Berbicara

Sial.

Itu adalah satu-satunya hal yang terlintas dalam benakku saat ini, itu adalah kata-kata tanpa makna yang bisa menggambarkan perasaanku saat ini.

Sebelumnya, aku beserta dengan keluargaku memperkenalkan diri satu sama lain kepada anggota keluarga Duke Fleur.

Semuanya terasa baik-baik saja saat itu, aku bahkan cukup senang dapat melihat senyum lembut milik calon tunanganku, Nona Olivia la Fleur, ketika dia memperkenalkan diri kepadaku.

Akan tetapi semuanya menjadi canggung dipihakku ketika kami memasuki meja makan.

Singkatnya, aku tidak bisa ikut berbaur atau berinteraksi dalam perbincangan dengan orang lain di meja makan.

Aku tidak tahu bagaimana cara membalas atau membuka percakapan, apalagi dengan gadis cantik yang saat ini berada di depanku

Yap, saat ini aku saling berhadapan dengan Nona Olivia la Fleur yang berada di sisi lain meja.

Dengan mata kecil miliknya, Nona Olivia memperhatikan percakapan yang berlangsung di antara keluarga kami.

Aku dapat mendengar sekilas apa yang mereka bicarakan, tapi aku sudah tidak memiliki niat untuk masuk ke dalam percakapan.

Menyebalkan.

Sebagai pengalih perhatian dari perasaan jijik terhadap diriku sendiri yang tidak memiliki kemampuan komunikasi yang bagus dengan orang baru, aku memutuskan untuk fokus dengan piringku.

Dengan pisau dan garpu di kedua tanganku, aku memotong steak yang berada dipiring di depanku, mencoba untuk tidak membuat kesalahan yang mencolok dalam mempraktikan etika di meja makan.

Namun ketika aku sedang fokus, aku merasa seolah-olah ada seseorang yang sedang memperhatikanku.

Aku tetap tenang seolah-olah aku tidak menyadarinya, tapi disaat aku ingin memasukkan potongan daging ke mulutku, mataku mengintip ke depan, ke arah seorang gadis cantik yang entah kenapa menatapku dengan mata kasihan.

Itu hanya sepersekian detik, jadi aku yakin dia tidak menyadarinya.

Ok, ini menjadi jauh lebih menyebalkan.

Setelah selesai mengunyah potongan daging di mulutku dengan gugup, aku kembali memotong daging yang tersisa seolah tidak terjadi apa-apa.

Meski begitu, di dalam kepalaku, aku memikirkan cara untuk dapat membuka percakapan dengannya.

Apa yang harus kutanyakan padanya?

Meski begitu, mencari topik pembicaraan sangatlah sulit bagiku, tidak ada hal yang layak di dalam kepalaku untuk ditanyakan padanya.

"Oh, tampaknya kita terlalu tenggelam dalam percakapan masing-masing, kita mengabaikan 2 pemeran utama kita yang tidak bisa mengobrol dengan bebas."

"...Eh."

Aku sangat terkejut dan hampir menjerit, tapi aku menahannya sehingga tidak ada orang yang menyadarinya.

Aku yang awalnya hanya fokus pada piringku, mulai menatap ke segala arah dan baru menyadari bahwa pandangan semua orang di meja terfokus padaku.

Tidak, mereka menatap kami.

Aku tidak mengerti bagaimana harus menanggapi, dan berakhir linglung selayaknya orang bodoh.

Namun sebelum aku terlarut sepenuhnya dalam kebingungan, sebuah tangan meraih pundakku.

"Flotte sayangku, bisakah kamu mengajak Nona Olivia berkeliling? Kalian bisa mencari tempat untuk mengakrabkan diri satu sama lain."

Aku merasa seolah aku akan tersungkur dari kursi karena keterkejutan, tapi entah bagaimana aku dapat menahannya, namun pundakku masih berkedut secara alami karena terkejut.

Aku segera menata kembali isi kepalaku, kemudian dengan segera aku beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Nona Olivia.

"Nona Olivia, bersediakah kamu ikut denganku untuk berbicara di tempat lain?"

Meski kata-kataku sangat kaku dan suaraku bergetar, aku berhasil mengucapkan apa yang seharusnya kuucapkan kepadanya.

"Tentu!"

Sambil sedikit tersenyum, Nona Olivia mengagguk padaku, menandakan bahwa dia dengan senang hati menerima tawaranku.

Lalu setelah menerima persetujuan darinya, kami berdua pergi dari ruang makan dengan aku memimpin arah jalan di depan sementara dia membuntutiku di belakangku. 

Meski aku tidak bisa melihat dirinya yang berada dibelakangku, bayangan dari senyuman miliknya tetap melayang di dalam kepalaku.

...-0-...

Meskipun aku disuruh untuk pergi ke tempat di mana kami bisa bicara berdua, tidak ada tempat khusus yang terlintas di benakku.

Apakah aku harus membawanya ke Beringin Bintang?

Tidak, bukanlah hal baik untuk membawa seorang gadis bangsawan masuk ke dalam hutan. Aku bisa saja dianggap ingin melakukan hal buruk kepadanya dan dipenjara.

Ketika aku memikirkannya sekali lagi, ada satu tempat yang bisa kami gunakan. Meskipun tempat itu tidak memiliki hal yang spesial di sana, setidaknya aku bisa bicara berdua dengan Nona Olivia di tempat itu.

Baiklah, ayo ke sana.

Aku kemudian berbalik ke belakang, berencana ingin menanyakan pendapat Nona Olivia sebelum kami pergi ke tempat itu.

Mungkin itu salahku karena tidak memberi pemberitahuan terlebih dahulu. Yang mengakibatkan aku bertabrakan dengan Nona Olivia yang sedang mengikuti di belakangku.

"Aduh..."

"Ah..."

Kepala kami saling berbenturan. Meskipun itu tidak terlalu keras, tapi kami berdua sama-sama berteriak karena terkejut.

Nona Olivia yang tampaknya sedang memperhatikan pemandangan di sekitar mansion sehingga dia tidak memperhatikan jalan.

"Ah, maafkan aku Nona Olivia, aku tidak sengaja!"

Dengan buru-buru, aku menjelaskan secepat mungkin bahwa aku tidak sengaja melakukannya.

Nona Olivia mengusap keningnya dan melihat ke arahku, dia tidak tampak marah ataupun kesal, dia malahan tersenyum tipis kepadaku.

"Tidak, aku tidak apa-apa, aku hanya terkejut saja."

"Sekali lagi, aku minta maaf atas kecerobohanku."

Meski Nona Olivia tidak terluka ataupun mempermasalahkannya, aku tetap menundukkan kepalaku dan meminta maaf.

"Bukankah aku sudah bilang aku tidak apa-apa? Dan lebih penting lagi, kemana kita akan pergi, Tuan Flotte?"

Nona Olivia tampaknya tidak ingin mempermasalahkan hal ini lebih jauh, jadi dia berusaha untuk mengganti topik dan menganggapnya telah selesai.

Sungguh seorang putri bangsawan yang baik hati, aku heran kenapa orang-orang dengan entengnya menyebut dirinya sebagai Putri Terkutuk Duke.

"Uhm... aku berencana untuk mengajakmu berbicara di taman keluarga kami. Apakah kamu baik-baik saja dengan itu, Nona Olivia?"

Aku mengerti maksud dari tindakannya, maka dari itu aku mencoba untuk mengikuti keinginannya dan memutuskan untuk melanjutkan tujuan kami berada di sini.

"Ya, aku juga merasa kalau hari ini adalah hari yang bagus untuk melihat bunga."

Dengan persetujuan darinya, kami berdua menuju ke taman bunga.

...-0-...

Setelah kami berdua sepakat, kami pergi ke taman bunga keluargaku dan duduk di sebuah gazebo yang dibangun ditengah taman.

Gazebo dan taman itu sendiri tidak terlalu besar ataup megah, tapi tempat itu cukup nyaman untuk kami dapat mengobrol berdua.

Namun ketika kami berdua telah duduk di sana, suasana dengan cepat menjadi canggung.

Kami berdua tidak tahu apa hal pertama yang harus kami katakan dan berakhir sama-sama membisu.

Di dalam kesunyian yang canggung di antara kami berdua, kapalaku berusaha keras mencari cara untuk melelehkan kesunyian yang memekakkan ini.

"Uhm... Cuaca hari ini indah..."

Aku tidak mengerti apa yang harus kukatakan, jadi aku mengeluarkan apa yang ada di dalam kepalaku tanpa berpikir.

Dasar bodoh.

Di dalam hatiku, aku mencaci diriku sendiri yang tidak mampu membuka percakapan dengan benar dan malah membuat percakapan semakin canggung.

Setelah beberapa detik tidak menanggapi kata-kataku, Nona Olivia akhirnya tersenyum tipis dan menoleh ke arah langit.

"Hehe, ya, langitnya cerah hari ini."

Meski keheningan masih menyelimuti kami, entah kenapa keheningan ini tidak lagi terasa mencekat setelah Nona Olivia menjawab.

Dia tersenyum dan tidak menanggapiku, hanya menatap langit seolah tidak terjadi apa-apa.

Dia tampaknya berusaha mengatakan padaku untuk mencoba lagi.

Baiklah, ayo lakukan dengan benar kali ini.

Aku memantapkan hatiku, bersiap untuk sekali lagi mencoba membuka percakapan dengannya.

"Apakah kamu menikmati hidangan hari ini, Nona Olivia?"

Aku mengingat percakapan di antara ibuku dan Duchess Fleur sebelumnya, memutuskan untuk menggunakannya sebagai bahan percakapan.

"Ya, meskipun awalnya itu terasa asing di mulutku, tapi aku masih menikmatinya."

Dia yang awalnya menatap awan, kembali menatapku dan tersenyum.

"Aku senang mendengarnya."

Aku tidak memiliki cara lain untuk membalasnya, dan berakhir secara reflek mengungkapkan rasa senangku sambil tersenyum.

Gawat, jika begini, pembicaraan akan menjadi canggung lagi.

"Tuan Flotte, jika aku boleh bertanya, sejak kapan wilayah ini berubah menjadi daerah penghasil herbal?"

Aku khawatir pembicaraan akan berhenti karena aku tidak menanggapi jawabannya dengan bertanya lagi, namun secara tidak terduga, Nona Olivia meneruskan pembicaraan dengan menanyakan topik baru.

"Hmm..."

Aku tidak ingin merusak momentum ini, jadi aku berusaha untuk memikirkan jawaban dengan matang.

"Jika aku tidak salah ingat, wilayah kami mulai menjadi daerah penghasil herbal setelah kakak laki-lakiku Alexier lulus dari akademi. Tepatnya 4 tahun lalu."

Aku memberikan jawaban yang hanya menjawab apa yang Nona Olivia tanyakan kepadaku tanpa memberi informasi tambahan, memancingnya untuk menanyakan hal lainnya.

"Aku mengerti, lalu apakah hal itu menghasilkan perubahan yang signifikan kepada wilayah ini?"

"Ya, hal ini menciptakan perubahan yang sangat signifikan. Daerah ini pada awalnya hanyalah daerah biasa yang tidak memiliki apapun untuk diunggulkan, kami dulunya hanya menghasilkan hasil tani yang dapat dengan mudah ditemukan di berbagai wilayah lainnya."

Jika aku memikirkannya sekali lagi, wilayah ini cukup terpuruk pada masa-masa itu. Kami hanyalah daerah terkucilkan yang jauh dari ibukota kerajaan.

Namun semua itu berubah ketika Alexier menyelesaikan studinya di akademi.

Dia yang memiliki pesona dan wibawa yang kuat, meyakinkan para penduduk untuk mencoba bercocok tanam herbal sebagai sampingan dari bertani bahan pangan.

Memang awalnya tidak ada yang memperdulikannya, tapi setelah melakukan berbagai usaha, para warga akhirnya mampu menerima usulannya dan mulai bertani herbal.

Itu pada awalnya hanya berdampak biasa saja kepada kehidupan di wilayah kami. Akan tetapi karena frekuensi monster yang semakin meningkat hari demi hari, mulai datang permintaan dari para pedagang keliling yang berkunjung ke daerah kami untuk membeli herbal yang kami tanam.

Sejak hari itu, banyak para petani di daerah kami yang mulai memfokuskan diri menanam herbal, membuat kami menjadi daerah penghasil herbal yang cukup dikenal.

"Dengan perubahan yang terjadi pada saat itu, wilayah ini mulai dikenal sebagai daerah penghasil herbal."

Aku menjelaskan hal ini panjang lebar kepada Nona Olivia, dan dia tampak sangat terkesan dengan ceritaku.

"Sebuah cerita yang menarik, terimakasih telah menceritakannya secara lengkap padaku, Tuan Flotte."

Dia tersenyum dan berterimakasih padaku. Meskipun telah melihatnya beberapa kali hari ini, aku sama sekali tidak bosan melihat senyum indah miliknya.

"Itu bukanlah masalah besar, aku juga turut senang jika kamu menikmatinya."

Aku membalasnya dengan senyuman sepenuh hati.

Di dalam hatiku, aku senang karena percakapan kami berjalan lancar, suasana di sekitar kami juga telah mencair dan tidak menyisakan perasaan canggung yang sebelumnya mengelilingi kami.

Jika seperti ini, semuanya akan baik-baik saja sampai akhir!

Ketika aku sudah merasa lega dan bebas, wajah Nona Olivia yang sebelumnya berseri berubah menjadi sedikit mendung.

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sebelum aku dapat menanyakan apa yang salah dengan dirinya, Nona Olivia berkata kepadaku dengan nada sedih.

"Kalau begitu, bukankah akan lebih baik jika kita tidak bertunangan?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!