Pulang sekolah, Yuri tidak langsung pulang. Ia menunggu sekolah sepi agar tidak menjadi bahan bully.
Di pikirannya hanya ada dua orang yang terlibat dalam hal ini. Febby dan Jessy, kemungkinan mereka yang sudah menjebak Yuri.
Tak hanya Marsha, teman-teman Teaternya juga mengatakan bahwa toilet yang di masuki olehnya sudah ada peringatan bahwa toilet tersebut rusak dan dalam masa perbaikan.
"Dor." Joshua mengejutkan Yuri.
"Kalau jalan lihat ke depan dong." Ucap Joshua.
"Kok pulangnya sore banget? Perasaan tadi Lily sama Gerry sudah pulang duluan." Lanjutnya.
"Gak apa-apa kak." Yuri menghela nafas panjangnya.
"Kamu pulangnya ke arah mana?" Tanya Joshua.
"Ke arah sana Kak." Jawab Yuri.
"Pas banget! Aku juga balik arah sana. Gimana kalau kita bareng?" Ajak Joshua.
Awalnya, Yuri menolak ajakan Joshua. Tapi, Joshua terus mengajaknya bareng. Yuri pun pulang bareng Joshua.
Sepanjang perjalanan, ada aja perilaku Joshua yang membuatnya tertawa. Bahkan ia lupa akan kesalnya pada Jessy, Febby dan Lola.
"Kak, kakak gak ikutan seperti mereka?" Tanya Yuri.
"Seperti apa? Apa aku harus seperti orang lain agar bisa mendapatkan perhatian kamu?" Tanya Joshua.
"Apa sih Kak?" Yuri berbalik tanya. Yuri menyikut lengan Joshua.
Sampai di depan perumahan, Yuri berdiri untuk menghentikan laju mobil umum yang mereka naiki.
"Kak, aku duluan ya." Ucap Yuri sambil berjalan turun dari mobil.
Joshua masih tetap mengikuti Yuri. Ia ikut turun dari mobil umum. Namun saat ia turun, mobil nya malah jalan. Membuat Joshua hilang keseimbangan dan jatuh tepat di hadapan Yuri.
Tangan kiri merangkul tubuh Yuri dan tangan kanannya menahan agar tidak jatuh menyentuh daratan.
"Maaf." Ucap Joshua.
"Kakak kenapa turun?" Tanya Yuri dengan gugup.
"Aku ingin memastikan kalau kamu sampai rumah dengan selamat." Jawab Joshua.
"Itu rumahku, kakak hati-hati dijalan ya." Tutur Yuri.
"Yuri, tunggu!" Joshua menahan Yuri dengan memegang tangannya.
"Ada apa kak?" Tanya Yuri.
"Aku suka sama kamu. Mau gak kamu jadi pacar aku." Joshua menarik Yuri ke pelukannya.
"Maaf kak, aku gak bisa." Yuri mendorong Joshua agar terlepas dari pelukannya.
***
Di markas mereka, Jimmy sedang asik memetik gitar menjadi sebuah alunan nada. Sedangkan Joshua hanya meminum minuman bersoda yang ia ambil dari dalam kulkas.
"Gimana? Kamu udah dapat jawaban dari dia?" Tanya Joshua.
"Kenapa? Kamu di tolak?" Tepat sekali tebakan Jimmy.
"Hahahaha, udah aku bilang. Aku pasti yang akan memenangkan taruhan ini." Lanjut Jimmy.
"Yes, mana sini barangnya?" Tanya Jimmy.
"Hahaha, gak semudah itu bung!" Balas Joshua.
"Kamu harus berpacaran dengannya selama sebulan." Lanjutnya.
"Kamu sudah gila? Minggu depan saja Nindi sudah balik." Jawab Jimmy.
"Gak mau ya sudah, lumayan." Joshua menarik kembali benda yang ada di tangannya.
"Oke, tapi jangan sampai Nindi tahu ini semua ya!" Pinta Jimmy.
"Aku gak janji ya dengan hal itu." Jawab Joshua.
Jimmy pun keluar dari markasnya. Ia berjalan menuju kelas Yuri. Sampai di kelas Yuri, Jimmy langsung menarik kursi terdekat agar bisa duduk di samping Yuri.
"Yay, makan apa tuh? Suapin dong." Pinta Jimmy.
Yay, adalah panggilan sayang mereka berdua. Jimmy yang membuatkan sebutan untuk mereka agar terkesan romantis.
"Nasi goreng, mamaku yang masak ini. Kalau aku gak bisa masak." Jawab Yuri.
"Enak banget Yay, coba aja aku bisa makan siang seperti ini setiap hari." Jimmy menatap nasi goreng yang ada di kotak bekal Yuri.
Kenzie yang kesal dengan kehadiran Jimmy, Kenzie kembali menggebrak meja dengan buku yang ia baca. Lalu, ia pergi keluar.
Kenzie tak kalah tampannya dengan Jimmy. Ia juga menjadi pusat perhatian dari teman seangkatannya maupun dari kakak kelas. Yang berbeda, Kenzie tidak pernah membalas sapaan para cewek-cewek di sekolahnya.
Pulang sekolah, Kenzie sudah berada di gerbang sekolah menunggu Yuri. Sambil menunggu, Kenzie sibuk dengan ponselnya.
"Oke, tolong awasi gerak-geriknya." Ucap Kenzie dengan orang yang ada di balik ponsel tersebut.
Begitu melihat Yuri, Kenzie bersiap untuk berangkat. Yuri malah melewati Kenzie dari depannya.
"Eh, tunggu! Buru-buru banget sih." Ucap Kenzie. Menarik tangan Yuri.
"Mau kemana sih buru-buru banget." Tanya Kenzie.
"Aku mau balik ke tempat kemarin." Yuri melepaskan tangan Kenzie.
"Tunggu, Ri!" Kenzie mendorong motornya yang belum menyala.
Begitu motornya menyala, Yuri sudah lebih dulu di hampiri oleh Jimmy. Kenzie cukup terdiam melihat Yuri dan Jimmy tepat di hadapannya.
"Yay, kamu mau pulang? Aku antar yuk." Ajak Jimmy dan dengan cepat Yuri duduk di belakang Jimmy.
Kenzie menyaksikan Yuri memeluk Jimmy. Ia baru teringat bahwa kini, Yuri dengan Jimmy sudah resmi berpacaran.
Ia kembali meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Tetap awasi ya Bro. Jangan sampai dia berani menyentuh." Ucap Kenzie.
Kenzie melajukan motornya dengan kencang. Ia mampir ke sebuah warung kopi yang jaraknya tak terlalu jauh dari sekolahnya.
Bukan tempat warung kopi biasa. Warung kopi tersebut sengaja Kenzie buat untuk di jadikan markasnya. Kenzie meminta modal pada ayahnya untuk membangun warung kopi tersebut.
Tak hanya warung kopi, di dalamnya ada ruangan khusus untuk Kenzie dan teman-temannya, juga ada satu kamar milik Kenzie.
"Bro, gimana?" Tanya Kenzie menyapa temannya.
"Kamu tuh masih suka sama dia ya? Udahlah, cari yang baru aja." Jawab temannya.
"Gimana dia?" Kenzie kembali bertanya.
"Iya, iya. Lapor bos, aku rasa dia bukan cowok baik deh." Jawab temannya.
"Kamu ikuti terus ya dia. Aku gak ingin dia kenapa-napa." Kata Kenzie.
"Bro, ini tuh udah empat tahun kamu suka sama dia. Tapi apa bro? Belum juga kamu utarakan perasaanmu. Bukannya di sekolah kamu banyak cewek cantik ya?" Tutur temannya.
"Gak ada yang seperti dia dan hanya dia yang cantik di seluruh dunia ini Lang!" Balas Kenzie.
Iya, Gilang adalah sahabat Kenzie sejak ia masuk SMP. Tak hanya Gilang, Rama, Jimmi, Della dan juga Monik adalah sahabat Kenzie sejak SMP.
"Ada apa sih kalian?" Tanya Jimmi dengan nadanya yang kemayu.
"Berisik kamu!" Teriak Kenzie.
"Jim, sepertinya kamu jangan kesini dulu deh." Ucap Gilang.
"Ih kenapa sih? Emangnya aku salah apa sih?" Tanya Jimmi.
"Udah diam saja dulu." Jimmi kembali dia dan menjaga jarak dengan Kenzie.
"Woi Bro, baru datang kamu Jim?" Tanya Monik.
"Ngapa pada serius banget itu dua orang?" Tanya Monik.
Kenzie dengan Gilang masih merencanakan sesuatu. Ia berbicara sambil berbisik bisik dan yang lainnya masih sibuk dengan bermain PlayStation.
"Ada apa sih? Ada apa?" Tanya Della penasaran.
"Biasa Del, si Kenzie." Jawab Gilang.
"Masih cewek itu lagi? Udah sih Ken, cari yang lain aja." Sambung Della.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments