Ep 18

Pulang sekolah, Kenzie mampir ke rumah Yuri untuk belajar bareng. Yuri kembali tidak fokus belajarnya. Ia tidak mendengarkan penjelasan dari Kenzie.

"Aku lihat semuanya tadi." Ucapan Kenzie yang mengagetkan Yuri.

"Ma~maksud kamu?" Yuri khawatir Kenzie mengetahui kejadian tadi di kelas.

"Iya, aku lihat semuanya." Jawab Kenzie.

"Oh, a~aku,," Yuri bingung bagaimana menjelaskannya.

"Ya udahlah, lagi juga Bu Wulan gak tau kalau kamu buat contekan." Jawab Kenzie.

"Oh, ah i~iya kamu jangan bilang ke Mama ku ya.," Kata Yuri.

Yuri merasa aman jika yang di maksud Kenzie bukanlah kejadian dia saat berada di kelas bersama Jimmy.

"Jadi sekarang! Belajar yang serius!" Meninggikan suaranya.

"Iya, iya Ken." Yuri menghela nafasnya.

***

Ujian kenaikan telah selesai. Marsha dan Yuri langsung naik ke atas rooftop usai melaksanakan ujian di hari terakhir.

"Ri, kayaknya ada yang beda deh sama kamu. Kamu ada masalah? Cerita aja." Ungkap Marsha.

"Gak ada apa-apa kok." Jawab Yuri.

"Kamu sudah beli minuman? Aku beli dulu ya ke kantin." Yuri mencari alasan.

"Kevin sama Kenzie sudah aku suruh untuk beli makanan sama minuman." Jawab Marsha.

"Ri, aku memang teman baru kamu. Jadi, kalau kamu gak mau cerita juga gak apa-apa kok." Lanjutnya.

Yuri kembali menangis. Ia memeluk Marsha tiba-tiba. Mendapat pelukan dari Yuri, Marsha menepuk pundaknya dan menenangkan Yuri.

"Kenapa Ri?" Tanya Marsha.

"Gimana aku bisa move on Sha. Di saat aku sudah melupakannya dia datang." Kata Yuri.

"Datang gimana sih? Kita kan emang satu sekolah. Ya, masalah dia di tempatkan di sebelah kamu kan itu udah guru yang atur." Jawab Marsha.

"Waktu itu, dia tiba-tiba meluk aku Sha. Dia juga cium bibir aku Sha." Jelas Yuri.

"Apa? Beraninya dia kayak gitu ke kamu Ri?" Tanya Marsha.

"Sakit hati aku Sha. Aku gak bisa percaya sama kata-katanya. Aku sudah terlanjut kecewa Sha." Yuri menuturkan bahwa dirinya kecewa dengan Jimmy.

Setiap Jimmy mengatakan cinta, dia tak bisa lagi untuk percaya. Baginya itu suatu yang menyakitkan hati. Semakin berulang kali Jimmy mengatakannya. Maka, semakin sakit perasaan Yuri.

"Emang cowok ya! Udah punya pasangan masih aja gatel." Marsha malah kesal mendengarnya.

"Terus gimana lagi Ri?" Tanya Marsha.

"Dia meluk aku kencang Sha. Dia terus bilang cinta ke aku. Nah, pas aku dorong dia malah narik aku dan Cium aku." Yuri kembali menjelaskannya lagi.

Marsha menenangkan Yuri hingga ia berhenti menangis. Segala cara ia lakukan agar sahabatnya berhenti menangis.

Tak lama, Kenzie dan Kevin sampai dengan membawa berbagai macam Snack dan minuman dingin.

Mata Yuri masih terlihat sembab. Kenzie memberi kode pada Marsha. Marsha mengajak Kenzie ke sudut rooftop.

"Kenapa dia Sha?" Tanya Kenzie.

"Ulah dia lagi?" Tanyanya lagi.

"Begitulah." Jawab Marsha.

"Ken, kalau kamu memang suka sama dia, mending katakan sekarang." Lanjutnya.

"Gak semudah itu Sha. Kalau mengatakannya semudah itu mungkin aku sudah bersamanya sejak lama." Jawab Kenzie.

"Tadi Yuri cerita, waktu hari pertama ujian, Jimmy menahannya. Dia mencium dan memeluk Yuri." Marsha menatap Kenzie.

"Aku melihatnya dan itu sangat menyakitkan." Kenzie memalingkan wajahnya ke tengah lapangan.

"Bodoh! Kenapa tidak kamu tarik langsung Yuri keluar?" Tanya Marsha.

"Sha! Aku gak sanggup melangkah Sha. Aku tau di hati Yuri masih ada dia. Aku tau Yuri masih sayang sama dia. Kalaupun aku langsung menariknya saat itu, Yuri pasti malu dan menjaga jarak dengan aku Sha!" Jelas Kenzie.

Percakapan Marsha dan Kenzie lumayan lama. Selesai Kenzie mencurahkan perasaannya, mereka kembali berkumpul.

Saat Marsha dan Kenzie memisah, Kevin berusaha menghibur Yuri. Ia berhasil membuat Yuri tertawa.

Hari sudah menjelang sore. Tiba-tiba ponsel Kenzie berdering. Wajahnya tampak serius. Sebelum mematikan ponselnya, ia mengungkapkan bahwa ia akan mengantar Yuri terlebih dahulu.

"Aku harus pergi sekarang. Kamu mau disini saja atau mau aku antar?" Tanya Kenzie.

"Aku mau pulang saja." Jawab Yuri sambil tersenyum.

Kenzie mengantar Yuri terlebih dahulu. Yuri turun di depan rumahnya. Kenzie langsung pamit pada Yuri. Baru saja ingin jalan, Yuri menarik tangan Kenzie.

"Tunggu! Aku ikut!" Pinta Yuri.

"Ikut?" Tanya Kenzie.

"Iya, aku ikut kamu." Jawab Yuri.

"Bu~buat apa? Katanya mau pulang." Kenzie nampak terkejut.

"Jadi gak boleh? Baiklah." Yuri memasang wajah murungnya.

"Ya, naiklah." Kenzie pasrah.

Kenzie mengajak Yuri ke warung kopi. Tertulis nama 'Yukke warkop' di depan warung kopi Kenzie. Disana teman-teman Kenzie sudah berkumpul semua.

"Mana Gilang?" Tanya Kenzie.

Gilang sedang menangis di dalam ruangan yang tertutup oleh dinding warung. Gilang di kelilingi oleh yang lain dan tertutup dengan mereka.

"Lang! Kamu kenapa Lang?!" Tanya Kenzie dengan penuh kekhawatiran.

"Ah kalian gak bisa minggir apa sih?" Kenzie tak bisa menerobos untuk melihat Gilang.

"Surprise!" Ucap Della dan Monik secara bersamaan. Mereka berdua keluar dari kamar dan membunyikan confetti.

Yang lainnya mulai berdiri dan terlihat Gilang sedang memegang Kue ulangtahun. Mereka menyanyikan lagu ulang tahun bersama.

Kenzie kesal sekaligus terharu. Ia tidak terpikirkan bahwa sahabatnya masih memberinya kejutan walau sudah tidak satu sekolah.

"Tadi kata Irsan kamu sudah tidak di sekolah. Makanya kita buat kejutannya disini." Kata Gilang.

"Ken, tiup lilinnya dulu dong." Pinta Monik.

Kenzie meniup lilinnya. Sebelum meminta permohonan ia memandangi Yuri terlebih dahulu. Lalu, ia menutup matanya.

Di lanjut acara potong kue. Della memberikan pisau pada Kenzie. Pisau yang telah di hias dengan pita berwarna biru. Warna kesukaan Kenzie.

"Ayo dong, bagiin kue nya. Aku udah gak sabar nih." Kata Monik.

"Ram, ambil kotak Ram. Persiapan buat naro kue pertama." Lanjutnya.

"Tahun ini mah, gak di simpan lagi Mon. Kasih langsung ke orangnya." Jawab Rama.

"Eh iya, gak sadar aku. Hahaha." Monik malu telah keceplosan.

"Tengok makanya!" Bisik Kenzie.

Pembagian kue di mulai. Kenzie memberi kuenya pada Yuri terlebih dahulu. Lalu di lanjut ke sahabatnya yang lain.

Mereka asik menikmati kue bersama. Minuman dingin dan Snack juga sudah tersedia. Tak lupa, Kenzie juga membagikannya ke kedua karyawannya.

Yuri masih merasa malu saat bersama dengan sahabat Kenzie. Berbeda dengan yang lainnya. Mereka asik mengobrol dan bercanda.

Mereka masih menggunakan seragam mereka masing-masing. Berbeda-beda tapi, masih tetap kompak.

"Jadi ini Ken wujud aslinya?" Tanya Monik.

"Eh Mon, sejak kapan coba Kenzie bawa orang lain?" Tanya Gilang.

"Eh, pernah loh. Sang Primadona itu." Sambung Della.

"Prisa?" Tanya Rama.

"Cowok mah hafal sama yang cantik." Sindir Della.

"Ini sih wujud aslinya, bukan si Prisa." Jawab Jimmi.

Kenzie menatap Yuri sambil tersenyum manis.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!