Ep 20

Kenzie setiap hari selalu datang ke rumah Yuri. Ia juga suka mengantar dan menjemput Yuri setiap latihan ekskul. Sambil menunggu, Kenzie juga suka bermain PlayStation dengan Keenan adik Yuri.

"Kak, kakak suka sama Kak Yuri ya?" Tanya Keenan sambil terus memainkan stik.

"Ya." Jawab singkat Kenzie dengan santainya.

"Serius kak?" Keenan seketika menghentikan permainannya.

"Kakak bercanda kan?" Tanya Keenan.

"Kenapa di pause?" Kenzie berbalik nanya.

"Kak, aku serius nanya!" Keenan merasa informasinya nanggung.

"Sudah waktunya jemput Yuri. Kakak tinggal dulu ya, Bye." Kenzie mengambil jaket dan kunci mobilnya.

Yuri sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Ia sedang ngobrol berdua dengan Jimmy. Ada rasa cemburu dan kesal melihat Yuri bersama Jimmy.

"Ri, maafin aku ya." Pinta Jimmy.

"Aku gak bisa bohongin perasaan aku Ri. Aku masih sayang sama kamu. Aku masih cinta sama kamu." Kenzie meraih kedua tangan Yuri.

"Kak, sadar Kak!" Yuri menampar wajah Jimmy.

"Kakak tuh seharusnya mencintai tunangan kakak. Ingat Kak! Kakak tuh sudah punya Prisa!" Lanjutnya.

"Aku gak mencintai Prisa Ri! Aku hanya mencintai kamu. Aku sayang sama kamu. Kami hanya di jodohkan oleh orang tua kami." Jawab Jimmy.

"Bertunangan belum tentu berakhir ke pelaminan kan? Kalau kamu mau nerima aku, aku bakal memutuskan hubungan pertunanganku dengan Prisa." Lanjutnya.

Yuri semakin kesal dengan Jimmy. Orang yang ia sayang dulu, sudah menjadi orang yang ia benci. Terutama setiap ia mengingat bahwa dirinya pernah menjadi bahan taruhan oleh orang yang ia cinta.

Yuri kembali menampar Jimmy di tempat yang berbeda. Jimmy meraih tangan Yuri dengan kasar. Yuri memberontak, hanya saja genggaman Jimmy lebih kuat tenaganya.

"Lepas Kak! Mau gimanapun, aku tetap gak bisa nerima Kakak lagi." Air mata Yuri jatuh. Yang ia rasakan kini hanya sakit hati yang semakin perih.

Kenzie melajukan mobilnya mendekati Yuri. Ia melihat Yuri menangis. Kenzie turun dari mobilnya dan memukul Jimmy.

"Apa yang udah kamu lakukan ke Yuri?" Tanya Kenzie bersamaan pukulan yang tepat mendarat di pipi Jimmy.

"Masih berani kamu buat Yuri nangis?!" Kenzie kembali memukulnya.

"Ken! Sudah Ken! Hentikan!" Yuri menahan tangan Kenzie.

Kenzie berdiri dan mundur menjaga jarak dengan Jimmy. Kenzie mengelap darah yang keluar akibat luka yang ada di pipinya, karena perlawanan dari Jimmy.

"Sekali lagi kamu mendekati Yuri dan membuatnya nangis, aku pastikan kamu akan menyesal!" Seru Kenzie.

Kenzie membawa Yuri masuk ke dalam mobilnya. Yuri masih menangis di dalam mobil. Kenzie gelisah dan beberapa kali ia terus melihat ke Yuri.

Ia merasa tak tenang, Kenzie pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Kenzie menatap Yuri yang masih menangis.

"Kenapa hati ini masih terasa sakit sekali?" Ucap Yuri.

"Ri." Kenzie menatap Yuri.

"Aku terlalu bodoh sudah mencintai orang seperti dia. Aku sangat-sangat bodoh!" Yuri memijat jemarinya.

"Kamu gak bodoh Ri! Kamu sangat berharga! Dia yang bodoh sudah mempermainkan cinta kamu." Jawab Kenzie.

Kenzie memeluk Yuri agar dirinya lebih tenang. Ia menepuk-nepuk pundak Yuri dan mengucapkan "kamu sabar ya Ri, masih banyak cowok di luar sana yang sedang menunggu kamu Ri".

Setengah jam mereka berhenti, Yuri pun sudah mulai tenang dan berhenti menangis. Kenzie membasuh air mata yang turun dan membasahi kedua pipi Yuri.

"Terima kasih ya Ken. Cuma kamu yang selalu siap menghapus air mata aku sejak kecil. Walau terkadang aku menangis karena kamu." Tutur Yuri. Kenzie tertawa mendengarnya.

"Kini, aku gak akan membuatmu menangis lagi Ri. Aku akan selalu membuat kamu bahagia berada di sampingku." Ucap Kenzie dalam hati.

Wajah Yuri tak lagi terlihat habis menangis. Sampai di rumah, ia langsung berpamitan untuk pulang. Mengingat Keenan yang masih menunggu jawaban kepastian dari Kenzie.

Begitu buka pintu, Yuri langsung di sambut adiknya. Ia menghiraukan sang adik yang celingak-celinguk melihat ke luar rumah.

"Kak, Kak Kenzie mana?" Tanya Keenan.

"Kok Kakak sendiri?" Tanyanya lagi.

"Kak, kok gak sama Kak Kenzie?" Belum mendapat jawaban dari kakaknya, Keenan berulang kali nanya.

"Kak, ih Kakak mah. Kok Kak Kenzie gak ada?" Keenan menghalangi Yuri untuk naik ke tangga.

*Apa sih dek? Kakak capek tau habis latihan." Jawab Yuri.

"Iya kan Kakak tinggal jawab doang." Kata Keenan.

"Kalau kamu gak lihat Kenzie, ya berarti dia udah pulanglah. Dia bosan main sama kamu kali." Balas Yuri.

"Emang ada apa sih? Lagi juga udah sore." Tanya Yuri.

"Biasa masalah pria. Wanita gak akan kuat mendengarnya." Jawab Keenan sambil berlalu pergi.

Yuri heran dengan adiknya. Tapi ia tetap ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Bayangan saat Kenzie datang menghampiri dia di saat menghadapi Jimmy dan saat Kenzie menghapus air matanya. Bayangan yang ia lalui bersama Kenzie ikut terlintas.

Hatinya seakan terobati. Tanpa ia sadari, Yuri tersenyum membayangkannya. Hatinya yang terasa sakit sudah tak ia rasakan lagi setelah membayangkan Kenzie.

Hani memanggil anak-anaknya untuk makan malam. Mereka berkumpul di meja makan. Selesai makan mereka berkumpul di depan TV sebelum kembali ke kamar masing-masing.

"Pa, mama boleh jalan-jalan gak?" Tanya Hani.

"Mau kemana Ma?" Tanya Indra.

"Gak jauh kok Pa. Masih dekat lah dari sini." Jawab Hani.

"Ke CP Mall? Atau mau ke Nihil Mart? Atau ke Indo Juni?" Tanya Indra.

"Gak kesitu juga Pa." Hani memijat lengan suaminya.

"Loh, kan yang dekat rumah itu aja Ma." Indra bingung dengan maksud istrinya.

"Mama gak minta uang jajan deh ke Papa. Mama ada tabungan sendiri." Kata Hani.

"Iya kemana Ma?" Tanya Indra.

"Mama ribet deh, tinggal to the poin aja sih sama Papa." Sahut Yuri.

"Tau nih Mama. Papa bingung jadinya." Sambung Indra.

"Mama di undang Naomi Pa. Itu loh, ibu dari temannya Yuri." Yuri merasa terpanggil.

"Oh, yaudah pergi aja." Indra memberi izin pada istrinya.

"Tapi,," Hani menampilkan giginya.

"Kenapa? Yaudah kalau gitu gak jadi papa izinkan." Indra kembali fokus ke layar ponselnya.

"Tapi Mama perginya ke Singapura." Indra dan kedua anaknya seketika menatap Hani.

"Mama!" Kedua anaknya dan suaminya dengan kompak terkejut.

"Itu mah jauh Ma. Papa mana sanggup jauh dari Mama." Ucap Indra.

"Ish, lebai deh Papa." Protes Yuri.

Hani terus membujuk suaminya agar dapat izin. Segala cara ia coba, sampai akhirnya Indra mengizinkan Hani.

"Papa izinkan. tapi,," Indra berhenti.

"Boleh ya Pa. Papa kalau mau ikut boleh kok. Katanya suaminya Naomi punya bisnis besar disana. Siapa tau Papa bisa kerja di perusahaannya." Hani membujuk lagi.

"Iya boleh, tapi Mama saja yang pergi." Kata Indra.

"Yes, Terimakasih suamiku yang tampan." Memuji suaminya.

"Memang kapan perginya?" Tanya Indra.

"Besok Pa." Jawab Hani.

"Astaga Mama! Mana bisa beli tiket pesawat mendadak Ma?" Indra kaget.

"Katanya sih kita sudah di siapkan pesawat pribadinya Pa." Hani menjelaskannya.

"Oke." Jawab singkat Indra.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!