Di Meja Makan

Pada makan malam kami, Ayahku memberikan pengumuman tentang pertunanganku di meja makan.

"Bisakah aku minta perhatian kalian sebentar? Aku ingin menyampaikan sebuah pengumuman."

"Hmm? Pengumuman?"

"Ada apa Sayang?"

Ayah melukis ekspresi serius di wajahnya sambil menyatukan tangan, menunjukkan bahwa apa yang akan dia katakan adalah hal penting.

Yah, pengumuman tentang proposal pertunangan dari Duke memang hal penting bagaimanapun.

Perhatian dua orang selain diriku di meja makan segera tertuju pada ayahku.

Salah satu orang lain yang berada di meja makan selain aku dan Ayah adalah ibuku, Anna la Glaive.

Dia duduk si sampingku. Rambut hijau daun miliknya terurai hingga bahu, mata birunya yang berbinar mengarah ke suaminya, dan ekspresi penasaran terlihat di wajahnya.

Sementara kakak sulungku Alexier yang berada di seberang meja hanya menolehkan kepalanya dengan penasaran tanpa berbicara sepatah katapun.

Sementara itu diriku hanya diam dan tak bergerak sambil melihat kondisi sekitar.

Para pelayan di rumah kami yang sedang berkumpul di ruang makan tampaknya juga menyimak pembicaraan dari jauh.

"Ehem... aku di sini ingin mengumumkan bahwa Flotte telah menerima sebuah proposal pertunangan yang diberikan oleh keluarga Duke Fleur."

"Eh? Proposal pertunangan!?"

"Huh!?"

Semua orang di ruangan itu tampak terheran-heran dan kaget, mereka sedikit berseru dan mengedipkan mata mereka beberapa kali seakan tidak percaya.

Setelah beberapa detik keheningan yang membekukan ruang makan, ibuku akhirnya memecahkan kesunyian dan berkata;

"Sayang, apakah kamu serius?"

"Ya, mereka telah secara tertulis mengirimkan proposal pertunangan kepadaku. Tidak ada keraguan untuk itu."

Ibuku masih terbelalak tidak percaya, menatap ayahku dengan ekspresi ragu atas apa yang baru saja dia dengar.

Aku yakin ekspresiku sama dengan Ibu ketika aku mendengarnya beberapa waktu yang lalu, aku mengerti betapa absurdnya hal ini.

Ibuku mengalihkan pandangannya ke samping, ke arahku, matanya yang bewarna biru safir menatap tajam mataku.

"Hey Flotte... Um... apakah kamu sudah diberi tahu hal ini?"

"Uhm... Ya, aku mendengarnya secara langsung tadi siang dari Ayah."

Aku mengangguk ringan sebagai penekan bahwa aku memang telah mendengarnya tadi siang.

"Apakah kamu sudah menyetujuinya?"

"Ya, aku telah setuju untuk melakukan pertunangan ini."

Sebagai penegasan, aku sekali lagi menganggukkan kepalaku.

Ibuku menaruh tangannya di kepalaku, mengusap lembut rambutku. Tangannya yang ramping dan halus terasa nyaman ketika dia melakukannya.

"Lalu apakah kamu sudah sepenuhnya yakin dengan pilihan yang kamu pilih ini?"

Ibuku yang masih mengusap kepalaku bertanya dengan nada lembut dan jernih, seperti sedang melantunkan sebuah nyanyian.

"Ya, aku sudah yakin. Lagipula tidak ada alasan bagi kita dan diriku sendiri untuk menolak sebuah proposal pertunangan seorang Duke."

"Yah kurasa kamu benar, tapi apakah kamu sudah siap dengan apa yang akan kamu tanggung dan hadapi di masa depan? Ibu hanya ingin memastikan"

Aku terdiam sejenak ketika Ibu menanyakan hal itu, aku memikirkan dan memilah apa yang harus kukatakan dengan hati-hati.

Jika aku mengatakan bahwa aku belum siap Ibu mungkin akan khawatir, tapi jika aku berpura-pura telah siap aku mungkin akan tertangkap basah berbohong, dan dia akan menjadi lebih khawatir lagi.

Kalau begitu...

"Kurasa... aku belum siap."

Aku mendongak dan menatap ke arah ibuku sambil menggelengkan kepala, ekspresi lembut terlukis di wajahnya ketika aku menyatakan ketidakmampuanku, itu adalah perpaduan dari ekspresi khawatir dan bahagia.

"Apakah begitu? Lalu kenapa kamu menyetujuinya dengan sangat percaya diri?"

"Um..."

Aku tidak bisa menjawabnya dengan benar, aku tidak mengerti alasan apa yang bisa kuberikan.

Alasan utamanya adalah karena tidak ada yang salah dengan menerima pertunangan ini.

Aku dan keluargaku tidak mengalami kerugian sekecil apapun dari melakukannya, bahkan sebaliknya kami malah akan menerima keuntungan yang sangat besar dari pertunangan ini.

Ah ya...

"Kurasa, itu karena putri sang Duke... Um... terlihat sangat cantik."

Itu juga merupakan alasan utama, aku tidak perlu menolak pertunangan ini karena aku tidak diragukan telah terpikat oleh kecantikan putri Duke pada pandangan pertama.

Apakah jawaban sederhana itu cukup?

"Ahaha... itu alasan yang bagus, laki-laki memang sangat wajar menyukai seorang wanita cantik."

Ibuku sedikit terkikik atas jawabanku, tapi dia kemudian berkata,

"Tapi kamu tahu ini bukanlah keputusan yang mudah, ya kan? Ini adalah keputusan yang akan merubah segalanya. Apakah kamu yakin?"

Ya, aku tahu itu dengan baik

Ini bukanlah sebuah keputusan kecil seperti memikirkan apa yang akan aku makan ketika sarapan atau memutuskan latihan fisik apa yang akan kulakukan setiap pagi.

Ini adalah keputusan besar dan berlaku untuk jangka panjang, keputusan yang akan merubah sepenuhnya tujuan dan cara hidupku.

Bahkan keputusan ini mungkin akan mempengaruhi kehidupan masa depan anggota keluargaku yang lain, mempengaruhi kehidupan masa depan anggota keluarga Duke, dan juga kehidupan masa depan gadis yang akan menjadi tunanganku.

"Ya, aku tahu ini adalah keputusan yang besar. Aku mungkin belum siap untuk menghadapi ini..."

Maka dari itu...

"Maka dari itu aku ingin meminta bantuan kalian untuk mempersiapkanku untuk menghadapinya."

Tangan ibuku yang pada awalnya berada di atas kepalaku berpindah ke pipiku, kali ini aku bisa merasakan kulitnya yang sedikit keriput, namun tangan miliknya tetap terasa lembut.

"Hehe, kamu sudah besar, bukan begitu Flotte? Kamu sudah berubah dari anak cengeng yang menangis di gendonganku menjadi pria tampan yang dapat memutuskan sesuatu hal besar dengan percaya diri."

"Ya, lagipula aku adalah anak Ibu."

Ibuku mencubit pipiku dengan lembut dan tertawa setelahnya.

"Tidak perlu khawatir, bagaimanapun juga kita adalah keluarga, kamu bisa meminta bantuan kami kapan saja dan kami akan dengan senang hati membantumu."

Dia tampak sangat lega setelah percakapan yang baru saja kami lakukan, wajah khawatir miliknya tersapu oleh senyum mempesona.

"Apakah kamu sudah yakin dengan putramu sekarang, Anna?"

"Hehe, tentu. Ini membuatku cukup bahagia, Sayang."

Ibuku melepaskan tangannya dari pipiku.

Lalu seketika aku melihat sekeliling, menyadari bahwa aku sebenarnya tidak sedang sendirian di meja makan hanya bersama ibuku.

Semua orang di sana termasuk Ayah, Alexier, dan para pelayan menyaksikan pertukaran antara ibuku dan diriku.

"Tuan Flotte masih manis seperti biasanya."

"Haha... ya, dia masih manja pada Nyonya seperti dulu, tapi kalimat yang dia ucapkan cukup indah."

"Ya aku setuju."

"Ugh..."

Aku mendengar suara bisikan tipis yang datang dari para pelayan di belakangku.

Ini sangat memalukan!

Aku tidak dapat menyembunyikan sifat asliku ketika ibuku memanjakanku seperti itu.

"Apa ada yang salah Flotte? Wajahmu sedikit memerah."

Ibuku menatapku dengan bingung, mungkin karena ekspresi malu yang tampak jelas di wajahku.

"Tidak, tidak ada apa-apa."

Aku berusaha menjernihkan pikiranku dari rasa malu, sementara ibuku masih menatapku rapat.

"...tapi meskipun begitu, kenapa Duke Fleur mengajukan proposal kepada kita?"

"Ayah juga tidak mengerti, mereka hanya mengatakan bahwa Flotte dan putri pertama mereka yaitu Nona Olivia la Fleur, memiliki usia yang hampir sama."

"Apakah itu alasan yang cukup bagi seorang Duke memberikan sebuah proposal pertunangan kepada keluarga Viscount?"

Alexier tampaknya memikirkan hal yang sama seperti yang terlintas di pikiranku tadi siang, tapi sama seperti yang sebelumnya telah kupikirkan juga.

Tidak ada gunanya untuk memikirkan itu.

Hanya orang yang merencanakan proposal pertunangan ini yang tahu alasan dan maksud melakukan pertunangan ini, karena suatu tindakan yang absurd dan jarang terjadi seperti ini tidak akan dapat diprediksi oleh orang lain kecuali oleh orang yang telah memikirkannya.

"Mungkinkah mereka melihat sesuatu yang spesial di diri Flotte?"

Ibuku mencoba masuk ke dalam percakapan, mengutarakan pendapatnya yang... acak?

"Sesuatu yang spesial padaku? Apa yang spesial dariku?"

Aku bingung dengan pernyataan ibuku dan tersesat dalam kebingungan.

Apakah ada sesuatu yang spesial pada diriku?

Aku selama ini sama sekali tidak pernah merasa melakukan sesuatu yang spesial, hal yang paling sering kulakukan hanyalah berlatih fisik, membaca buku yang sama berulang kali, dan membantu keluargaku jika ada yang dapat kubantu.

Tidak ada yang terlalu spesial dari itu semua, aku bahkan jarang menampakkan diriku di depan para bangsawan. Bahkan jika aku pernah terlibat dalam sesuatu yang berurusan dengan bangsawan, aku hanya bertugas menjadi seorang pelayan.

"Tentu saja ada, Flotte sayangku, tapi kita belum dapat mengetahuinya saat ini."

Ibuku tersenyum ceria ketika mengucapkannya...

Tapi bukankah itu hanyalah cara halus untuk mengatakan bahwa tidak ada yang spesial padaku saat ini?

"Oh, tapi aku tahu satu yang sudah terlihat saat ini."

"Hmm? Apa itu?"

"Kamu sangat mencintai keluarga dan orang terdekatmu."

"Eh?"

Apakah itu bisa disebut hal yang spesial, bukankah semua orang seperti itu?

Seperti biasa Ibu sangat ceria dan positif, dia sangat menyenangkan ketika sedang berbicara sambil tersenyum dan bertingkah polos.

Dia bisa berubah dari wanita yang peduli dan sentimentil kepada anaknya menjadi wanita dengan kepala penuh bunga dalam sekejap.

Dirinya yang seperti ini membuat pembicaraan sedikit melunak.

"Ehem..."

Ayahku berdeham untuk mengembalikan alur pembicaraan pada tempatnya dan memfokuskan perhatian semua orang kembali padanya.

"Alasan apapun yang keluarga Duke miliki untuk menjodohkan Flotte dan Nona Olivia la Fleur bukanlah sesuatu yang utama saat ini, kita harus mempersiapkan kedatangan mereka dalam 3 minggu mulai dari sekarang."

"Ah, baiklah aku mengerti. Aku akan mempersiapkan tempat ini agar terlihat sebaik mungkin ketika Duke sampai."

Ibuku tersenyum, sebagai ibu rumah tangga Ibuku sudah pasti pandai dalam mengatur sesuatu.

3 minggu sudah lebih dari cukup untuk ibuku mengatur rumah dengan bantuan para pelayan.

"Kalau begitu Alexier, bisakah kamu mengajari Flotte tentang tata krama dan etika bangsawan?"

"Eh?"

Belajar tata krama dan etika? Aku? Seorang anak yang sama sekali tidak tertarik mempelajarinya sedari kecil? Mampukah aku mempelajarinya selama 3 minggu?

"Baiklah Ayah, aku akan memastikan dia tampil dengan baik di depan keluarga Duke."

Kakakku mengangguk dan setuju, dia memiliki seringai percaya diri di wajahnya.

"Kalau begitu telah diputuskan bahwa kita akan berusaha sebaik mungkin sebelum Duke tiba, tapi meski begitu tidak perlu terlalu terburu-buru karena waktu 3 minggu adalah waktu yang lebih dari cukup untuk kita mempersiapkan segala sesuatunya."

Apakah praktek tata krama dan etikaku termasuk ke dalamnya?

Aku hanya duduk di sana, memperhatikan bahwa semua orang tampak percaya diri dan akan berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkan kunjungan keluarga Duke ini.

Maka dari itu aku juga harus berusaha keras.

Terpopuler

Comments

Alfa MonoDiHektaOkta

Alfa MonoDiHektaOkta

Terimakasih bagi yang sudah menyempatkan baca

2022-12-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!