T-tunggu, A-apa?

Saat ini cuaca sedang cerah, langit berwarna biru dan awan-awan bewarna putih tanpa abu yang menghalangi.

Saat ini aku sedang berada di sebuah taman bunga milik keluarga Viscount Glaive, walaupun bunga di tempat ini tidak terlalu banyak, namun kombinasi antara sinar matahari yang terang benderang dan kilauan bunga bewarna-warni di sekitarku menciptakan suasana yang sangat nyaman.

Saat ini, aku sedang duduk bersama seorang anak laki-laki di sebuah gazebo di tengah taman bunga.

"Eh..?!"

Di tempat yang indah dengan suasana yang nyaman itu, sebuah seruan yang kencang terdengar, suaranya dipenuhi dengan keterkejutan dan keheranan.

"T-tunggu... A-apa?"

Suara itu tidak lain dan tidak bukan berasal dari satu-satunya orang yang bersamaku di gazebo, Tuan Flotte, orang yang akan menjadi calon tunanganku.

Dia saat ini tampak sangat terkejut, wajahnya mengatakan bahwa dia tidak bisa percaya dengan apa yang baru saja masuk ke dalam gendang telinganya.

Dan alasan kenapa dia bertingkah seperti ini adalah...

"Seperti yang telah kukatakan, bukankah akan lebih baik jika kita tidak bertunangan?"

Karena aku berniat untuk membatalkan pertunangan ini.

Setelah aku mendengar ceritanya dengan baik, sudah tidak alasan bagiku untuk mengganggu kehidupan bahagia yang telah dimiliki olehnya.

"T-tapi, kenapa tiba-tiba?"

"Bukankah itu sudah jelas, Tuan Flotte? Kehidupanmu telah terjamin saat ini, tidak ada alasan lagi bagimu untuk bertunangan denganku."

Meski di dalam hatiku aku cukup menikmati berbicara dan berinteraksi dengan Tuan Flotte, aku tidak bisa menjeratnya masuk ke dalam kehidupan yang sulit.

Aku telah mengatakan kepadanya bahwa tidak ada alasan baginya untuk bertunangan denganku, namun dia masih tampak tidak mengerti dengan situasinya.

Aku berdiri dari tempat dudukku dan berkata padanya.

"Kamu memiliki keluarga yang sungguh luar biasa, mereka sangat baik dan juga hangat, dan meski aku tidak berasal dari keluargamu serta baru saja berkenalan dengan mereka hari ini, aku dapat meyakini hal itu."

Tuan Flotte terdiam, dia tidak membalas kata-kataku ataupun menyela kalimatku.

"Kamu pastinya juga merasakan hal itu, ya kan?"

Ketika aku menanyakan konfirmasi darinya, Tuan Flotte dengan ringan mengangguk.

"Ya, benar, keluargaku sangat baik padaku."

Dia mengakuinya dengan jujur, dan aku juga yakin dia juga tidak mungkin berbohong akan hal itu.

Keluarganya hampir sama dengan keluargaku, ibu dan ayahku juga sangat menyayangiku terlepas dari kabar simpang siur yang berterbangan di luar.

Mereka sangat perhatian dan baik padaku, karena itulah aku yakin keluarga Tuan Flotte juga sama.

"Tuan Flotte, jika aku boleh bertanya kepadamu, apa yang akan terjadi padamu jika kamu tidak bertunangan denganku?"

Tuan Flotte tidak langsung menjawabku, dia dengan tatapan lembut melihat ke langit-langit gazebo, seolah sedang menatap pemandangan yang jauh di atasnya.

Dengan pose seperti itu, dia mengucapkan jawabannya satu persatu kepadaku.

"Jika aku tidak bertunangan denganmu, Nona Olivia, ketika aku berusia 17 atau 18 tahun, aku akan meninggalkan rumah keluargaku dan hidup di atas kakiku sendiri. Dan ketika saat itu tiba, aku mungkin akan menjadi seorang petualang ataupun melakukan atraksi jalanan untuk membiayai hidupku."

Tuan Flotte tetap menatap langit-langit, seolah-olah sedang menyaksikan skenario di dalam pikirannya yang diproyeksikan di atas langit-langit gazebo yang bewarna putih.

Suaranya tidak memiliki kesedihan ataupun kebahagiaan, suaranya tenang dan jelas.

Wajah dan mata safirnya tidak merefleksikan apapun, seakan dia tidak memiliki penyesalan apapun dalam kata-katanya.

Jadi begitu, dia sudah menerima semua kemungkinan yang akan terjadi di masa depan dengan lapang dada dan tanpa penyesalan.

Dengan melihat semua ini, aku semakin yakin dengan keputusanku untuk membatalkan rencana pertunangan kami.

"Apakah kamu benar-benar yakin dengan hal itu, Tuan Flotte?"

Ketika aku mengatakan hal itu, Tuan Flotte yang pada awalnya menatap langit-langit menurunkan pandangannya ke arahku.

Mata safirnya yang indah bertemu dengan mataku.

"Tentu, itu adalah hal yang sudah direncanakan sejak aku kecil. Jadi aku sepenuhnya yakin akan hal itu."

Matanya tidak gentar ataupun ragu dan raut wajahnya juga tidak sedikitpun memiliki kekhawatiran.

Dia mengatakan hal itu seolah-olah semuanya sudah jelas sedari awal.

Namun meski begitu, segala sesuatu pada akhirnya akan berubah. Dan dalam hal ini, semuanya sudah pasti telah berubah.

"Tapi, bagaimana jika saat ini aku mengatakan bahwa apa yang kamu katakan itu tidak akan pernah terjadi, Tuan Flotte?"

"Huh? Apa maksudmu, Nona Olivia?"

Tuan Flotte menatapku dengan heran, matanya penuh dengan tanda tanya.

"Maksudku adalah, semua yang kamu katakan saat ini tidak akan terjadi 5-6 tahun di masa mendatang."

"Huh!?"

Mendengarkan kata-kataku yang penuh dengan keyakinan dan tanpa keraguan, Tuan Flotte semakin terheran-heran.

Matanya menjelajah kesana dan kemari, mencoba mencari penjelasan yang mungkin dia temukan di dalam kepalanya.

"Jika semua yang kamu katakan selama ini adalah kebenaran, Tuan Flotte, kamu tidak perlu meninggalkan rumah keluarga Viscount dan hidup sebagai rakyat jelata. Bahkan kamu mungkin saja bisa bersekolah di akademi selayaknya Tuan Alexier."

Aku menjelaskannya dengan senyuman lembut dan tanpa cacat. Melihat hal ini, Tuan Flotte tampak semakin tidak mengerti dengan apa yang kubicarakan.

"Tunggu sebentar, Nona Olivia, apa yang sebenarnya ingin kamu katakan? Kenapa kamu bisa mengatakan hal itu dengan sangat percaya diri? Dan kenapa kamu dapat berasumsi demikian?"

Dia yang awalnya duduk dan merenung selama ini, mulai berdiri dan menatap mataku dari ketinggian yang sama. Wajahnya serius dan dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang membara.

Entah apa yang terjadi padaku saat ini, tapi jantungku mulai berpacu dengan cepat ketika Tuan Flotte menatapku dengan mata serius dan menakutkan.

Yah, mungkin akan lebih baik jika aku menjelaskannya secara lengkap.

"Maafkan aku karena telah terlalu banyak berbasa-basi, tapi yang ingin kukatakan adalah kamu tidak perlu menjadi rakyat jelata dan hidup di atas kakimu sendiri di masa depan."

"Dan alasanmu dapat berbicara seperti itu?"

"Alasan mengapa aku dapat berbicara seperti ini adalah karena wilayah ini bukanlah wilayah yang sama yang dipijak oleh dirimu di masa lalu."

"Huh?"

Aku semakin membuat percakapan ini terasa terbelit-belit, akan tetapi setiap serpihan puzzlenya telah berada di tempatnya.

"Wilayah yang dikuasai oleh keluarga Viscount Glaive saat ini bukanlah wilayah tanpa harapan seperti 4 tahun lalu, wilayah ini telah berubah menjadi daerah penghasil obat dan ramuan yang telah dipercayai oleh banyak orang."

Pada suatu hari, ibuku pernah mengatakan padaku bahwa keluarga Viscount Glaive merupakan keluarga yang secara turun-temurun telah melatih anak-anak mereka agar dapat menjadi rakyat jelata.

Hal ini tampak tidak wajar dan aneh bagi para bangsawan lain, namun jika dilihat dari sudut pandang mereka, semua yang mereka lakukan beralasan.

Wilayah ini adalah daerah yang tidak mencolok dan dapat jatuh kapan saja.

Alasan dari tradisi turun-temurun yang mereka lakukan tidak lain tidak bukan adalah karena mereka ingin keluarga mereka dapat tetap bertahan meski keluarga mereka pada suatu saat jatuh.

Dengan kondisi yang tidak menguntungkan ini, keluarga Viscount Glaive berusaha sebaik mungkin agar tidak jatuh dengan terus menurunkan kebiasaan ini.

Mereka mengurangi pengeluaran mereka dengan hanya menjadikan anak tertua mereka sebagai satu-satunya pewaris rumah, lalu melatih anak-anak di bawahnya agar dapat hidup berkecukupan sebagai rakyat jelata.

Kemudian secara ajaib, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki, mereka dapat bertahan hingga saat ini, saat di mana kehidupan mereka akan mengalami titik balik.

"Tuan Flotte, dengan kemampuan milik kakakmu, Tuan Alexier, yang kemampuannya telah terbukti kompeten sebagai pemimpin wilayah ini, keluarga kalian tidak akan kekurangan uang lagi. Dengan titik balik yang tercipta saat ini, kalian dapat dengan mudah menstabilkan keuangan kalian."

Tidak perlu lagi menjadikan anak mereka rakyat jelata, bahkan jika beruntung, mereka dapat menyekolahkan anak mereka di akademi yang layak.

Dan dengan semua kemungkinan yang memiliki peluang untuk benar-benar dapat terjadi ini, mereka juga tidak perlu mempertunangkan Tuan Flotte mereka denganku.

"Sekarang, apakah kamu mengerti, Tuan Flotte?" Aku memanggilnya.

Dia selama ini terus menatap dan memperhatikanku dengan serius, tapi meski setelah semua penjelasan panjang lebar yang kumiliki, dia masih tidak mengerti.

"Baiklah, tapi apa sebenarnya maksudmu dengan "lebih baik jika kita tidak bertunangan"?"

"Bukankah kamu seharusnya sudah mengerti?"

Aku tidak mengerti kenapa, tapi Tuan Flotte tampaknya sama sekali tidak mengerti maksud dari kataku-kataku.

Apakah dia masih belum tahu rumor tentang diriku? Tapi meskipun dia belum tahu tentang rumor itu, bukankah dia seharusnya senang karena tidak jadi bertunangan dengan seorang gadis berambut mengerikan sepertiku?

Pkiranku mulai dibanjiri dengan pertanyaan, namun segera setelahnya, aku mencoba untuk menata kembali pikiranku.

Baiklah, ayo coba katakan saja padanya dengan jelas.

"Tuan Flotte, aku adalah seorang gadis yang dijuluki Putri Terkutuk Duke. Takdir yang menantiku sangatlah curam dan bergelombang. Sedangkan kehidupanmu, kamu memiliki peluang besar untuk dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dariku."

Hah...

Aku menghela napas sebentar, menjaga agar suaraku dapat terdengar jelas olehnya.

"Maka dari itu, meskipun kamu tidak bertunangan denganku dan mendapatkan dukungan dari keluarga Duke sekalipun, kamu dapat hidup bahagia. Bahkan mungkin lebih bahagia daripada jika kita bertunangan."

Dan dengan deperti itu, aku berhasil mengungkapkan semua pemikiranku kepadanya.

Aku yakin saat ini dia sudah mengerti jalan mana yang seharusnya dia pilih dalam kondisi semacam ini.

Sebenarnya, aku bersyukur dia menjadi orang luar pertama yang dapat berbicara empat mata denganku seperti ini.

Dari sudut pandangku, Tuan Flotte adalah anak laki-laki yang cukup canggung dan kurang percaya diri.

Sebelumnya ketika kami pertama kali tiba di tempat ini, dia memerlukan waktu yang lama untuk dapat membuka percakapan dennganku.

Dan bahkan saat dia pertama kali mencoba membuka percakapan, dia berakhir mengucapkan kalimat yang membuat segalanya semakin canggung.

Namun meski demikian, aku menyukai pemandangan dirinya yang berusaha keras untuk dapat melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya.

Sebuah kesenangan tersendiri bagiku sebagai seorang yang belum pernah berinteraksi sebelumnya untuk dapat melihat anak laki-laki seperti dirinya.

Yah, sebenarnya aku berharap kami berdua bisa menjadi teman.

Namun aku tidak bisa melakukan hal semacam itu, terlalu egois bagiku untuk menarik seseorang yang tidak tahu apapun sepertinya ke dalam kehidupanku yang sulit.

Lebih baik bagi kami untuk menyudahi ini secepat mungkin.

Ketika aku memikirkan berbagai macam hal di dalam pikiranku dalam diam, Tuan Flotte memanggilku.

"Nona Olivia."

Aku membuka seketika mataku dan menemukan mata milik anak laki-laki di depanku sedang menatap lurus ke arahku.

"Y-ya, ada apa, Tuan Flotte?"

Aku seketika tergagap saat berbicara karena terkejut dengan raut wajah yang dimiliki oleh Tuan Flotte.

Dia memiliki mata yang sama seperti sebelumnya, tapi kali ini entah kenapa, matanya penuh dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Maafkan aku, Nona Olivia, tapi aku tidak ingin pertunangan ini dibatalkan."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!