Anak Laki-Laki yang Kikuk

Setelah kami keluar dari kereta, aku beserta ayah dan ibuku menghampiri keluarga Viscount Glaive yang telah menanti kami untuk mengucapkan salam.

Kami disambut dengan penuh hormat oleh kepala keluarga Viscount Glaive beserta keluarganya.

Setelah pertukaran salam singkat, kami selanjutnya memperkenalkan diri kami masing-masing.

Pada saat ini, aku mulai memperhatikan satu persatu anggota keluarga Viscount Glaive dengan seksama.

Orang pertama yang memperkenalkan diri terlebih dahulu adalah Ibuku, Erika la Fleur. Kemudian disusul oleh sang Viscountess, Nyonya Anna la Glaive.

Mempertimbangkan dari cara Nyonya Anna memperkenalkan diri, kupikir dia adalah wanita yang ceria dan lembut.

Dia juga cantik.

Meski dia jauh lebih berumur dari ibuku, dia masih tetap terlihat cantik dengan rambut hijau daun serta mata safir miliknya.

Dengan gaun bewarna hijau miliknya serta sebuah jepit rambut berbentuk semanggi di atas rambutnya, dia terlihat ceria dan halus hari ini.

Orang yang selanjutnya memperkenalkan diri adalah Viscount Glaive, kepala keluarga mereka, Tuan Albert le Glaive.

Tuan Albert memiliki rambut bewarna almond serta mata bewarna coklat gelap.

Dia sudah sangat berumur dan terlihat bijaksana, dari caranya berbicara aku bisa mengerti jika dia sangat menghormati keluargaku yang memiliki peringkat jauh lebih tinggi darinya.

Ayahku yang melihat seseorang yang jauh lebih tua darinya terlalu merendahkan diri merasa sedikit tidak nyaman, dia berulang kali mengatakan kepadanya untuk tidak terlalu berlebihan, akan tetapi Tuan Albert sama sekali tidak mengubah cara bicaranya.

Yah, kurasa memang mustahil untuk dapat merubah kebiasaan seseorang dalam sekejap mata.

Kemudian setelahnya, giliran sang putra sulung dari keluarga Viscount Glaive yang memperkenalkan dirinya.

Dengan rambut hijau miliknya yang mirip dengan Nyonya Anna, mata coklat miliknya yang mirip dengan Tuan Albert, serta kacamata persegi yang dia kenakan, Tuan Alexier le Glaive membungkuk dan memperkenalkan diri.

Tuan Alexier terlihat sangat tenang dan berwibawa, dia memiliki aura cerdas dan tenang yang terpancar darinya.

Seorang pewaris yang tampak sangat kompeten.

Lalu ketika aku menoleh kembali ke depan, mataku bertemu dengan seorang anak laki-laki yang telah berdiri di depanku selama ini.

Dia memiliki rambut biru yang sangat pekat, mata safir yang indah, dan wajah anak-anak pada umumnya.

Ketika aku memperhatikan gerak-geriknya, dia tampak sangat gugup dan berkeringat, kakinya sedikit gemetar dan napasnya tidak teratur.

Ah, apakah ini juga pertama kalinya dia melakukan pertemuan formal?

Jika aku ingat dengan benar, keluarga mereka adalah keluarga yang membesarkan dan mempersiapkan anak-anak mereka untuk menjalani kehidupan sebagai rakyat jelata.

Apakah itu berarti dia mempelajari etika dan tata krama bangsawan hanya baru-baru ini?

"Nama saya Flotte le Glaive, putra ke-dua dari keluarga Viscount Glaive, senang bertemu dengan anda sekalian."

Ketika dia memperkenalkan diri, dia sangat kikuk ketika mengucapkan namanya, gerakannya sangat kaku dan suaranya bergetar, sebuah keajaiban dia tidak menggigit lidahnya.

Ah, tapi aku juga tidak memiliki hak untuk mengejeknya seperti itu.

Bagaimanapun juga kami berdua sama, kami berdua sama-sama belum berpengalaman dalam hal ini.

Malahan, apa yang dia lakukan bisa dibilang cukup baik untuk seseorang yang baru saja mempelajari etika dan tata krama bangsawan dalam waktu singkat.

Hehe, aku tidak bisa kalah darinya.

Aku tanpa sadar tersenyum kecil, perasaan untuk ingin menjadi lebih baik dari anak laki-laki yang kikuk di depanku muncul.

Aku tidak akan mengacaukannya.

Aku menundukkan kepalaku, menjepit dan sedikit mengangkat kedua sisi rokku dengan jariku, dan menekuk lututku.

Dengan senyum yang masih menempel di wajahku, aku memperkenalkan diriku padanya.

"Namaku Olivia la Fleur, senang bertemu denganmu, Tuan Flotte."

Perasaan ini, perasaan tidak ingin kalah dengan orang kikuk yang berusaha sebaik mungkin di hadapanku ini.

Entah kenapa, ini terasa nostalgia.

...-0-...

Setelah masing-masing dari kami telah memperkenalkan diri, kami dijamu di dalam kediaman Viscount Glaive dengan aneka hidangan yang sama sekali belum pernah kulihat.

Sejujurnya, ini hanyalah hidangan khas kerajaan Zafield pada umumnya.

Hanya saja bau makanan ini sedikit berbeda dari makanan yang biasa kusantap.

Bau hidangan yang mereka sajikan penuh dengan herbal, itu membuatku penasaran apakah mereka memasukkan racun atau semacamnya kedalamnya.

Tapi akan terasa bodoh untuk memberikan racun kepada hidangan yang memiliki bau menyengat yang sangat jelas.

Meski sedikit ragu, aku mulai memotong sebuah steak dihadapanku dengan menggunakan garpu dan pisau, kemudian perlahan memasukkannya kedalam mulutku.

Ketika aku mengunyahnya, rasa daging yang sedikit pahit memenuhi mulutku.

Ini tidak terlalu buruk.

Meskipun ada rasa pahit di dalamnya, itu tidak terasa seperti aku mengunyah herbal atau obat.

"Apakah kamu menyukainya, Nona Olivia?"

Ketika aku menyelesaikan suapan pertamaku, Nyonya Anna menanyaiku dengan nada lemut dan senyum lembut.

"Ya, steak daging ini enak."

"Hehe, syukurlah, senang mendengarnya."

Senyuman miliknya merekah semakin lebar ketika aku memujinya, dia tampak benar-benar bahagia.

Ah, senyum Nyonya Anna sangat halus dan tulus. Kurasa aku mulai kecanduan melihatnya.

"Apakah bumbu yang ada di dalam hidangan ini merupakan ciri khas daerah ini, Nyonya Anna?"

Ketika kami sedang berbalas kata, ibuku yang duduk disisi kananku mulai bertanya setelah dia mengambil beberapa gigitan.

"Ya, sejak beberapa tahun yang lalu, kami mulai sering memasukkan herbal dan tanaman obat ke dalam hidangan sebagai penambah cita rasa. Apakah rasanya tidak sesuai dengan selera anda, Nyonya Erika? Saya bisa menyuruh pelayan untuk menggantinya jika anda mau."

Nyonya Anna tampak khawatir jika hidangan yang dia sajikan tidak disukai oleh ibuku, dia menawarkan untuk menggantinya dengan yang lain.

"Ah, kamu tidak perlu repot-repot melakukannya, Nyonya. Makanan ini tidak terlalu buruk, aku hanya belum terbiasa saja. Hidangan ini juga tidak terasa seperti obat sama sekali."

"Saya mengerti, namun jangan sungkan untuk mengatakan bila ada yang anda perlukan, Nyonya Erika."

"Terimakasih atas perhatianmu, Nyonya Anna."

Mereka berdua berbalas senyum satu sama lain, mereka terlihat sangat akur dan bersahabat.

Wow, mereka benar-benar sangat cepat dalam menjalin pertemanan.

Meski baru saja bertemu, mereka dapat berbicara dengan lancar seolah mereka telah bersahabat dari lama.

"Oh, aku baru ingat, apakah benar jika wilayah kalian mulai membaik beberapa tahun belakangan ini karena kalian memutuskan untuk menjadi daerah penghasil obat dan herbal?"

Ketika ibu dan Nyonya Anna sedang berbicara, ayah menanyakan hal ini kepada Tuan Albert dan Tuan Alexier yang duduk di dekatnya.

"Itu benar sekali, Tuan Fleur, kondisi kami berkembang dengan cukup baik selama beberapa tahun terakhir setelah kami mulai lebih memfokuskan diri untuk menjadi daerah penghasil obat dan herbal. Terimakasih kepada putra pertamaku, Alexier, yang telah mengusulkan hal ini kepadaku setelah dia lulus dari akademi."

Dengan suara yang sedikit berat dan tenang, Tuan Albert menjawab pertanyaan ayahku.

"Ah, saya pernah mendengar jika putra pertama andalah yang menyelamatkan wilayah ini dari kehancuran, jadi itu semua benar?"

Meski ayah terdengar seolah dia meragukan kemampuan Tuan Alexier, dia sebenarnya hanyalah orang yang tidak mudah percaya pada sesuatu yang tidak dia dengar atau saksikan secara langsung.

Singkatnya, saat ini dia sedang mencoba memastikan.

"Itu benar, Tuan Fleur, putra pertama saya adalah anak yang menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan ramuan dan herbal sejak dia masih kecil. Ketika dia lulus dari akademi dia menggunakan ilmu yang dia miliki untuk memajukan wilayah kami."

Tuan Albert menjelaskan sekali lagi, kali ini dia bahkan menjelaskan kronologi kejadiannya.

"Saya mengerti, aku berharap banyak padamu Tuan Alexier. Aku yakin kamu dapat menjadi penguasa yang baik."

Ayah memuji Tuan Alexier yang berada di sisi seberang meja, menuangkan banyak harapan kepada pewaris selanjutnya rumah Viscount Glaive.

"Terimakasih banyak, Tuan Fleur, ucapan anda akan saya tanam kedalam hati."

Tuan Alexier membalas perkataan ayah dengan sebuah senyuman, sambil sedikit menundukkan kepalanya untuk menunjukkan rasa hormatnya.

Apakah wilayah ini sebelumnya berada pada situasi yang sangat buruk?

Aku tidak terlalu mengetahui ataupun mengulik sesuatu secara mendalam tentang dunia luar, dan wilayah Viscount Glaive berada juga cukup jauh dari kediaman kami, mustahil untuk diriku mengetahui seberapa buruk keadaan wilayah ini sebelumnya.

Tapi mendengar pujian yang keluar dari mulut ayahku, aku meyakini bahwa apa yang telah dilakukan oleh Tuan Alexier dalam mengembangkan wilayah ini merupakan hal yang luar biasa.

Perbincangan di meja makan cukup kondusif untuk saat ini.

Tapi, aku sama sekali tidak dapat mendengar suara apapun keluar dari sisi meja yang lain.

Di sisi meja di depanku, seorang anak laki-laki dengan rambut biru tua sedang menatap lekat tangan miliknya.

Matanya yang tajam fokus pada kedua tangannya yang memegang pisau dan garpu, dia sama sekali tidak memperhatikan percakapan yang sedang terjadi.

Apa yang sedang dia lakukan?

Setelah memperhatikannya dirinya sejenak, aku mulai mengerti.

Tuan Flotte le Glaive, calon tunanganku, saat ini sedang berusaha sebaik mungkin untuk tidak melakukan kesalahan di meja makan.

Dia sangat serius untuk tidak membuat kesalahan di meja makan sampai dia melupakan orang-orang di sekitarnya.

Tidak, aku bisa melihat matanya mengintip ke sisi lain sesekali. Dia masih memperhatikan, akan tetapi dia memutuskan untuk fokus pada makanannya karena dia tidak tahu bagaimana cara untuk masuk ke dalam percakapan.

Oh, kurasa dia masih belum belajar cara bagaimana bersosialisasi dengan baik.

Aku merasa kasihan padanya, tapi aku tidak tahu bagaimana cara untuk memasukkan dirinya ke dalam percakapan.

Ketika aku menatapnya lekat dengan pandangan prihatin, suara ibuku terdengar.

"Oh, tampaknya kita terlalu tenggelam dalam percakapan masing-masing, kita mengabaikan 2 pemeran utama kita yang tidak bisa mengobrol dengan bebas."

Ketika ibuku mengatakannya, pandangan semua orang tertuju pada kami.

Tuan Flotte yang sangat fokus dengan piringnya beberapa saat yang lalu, menatap ke segala arah dengan bingung.

"Flotte sayangku, bisakah kamu mengajak Nona Olivia berkeliling? Kalian bisa mencari tempat untuk mengakrabkan diri satu sama lain."

Nyonya Anna menepuk pundak putranya dengan lembut, memintanya untuk mengajakku pergi ke tempat lain agar kami dapat berbicara 4 mata.

Tuan Flotte awalnya terkejut, tapi dengan segera dia mengerti apa yang dimaksud oleh ibunya.

Meski gerakannya cukup kaku, dia beranjak dari tempat duduk dan pergi ke tempatku.

"Nona Olivia, bersediakah kamu ikut denganku untuk berbicara di tempat lain?"

"Tentu!"

Sambil sedikit tersenyum, aku menerima tawaran Tuan Flotte untuk mengikutinya dan pergi dari ruang makan.

Ketika aku menoleh ke belakang, aku dapat melihat senyum cerah milik ibuku yang disertai dengan perasaan lega.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!