Di pintu pagar, Yuri yang biasanya menatap sinis Kenzie atau bahkan meledek Kenzie. Kali ini dia mengantar Kenzie hanya diam. Dia juga tidak menatap Kenzie.
"Ri, kamu kenapa sih?" Tanya Kenzie.
"Putus cinta ya? Hahahaha." Lanjut Kenzie.
"Lebih dari putus cinta." Jawab Yuri dengan tatapan datar.
"Hahaha,, biasa aja dong wajahnya." Canda Kenzie.
"Hari ini dia tunangan sama cewek lain." Air mata Yuri menetes.
"Hah, dasar cewek. Gitu aja nangis, cengeng." Ekspresi Kenzie berubah datar.
"Sudah aku mau pulang saja." Kenzie memakai helmnya dan pergi.
***
Usai makan malam, keluarga Davanka dengan Arnold kembali berkumpul di ruang keluarga. Tanpa basa-basi mereka mengumumkan acara pertunangan mereka.
"Bagaimana Nold?" Tanya Davanka.
"Mereka kan sudah saling dewasa. Tak perlu waktu lama, jadi bagaimana kalau acaranya di adakan Sabtu depan?" Arnold berbalik nanya.
"Ah setuju, lebih cepat lebih baik. Kita juga harus menanyakan pendapat mereka." Jawab Davanka.
"Jimmy setuju kapanpun. Bukan begitu Nak?" Tanya Papanya. Jimmy hanya diam tanpa menjawab dan tanpa mengangguk.
"Bagaimana dengan Nak Prisa?" Tanya Arnold.
"Kalau Jimmy setuju, kenapa aku tidak Om? Kita sudah dekat sejak kecil." Jawab Prisa dengan senyuman manisnya.
Bagaimana Prisa bisa menolak Jimmy? Secara kini Jimmy sudah semakin tampan. Pesona Jimmy tak mampu membuat dirinya untuk menolak.
***
Yuri masih tampak tak bersemangat. Hatinya sakit, dia benar-benar tidak memiliki semangat untuk pergi ke sekolah.
"Hei Ri, bareng yuk." Sapa Marsha.
"Kamu kenapa Ri?" Tanya Marsha.
Yuri tak menjawab, dia naik dan duduk di belakang Marsha. Padahal jarak sekolah tinggal beberapa langkah lagi. Tapi, Yuri tetap menumpang dengan Marsha.
Sampai di kelas, Yuri menangis dan memeluk Marsha. Kenzie tetap fokus dengan buku pelajaran dan earphone nya. Sedangkan Kevin sedang mengobrol dengan Tian teman sebelah mejanya.
"Jimmy tunangan Sha tanpa memutuskan hubungan kita." Curhat Yuri.
"Sebelumnya aku dengannya masih baik-baik saja. Tapi kenapa kemarin aku dengar berita dia bertunangan dengan cewek lain." Lanjutnya.
Marsha menepuk pundak Yuri menenangkan sahabatnya. Bukannya tenang, Yuri semakin memperbesar suaranya. Mengundang Jessy dan teman-temannya.
"Duh, yang lagi sedih. Kenapa? Di putusin Kak Jimmy ya? Hahaha." Ucap Jessy.
"Makanya jadi cewek jangan sok cantik! Di putusin mewek." Lanjutnya.
Brak~
"Kalian bisa diam gak sih? Masih pagi udah berulah aja." Marsha menggebrak mejanya.
Yuri lari ke luar kelas. Ia menangis di toilet dekat perpustakaan. Hanya di situ toilet yang jarang sekali di datangi murid lain. Karenanya, toilet di situ terlihat bersih dan wangi dibanding dengan toilet lainnya.
Ia tak bisa menangis di rumah. Orang tuanya melarang Yuri untuk berpacaran. Jika Yuri menangis di rumahnya, Mamanya akan tau jika selama ini ia pacaran dengan kakak kelasnya dan itu akan membuat mamanya untuk memindahkannya ke sekolah lain.
"Kemarin kamu benar-benar tunangan dengan cewek lain?" Tanya seseorang. Suara tersebut terdengar berada di sebelah toilet tempat Yuri menangis.
"Begitulah, sesuai dengan yang kamu dengar." Jawab seorang dengan suara yang tak asing bagi Yuri.
Yuri menghentikan tangisannya sesaat. Ia juga ingin mendengar percakapan keduanya. Selain itu, ia juga tidak ingin tangisannya memutuskan percakapan keduanya.
"Terus bagaimana sama taruhan kita? Kamu belum menyelesaikannya. Masih tersisa sepuluh hari lagi." Tanyanya.
"Aku,," jawab orang itu terputus.
"Jangan bilang kamu sudah mulai jatuh cinta dengan Yuri?" Seketika Yuri mengangkat kepalanya.
"Jika kamu jatuh cinta dengan Yuri, maka acku anggap taruhan kita gagal dan kamu dinyatakan kalah." Ucap Joshua.
Suara tenang berubah menjadi gaduh. Yuri semakin terkejut mendengarkannya.
"Hei!" Teriak Joshua.
"Keluar kamu! Dasar kurang ajar!" Ucap seorang yang baru datang.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada Yuri?" Tanya seorang.
"Ken, sudah Ken!" Teriak seseorang lagi.
"Dia memang pantas mendapatkan ini! Ini tak sebanding dengan rasa sakit hati yang dirasakan Yuri." Kenzie terus saja memukuli Jimmy.
"Hentikan!" Teriak seorang gadis.
"Jimmy!" Gadis itu berlari ke arah Jimmy.
"Prisa?" Jimmy duduk usai Kenzie menghentikan serangannya.
"Kamu kenapa disini?" Tanya Jimmy.
Lain dengan Jimmy dan Kenzie yang biasa saja begitu melihat Prisa. Joshua dan Irsan terpanah melihat wajah cantik Prisa.
Di tengah diamnya mereka. Ada Yuri yang tiba-tiba keluar dari toilet. Jimmy dan Kenzie terkejut, selama ini Yuri telah mendengar percakapan mereka.
"Hei! Kalian! Jimmy, Ken." Prisa melambaikan tangannya di hadapan Jimmy dan Kenzie.
Jimmy masuk kembali ke markasnya. Prisa ikut masuk ke ruang rahasia yang Jimmy tempati. Joshua merapikan kembali barang-barang yang di berantaki oleh Kenzie.
Sedangkan Kenzie menyusul Yuri ke rooftop sekolah. Awalnya Marsha meminta kunci gembok yang menutup tangga rooftop. Ia merapikannya dan menjadikannya tempat ternyaman. Tak lupa ia memasangkan atap agar lebih teduh.
Begitu semua sudah rapi, Marsha mengajak Yuri ke tempat ternyaman mereka. Setiap mereka ke rooftop, mereka selalu menutup rapat dan mengunci kembali. Seolah tak ada orang yang naik ke rooftop.
Yuri dan Marsha sama-sama memegang kunci tersebut. Mereka meninggalkan kelas selama jam pelajaran berlangsung hari itu.
Yuri berdiri sambil memandangi tengah lapangan. Ia juga masih dapat melihat Jimmy bersama gadis tadi keluar dari ruangan tersebut.
"Ri" Kenzie menghampiri Yuri.
"Sejak kapan kamu tahu semua?" Tanya Yuri tanpa basa-basi.
"Kenapa kamu tidak memberi tahuku Ken? Oh, kamu senang melihat aku seperti orang bodoh. Iya kan? Kamu senang kan sekarang?" Lanjutnya tanpa memberi kesempatan Kenzie menjawab.
"Ri, aku punya alasan untuk ini. Tapi aku tidak tau jika Jimmy akan bertunangan." Jawab Kenzie.
"Sejak kamu dekat dengannya, sejak kamu menerima cintanya. Aku memang tidak suka! Aku tau dia menjadikanmu taruhan. Tapi aku rasa itu akan percuma jika aku jelaskan ke kamu. Rasa cinta kamu terlalu besar Ri." Lanjutnya.
"Kamu mengenal gadis itu?" Tanya Yuri.
"Ya, dia ~" Jawab Kenzie. Yuri dan Kenzie menatap pintu yang terbuka.
"Ups, sorry kalau sudah ganggu kalian." Ucap Marsha memotong pembicaraan mereka.
Yuri meminta Marsha untuk tetap di Rooftop. Yuri membantu mengobati tangan Kenzie dan wajahnya yang terluka karena perlawanan dari Jimmy.
Kenzie dan Yuri saling menceritakan kejadian tadi, dengan sudut yang berbeda. Marsha mengerti bagaimana perasaan Yuri. Dia tidak ingin sahabatnya terus bersedih.
Kenzie juga tidak suka ada seseorang yang menyakiti perasaan Yuri. Ia selalu kesal setiap ada orang yang menyakiti Yuri. Apalagi saat Yuri di hujat satu sekolah karena ulah kakak kelas mereka. Itu alasan mengapa Kenzie ikut mencari kebenaran.
Kenzie juga menceritakan bagaimana ia bisa mengenal Prisa. Mereka memang satu sekolah SMP. Tidak ada yang tidak mengenal sang primadona sekolah. Ia juga tahu kisah Prisa yang dilarang untuk berteman dengan lawan jenis. Sekolah mereka juga memiliki beberapa ruang yang kosong. Kenzie dan Prisa menjadikan ruangan tersebut sebagai markas mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
golddiamond
Jimmy kayak nama adek aku Thor hehehehe
2022-12-25
1