Hari semakin berlalu, Yuri semakin memiliki banyak teman dari ekskul teaternya. Hari perlombaan pun semakin dekat. Yuri sudah mulai menguasai naskahnya.
Yuri bersama anggota ekskul Teater, mulai mendatangi kelas-kelas untuk meminta dukungannya dan mengajak mereka untuk menonton penampilan mereka.
Saat memasuki kelas lain dan kelasnya, Yuri masih terasa santai. Tapi, begitu ia sampai di depan kelas orang yang ia kagumi, jantungnya berdebar sangat kencang. bahkan ia tak mampu menggerakkan kakinya untuk masuk ke dalam kelas.
"Hem, tunggu sebentar ya." Ucap salah satu anggota ekskul Teater.
"Yuri, ayo sini masuk!" Ketua teater menarik Yuri untuk masuk ke kelas Jimmy.
Selama di dalam kelasnya Yuri hanya bisa menundukkan kepalanya. Jangankan menatap Jimmy, mengangkat kepalanya untuk mencari dimana ia duduk saja Yuri tidak berani.
Setelah berkeliling, Kini Yuri berada di kelasnya. Berhubung Yuri perwakilan dari kelasnya, ketua Teater meminta Yuri untuk menyampaikan penampilan mereka.
Kenzie terus menatap Yuri sambil senyum-senyum untuk membuat Yuri gugup. Tapi ternyata salah, kini Yuri sudah berani tampil di depan kelasnya. Bahkan ia berani menatap teman-teman di kelasnya.
"Yuri pasti perannya jadi pohon ya? Atau jadi batu?" Celetuk Kenzie usai mendengar penjelasan dari Yuri.
"Yang pasti Yuri berperan aktif dalam drama ini. Makanya ayo dong, kaliankan teman sekelasnya nih. Wajib ya nonton penampilan kami. Penasaran kan Yuri berperan sebagai apa? Makanya jangan lupa beli tiketnya ya." Jawab ketua teater.
Sebelum keluar dari kelasnya, Yuri sempat memeletkan lidahnya untuk meledek Kenzie. Kenzie berpura-pura untuk tidak melihat Yuri. Dalam umpatnya, Kenzie tersenyum manis.
Cukup mereka mengunjungi setiap kelas, kini Yuri kembali ke kelasnya. Ia tersenyum pada teman sebangkunya "Marsha".
"Ri, kamu jadi apa sih?" Tanya Marsha.
"Ini, tiket spesial untuk kamu." Yuri memberikan tiket drama.
"Wah, ada dua?" Tanya Marsha.
"Iya, berhubung acaranya malam Minggu, jadi bisa sambil pacaran." Jawab Yuri.
"Huhu, aku kan baru putus Ri." Marsha memeluk Yuri.
Yuri membalas pelukan Marsha. Tanpa mereka sadari, tatapan mata Pak Sutra tajam menatap Yuri dan Marsha.
"Hem." Pak Sutra berdehem. Kenzie mendorong-dorong kursi Yuri.
"Sudah pelukannya? Sudah curhatnya? Kalau kurang, kalian bisa gantikan saya di depan sini." Yuri dan Marsha kembali terdiam dan menundukkan kepalanya.
Jam pulang sekolah tiba, Marsha masih menemani Yuri sampai Yuri mulai ekskulnya. Sambil menunggu, mereka menyalakan musik kesukaan mereka.
"Ah gila, aku suka banget nih pas bagian ini." Ucap Yuri.
Na~ Na~ Na~
Yuri bersenandung menyanyikan bagian reff nya. Marsha terkejut mendengar suara Yuri saat bernyanyi.
"Wow, suara kamu bangus banget Ri!" Sanjung Marsha.
"Ri, Kak Jimmy lewat tuh." Bisik Marsha.
"Dia kesini Ri!" Jantung Yuri semakin berdetak kencang.
Jimmy dengan kedua temannya masuk ke kelas Yuri. Dengan senyuman manisnya Jimmy menghampiri Yuri.
"Aku dengar tadi ada yang sedang nyanyi ya?" Tanya Jimmy. Wajah Yuri semakin memerah.
"Tadi bagus loh suaranya. Kebetulan, kita sedang mencari vokalis perempuan." Lanjutnya.
Yuri masih tidak berani untuk menatap Jimmy. Ia masih tetap menunduk dan tak berani mengangkat wajahnya. Sementara Marsha hanya diam melihat temannya seperti itu.
"Ah iya Ri, sepertinya sudah mulai tuh ekskul kamu. Aku juga harus pulang." Sahut Marsha.
"Maaf Kak, kami duluan ya!" Marsha menarik tangan Yuri untuk keluar menjauh.
Sampai di bawah tangga, Marsha berhenti dan melepas genggamannya. Marsha tertawa melihat Yuri yang masih terdiam.
"Udah kali Ri, ya ampun kamu lucu banget sih. Sampai gak berani natap dia gitu. Kalau orang yang gak tahu pasti mengira kamu sedang di bully." Lanjut Marsha.
"Aku malu Sha, aku gak tau kenapa seperti ini." Jawab Yuri.
"Gimana dia mau tau perasaan kamu, kalau kamu diam begini? Keburu Jessy yang dapati dia." Marsha menyenggol Yuri.
Yuri kembali memikirkan dirinya. Benar juga, saat ini ia harus bersaing dengan teman sekelasnya yang bernama Jessy.
Bagaimanapun, jika di bandingkan dengan Jessy, dia tidak ada apa-apanya. Istilahnya, lebih baik menyerah sebelum ke Medan perang daripada harus menyerah saat di Medan perang.
"Biarlah Sha, lagi juga kalau saingan aku Jessy sudah pasti kalah." Ucap Yuri.
Yuri mulai masuk ke ruang teater dan Marsha sudah pulang begitu Yuri mulai ekskul teaternya.
***
Hari yang di nanti para pemain drama, seluruh anggota teater yang terlibat sudah siap untuk tampil.
Yuri kembali tidak percaya diri. Ia memang demam panggung. Tapi, demi dapat di perhatikan oleh Kakak kelasnya, Yuri masuk ke ekskul Teater dan ikut berperan aktif.
Di belakang panggung Yuri mulai menenangkan pikirannya. Tangannya mulai berkeringat dingin.
"Semangat Yuri!" Ucap ketua teater yang tidak ikut berperan.
"Kamu gak lupakan? Tarik napas, keluarkan perlahan. Lakukan itu terus ya Ri, jangan khawatir, semua akan berjalan dengan lancar." Ketua OSIS tersebut memberi semangat untuk Yuri.
Waktu sudah mendekati waktunya mereka tampil. Penonton sudah mulai ramai, para juri juga sudah berada di tempat mereka.
Yuri dengan yang lainnya mulai memasuki panggung. Mereka mulai menempati posisi mereka masing-masing. Berhubung kali ini adalah drama musikal yang mereka tampilkan. Jadi tidak langsung masuk semua.
Yuri mulai menjalani aksinya berdendang sambil bersenandung. Begitu juga dengan yang lain secara bergantian.
Penampilan mereka pun telah usai. Banyak yang memberikan tepuk tangan. Bahkan beberapa juri juga memberikan tepuk tangan.
Di belakang panggung Yuri masih tidak menyangka dengan dirinya yang sudah mulai ia kuasai.
Yuri dan yang lain langsung berganti pakaian dan langsung pulang. Ternyata Marsha sudah menunggunya di luar. Yuri menghampiri Marsha yang sedang berdiri menunggu dirinya.
"Yuri!" Teriak Marsha.
"Kamu keren banget tadi, suara kamu bagus gak kalah dengan yang lain." Lanjutnya memuji Yuri.
"Kamu kesini sama siapa?" Tanya Yuri. Marsha mencari-cari sosok yang bersamanya.
"Ah itu dia, Ken!" Teriak Marsha.
"Kenzie?" Tanya Yuri.
Yuri mulai kesal melihat Kenzie. Sedangkan Kenzie seakan ia tidak melihat wajah kesal Yuri.
"Kirain kamu bakal jadi pohon atau batu gitu." Sahut Kenzie yang berada di sampingnya.
**Flashback**
Kenzie menunggu Marsha di depan gerbang sekolah. Beruntungnya Marsha sedang tidak bersama dengan Yuri. Ia langsung keluar dari mobilnya dan mencegat tepat di depan Marsha. Seketika Marsha menekan remnya.
"Kenzie?! Apaan sih kamu? Untung gak ketabrak." Marsha terkejut dengan munculnya Kenzie secara tiba-tiba.
"Sha, aku boleh bagi satu tiketnya gak?" Tanya Kenzie. Marsha diam tak menjawab.
"Aku bayar tiga kali lipat." Kenzie mengeluarkan uang yang ada di dompetnya.
"Boleh, kamu pasti mau lihat Yuri ya?" jawab Marsha
Kenzie terdiam sesaat sambil tersenyum. Marsha di buat bingung dengan Kenzie yang tiba-tiba tersenyum sendiri.
"Ih, ngapain juga. Aku mau lihat gebetan aku yang juga ikut ekskul Teater." Kenzie membantah Marsha. Kebalikan dengan Kenzie, kini Marsha yang tiba-tiba tersenyum sendiri.
Marsha mengambil tiketnya di dalam tas dan memberinya satu tiket untuk Kenzie dengan harga tiga kali lipat.
**Flashback Off**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments