan senyum percaya diri di wajahnya, dia berkata.
"Pada hari setelah aku memimpikan mimpi buruk itu, seorang penyihir berambut hitam datang di dalam mimpiku berikutnya."
Penyihir berambut hitam?
"Dia mengatakan padaku bahwa hanya ada satu orang yang bisa mencintai putriku dengan sepenuh hati... Seorang anak laki-laki berambut gelap dan bermata safir di kerajaan Zafiels."
Nyonya Erika sedikit mendekatkan wajahnya ke arahku, matanya yang merah menyala terlihat seolah itu menatap menembus diriku.
"Itu adalah kamu, Tuan Flotte, satu-satunya anak laki-laki yang memiliki rambut gelap yang hampir menyerupai warna hitam dan memiliki mata safir di kerajaan ini."
Ketika Nyonya Erika mengatakannya dengan sangat tenang, suaranya yang tajam membuat bulu kudukku merinding.
Satu-satunya di kerajaan ini?
Apakah itu berarti dia telah mencari seorang dengan ciri-ciri seperti itu, di seluruh kerajaan?
Berapa lama dia telah mencari?
Kepalaku dipenuhi dengan pertanyaan seperti itu. Dan seolah dia bisa membaca pikiranku, Nyonya Erika tersenyum dan berkata.
"Aku telah mencari selama tujuh tahun. Tanpa henti mencari anak laki-laki dengan rambut gelap dan mata safir ke seluruh pelosok kerajaan ini, dan hanya kamulah satu-satunya orang yang memenuhi persyaratan itu, Tuan Flotte."
Aku tidak tahu kenapa, tapi sesuatu dari tindakannya yang sangat terobsesi mencari tunangan yang cocok untuk putrinya terdengar sangat menakutkan.
Tapi yah, aku tidak bisa menyalahkannya untuk itu.
Jika putrimu yang sangat kau sayangi diberitahu hanya akan bahagia jika bertunangan dengan satu orang tertentu, kau mungkin juga akan memastikan agar orang itu dapat sesegera mungkin bersatu dengan putrimu.
Aku yakin Nyonya Erika telah tertekan begitu lama dengan hal ini.
"Tapi, apakah anda benar-benar yakin bahwa saya adalah orang yang tepat bagi Nona Olivia?"
Apakah tak apa begitu saja percaya dengan sebuah mimpi acak?
Ketika aku mengatakan hal ini, senyum Nyonya Erika semakin melebar.
"Bukankah kamu sudah tahu jawabannya? Kamu benar-benar mencintai putriku, ya kan?"
Ketika aku mendengar kata-katanya, aku hanya bisa terdiam.
"Hanya dengan melihat kalian berinteraksi selayaknya pasangan yang baru saja mengenal cinta, semua itu sudah cukup bagiku. Sedangkan sisanya, hanya kalian yang dapat menentukannya."
Nyonya Erika menyatukan tangannya sambil tersenyum, memecah pengunci suara yang selama ini terpasang di sekitar kami
Lalu dengan penuh perasaan lega, Nyonya Erika beranjak dari kursinya dengan ringan.
Di wajahnya tidak ada perasaan gundah ataupun khawatir, hanya senyum dan perasaan lega yang terpancar dari mulut serta matanya.
"Ayo kita kembali, Tuan Flotte, tidak sopan untuk membuat Olivia menunggu terlalu lama."
Nyonya Erika berjalan keluar dari ruangan, rambutnya yang berwarna merah menyala bergoyang ke kiri dan ke kanan.
Melihat punggungnya yang akan pergi meninggalkanku, aku segera menyusulnya, mengikuti dari belakang.
Ketika aku berjalan mengikuti Nyonya Erika, sebuah kalimat dari yang dia katakan berdering di telingaku.
"Sedangkan sisanya, hanya kalian yang dapat menentukannya."
Aku sama sekali tidak tahu apa yang dia maksud dengan itu, tapi melihat apa yang menjadi motifnya untuk mempertunangkan putrinya dengan anak laki-laki sepertiku, aku hanya bisa mengambil satu kesimpulan.
Hanya kamilah yang dapat menentukan, apakah kami akan mendapatkan akhir bahagia yang manis, ataupun mendapatkan akhir buruk yang tragis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments