Pada Malam Hari

Pada malam harinya aku benar-benar tidak bisa tidur.

Aku mencoba berbaring di atas kasurku, berharap agar gelombang kebosanan menerpaku dan membuatku terlelap.

Tapi itu sama sekali tidak pernah terjadi.

Aku hanya berbaring termenung di atas kasurku tanpa melakukan apapun sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi hari ini.

Singkatnya, aku secara mengejutkan menerima sebuah proposal pertunangan.

Namun itu bukanlah proposal pertunangan sembarangan, proposal itu diberikan oleh sebuah keluarga Duke.

Peringkat Duke merupakan peringkat bangsawan yang sangat tinggi, kekuasaan mereka hanya satu tingkat di bawah seorang Raja.

Merupakan hal wajar bagi seorang bangsawan untuk menjalin hubungan politik, ekonomi maupun diplomasi melalui sebuah hubungan pertunangan.

Tapi yang tidak diwajarkan di sini adalah bagian di mana mereka memberikan proposal itu kepada kami, sebuah keluarga Viscount, bangsawan yang memiliki status paling rendah.

"Dan lagi, itu dikhususkan untuk diriku."

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang sama sekali belum pernah belajar bagaimana cara menjadi bangsawan.

Seluruh hidupku hanyalah hari-hari yang biasa dilakukan anak biasa, tidak ada yang spesial darinya dan tidak ada yang kulakukan untuk membuatnya spesial.

Proposal pertunangan ini adalah angin puyuh yang akan meluluh lantahkan dinding kokoh "hari biasa yang dilakukan anak biasa" yang telah kujalani selama ini.

"Kurasa aku perlu menenangkan pikiranku sebentar."

Dengan pemikiran rumit di kepalaku aku bangun dan berdiri menjauhi kasurku, aku pergi ke sebuah meja di kamarku lalu merogoh secarik kertas di dalam laci.

Secarik kertas yang kuambil merupakan foto yang telah diberikan padaku hari ini, foto seorang gadis.

Aku duduk di atas kursi di dekat mejaku, menghadap ke arah jendela, dan menatap foto gadis itu dengan seksama.

Seorang gadis ramping yang cantik dengan sebuah topi ulang tahun terlihat di dalamnya, rambut hitam gelap miliknya membuat wajahnya semakin terang dan indah, dia tersenyum manis seperti seorang malaikat.

"Apakah aku benar-benar mengalami sesuatu seperti "Cinta Pada Pandangan Pertama" hanya dengan melihat foto dirinya?"

Aku pernah membaca sebuah cerita romansa bertemakan "Cinta Pada Pandangan Pertama" yang kutemukan di kamar kakak perempuanku, karena pada dasarnya buku merupakan barang mahal, buku di rumah kami cukup terbatas.

Aku bisa memastikan kalau aku pernah membaca semua buku di rumah ini, buku itu juga telah kubaca berulang kali.

Buku yang kubaca adalah sebuah cerita tentang gadis yang seketika jatuh hati kepada seorang pria tampan saat menghadiri sebuah pesta dansa.

Aku tidak pernah berpikir bahwa sesuatu seperti itu akan sungguh terjadi padaku hanya lewat sebuah foto.

Pemandangan di luar jendela tampak gelap gulita, hanya terdapat cahaya redup kristal putih yang berderet rapi menyinari area sekitar, cahaya kristal itu merambat tipis ke dalam jendela kamarku.

Dengan bantuan rambat tipis cahaya kristal dan cahaya bintang, diriku yang kasmaran menatap foto tunanganku dalam diam.

Tok tok tok

Sebuah suara ketukan memecah kesunyian malam, aku segera berdiri tegak karena terkejut, membuat foto yang sedang kupegang terjatuh ke meja.

Tok tok tok

"Flotte, kau masih bangun?"

Sebuah suara datang dari pintu, itu adalah suara seorang laki-laki dengan nada halus yang kukenal.

"Alexier?"

Aku segera beranjak dari kursiku dan bergegas membuka pintu.

Clack

"Oh jadi kau masih bangun, bolehkah aku masuk?"

Setelah aku membuka pintu, seorang pria tinggi memasuki jarak pandangku.

Rambut panjang bewarna hijau miliknya mirip dengan ibuku, pupil mata coklat miliknya tertutup kacamata persegi panjang, dan senyumannya lembut mempesona dengan caranya sendiri.

Dia adalah kakak sulungku, Alexier le Glaive, pewaris resmi rumah kami di masa depan.

"Tentu."

Aku membiarkan Alexier masuk dan kembali menutup pintu seperti tidak terjadi apapun.

"Kau masih belum tidur, huh? Ini sudah sangat larut kau tahu?"

"Katakan itu pada dirimu sendiri yang mengetuk pintu kamarku ketika larut malam. Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan malam-malam begini?"

Aku memutuskan untuk duduk di atas kasurku, sementara Alexier duduk di kursi kayu yang baru saja kududuki sebelumnya.

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin membicarakan sesuatu denganmu."

"Sesuatu? Oh, apakah ini tentang proposal pertunangan yang diberikan oleh keluarga Duke?"

Alexier terkadang akan mengunjungiku saat malam untuk sekadar berbincang-bincang, terkadang itu tentang hal serius dan sisanya hanya perbincangan ringan untuk membuang waktu.

Dia seperti seorang konsultan yang ditugaskan menjadi tempat mengobrol khusus untukku, aku juga bisa lebih terbuka dengannya karena dia berkelamin sama denganku.

"Ya, aku ingin memastikan apakah kau sudah yakin dengan keputusan yang telah kau buat."

"Bukankah aku sudah mengatakannya di depan Ibu di meja makan?"

"Aku hanya ingin memastikan dengan caraku sendiri, kau tahu?"

Aku tidak mengerti apa yang dia maksud dengan "caranya sendiri", tapi aku tidak berencana untuk menolaknya.

"Kalau begitu..."

Alexier berbalik dan mengambil secarik kertas di atas meja, itu adalah foto dari calon tunanganku yang tadi kutinggalkan di sana.

"Apakah ini adalah foto calon tunanganmu, Nona Olivia la Fleur?"

"Ya, aku mendapatkan fotonya dari Ayah tadi siang. Memangnya kenapa?"

Alexier menatap foto itu dengan serius, dia sepertinya sedang memperhatikan sesuatu dengan seksama.

Kemudian setelah beberapa detik, dia mengeluarkan sebuah kristal putih jernih dari sakunya, kristal putih itu tampak sama dengan kristal yang digunakan sebagai penerangan jalanan ataupun rumah.

"Acutus hasta Alexier----wahai cahaya terangilah pandanganku, Lucerna."

Talapak tangan Alexier memunculkan lingkaran sihir mungil, seketika kristal yang awalnya hanya memantulkan rambatan cahaya mulai memancarkan cahaya miliknya sendiri.

Cahaya itu cukup terang, tapi karena ukurannya yang lebih kecil dari yang dipasang di jalanan, cahaya miliknya tidak mampu sepenuhnya menerangi ruangan.

"Oh jadi rumor itu benar, rambutnya memang bewarna hitam."

"Hmm? Lalu ada apa dengan itu?"

"Bukankah itu warna yang akan jarang kau temui?"

"Huh!?"

Aku tersadar setelah Alexier mengatakannya langsung padaku.

Setelah aku memikirkannya sekali lagi, di dunia ini warna rambut merupakan sebuah cara untuk melihat elemen sihir yang dapat digunakan seseorang tanpa melihat langsung dirinya mengeluarkan mantra.

Warna yang akan dijumpai pada dasarnya berjumlah 4, merah untuk api, biru untuk air, hijau untuk angin, dan cokelat untuk tanah. Warna-warna itu akan mengidentifikasi elemen sihir yang dapat secara langsung digunakan seseorang.

Sementara itu warna rambut milik Nona Olivia la Fleur adalah warna hitam pekat, warna yang jarang dan bahkan tidak pernah akan orang temui atau lihat.

"Ahh, itu benar!"

Tapi, kenapa aku tidak merasa aneh sedari awal?

Ketika aku pertama kali melihat foto milik Nona Olivia la Fleur, aku sama sekali tidak kaget ataupun merasa heran dengan rambut hitam miliknya, seakan diriku dengan sendirinya terpikat.

Tidak, bukan itu masalahnya. Ini berbeda dari sekedar terpikat, aku bahkan sampai ketingkat di mana menganggap warna itu normal.

Aku sama sekali tidak memperhatikan kalau hal ini aneh dan bertingkah seperti sudah terbiasa melihat warna rambutnya.

"Bukankah ini sama seperti warna rambutku yang sangat pekat?"

Satu-satunya alasan yang muncul di kepalaku adalah warna rambutku, warna biru gelap seperti kegelapan laut dalam.

Rambutku hampir seperti warna hitam, tapi jika dilihat dari dekat akan jelas bahwa warnanya merupakan biru tua.

"Tidak ini berbeda, warna rambut milik Nona Olivia la Fleur adalah warna hitam yang sebenarnya, berbeda darimu yang masih terlihat biru."

"Apakah begitu? Lalu kemudian, di mana letak masalahnya?"

Aku tidak mengerti apa yang menjadi masalah dari memiliki warna rambut hitam selayaknya kegelapan...

Tunggu, kegelapan!?

"Aku telah mencari beberapa informasi tentang keluarga Duke Fleur dan menemukan sesuatu yang menarik."

"Huh? Sesuatu yang menarik?"

Aku mengalihkan perhatianku pada Alexier, orang yang telah membawa topik ini, dengan rasa ingin tahu.

"Ya, putri pertama mereka, Nona Olivia la Fleur, telah dikenal sebagai "Gadis Terkutuk" karena rambutnya yang bewarna hitam, lambang dari elemen dasar para monster."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!