Ep 08

Hampir seminggu mereka berlatih setiap hari. Dengan waktu yang singkat mereka mampu menampilkan yang terbaik. Besok adalah hari yang menegangkan bagi mereka.

Yuri pulang lebih dulu sebelum kakak kelasnya. Memang sudah tidak ada lagi yang dia lakukan. Makanya ia memilih untuk pulang lebih dulu.

Gedung sekolah terlihat sepi sekali. Hanya ada beberapa ekskul yang masih aktif di sore hari.

Yuri menuruni anak tangga secara perlahan sambil memainkan ponselnya. Terkadang berhenti dan tersenyum. Lalu, melanjutkan lagi menuruni anak tangganya.

Ia berhenti di lantai dua. Ya, Febby dan kawanannya menghadang jalannya Yuri. Yuri menyembunyikan ponselnya. Namun sayangnya tangan mereka lebih cepat meraih ponsel Yuri.

"Nih Feb ponselnya." Ucap temannya Febby.

"Oh, jadi kamu gak hanya menggoda Jimmy saja ya? Kamu juga beraninya menggoda Jojo?" Febby masih mengotak-atik ponsel Yuri.

"Apa? Jojo? Kamu tuh ganjen banget sih! Jojo itu hanya milik aku! Beraninya kamu menggoda Jojo! Dasar cewek gak tahu diri! Dasar cewek murah an!" Lola mengguncang-guncangkan tubuh Yuri dan mendorongnya hingga terjatuh.

Hatinya terasa sakit dan sedih. Tapi ia tetap tegar, karena pada nyatanya ia tidak menggoda Joshua dan Jimmy. Ia mengepalkan tangannya.

Yuri berdiri dan dengan cepat ia mengambil ponselnya kembali dari tangan Febby. Ia juga mendorong Febby hingga terjatuh.

"Jangan kalian kira aku takut sama kalian. Kalian memang senior di sekolah!" Yuri melawan mereka. Bahkan ia juga membalas mendorong Lola.

"Kalian punya sopan santun gak? Sopan gak ngambil ponsel orang dan membongkar privasi orang?" Ucap Yuri.

Yuri pergi begitu ia mendapatkan ponselnya kembali. Dia tahu, siapa lawannya saat ini. Tapi dia gak bisa diam jika mereka lagi-lagi mengganggunya lebih dulu.

Ada kekhawatiran dalam hatinya. Tapi ada rasa menang ketika ia berani membalas perbuatan mereka.

***

Semua pemeran sudah berkumpul di ruang ganti. Yuri sudah siap dengan makeup nya. Tinggal menunggu giliran untuk berganti pakaian.

"Ri, giliran kamu ya. Kita nunggu di belakang panggung ya Ri. Nanti kamu langsung saja." Ucap Jihan.

"Aku nitip tas ya Kak." Kata Yuri sambil menyerahkan tasnya.

Usai berganti pakaian, Yuri pergi ke toilet. Setelah selesai buang air, tak lupa ia bercermin lebih dulu. Memastikan make-upnya tidak aman.

"Loh, ini kenapa ya?" Yuri mencoba mendorong pintu toiletnya.

Yuri mencoba sekuat tenaganya untuk membuka pintu kamar mandi. Namun tidak juga berhasil terbuka. Hingga empat jam ia terkunci di kamar mandi.

Yuri kembali ke ruang ganti tempat awal mereka berkumpul. Namun hanya ada tasnya saja yang terlihat. Ia mencoba melihat ke panggung, tapi bukanlah kelompoknya yang terlihat.

Ia khawatir dengan yang lainnya. Jantungnya berdetak tak karuan. Batinnya berkata "apa mereka gagal tampil karenaku ya? Lalu bagaimana dengan perlombaannya?".

Yuri membersihkan makeup nya dan berganti pakaian lagi. Ia melihat Marsha yang sedang menunggunya.

"Yuri!" Sapa Marsha.

"Kamu gak kenapa-napa kan?" Tanya Marsha.

"Kenapa memangnya Sha? Aku gak apa-apa kok." Jawab Yuri.

"Aku dengar, kalian gagal tampil karena kamu menghilang." Balas Marsha.

"Aku tadi terkunci di toilet Sha." Jelas Yuri.

"Toilet? Bukannya toiletnya sedang bermasalah?" Marsha heran.

"Entahlah, intinya mereka gagal tampil karena kamu menghilang." Marsha melanjutkan ceritanya.

Yuri menyesal, ia menyesal tidak membawa ponselnya, ia menyesal tidak mengikuti saran kakak kelasnya dan ia juga menyesal telah melawan kakak kelasnya.

Andai saja ia lebih bersabar sampai perlombaan ini selesai. Mungkin ia tidak akan terkunci di toilet.

"Kamu kenapa Ri?" Tanya Marsha.

"Aku yakin mereka kecewa sama aku." Ucap Yuri.

"Sudah yuk, kita pulang. Sudah mau malam." Ajak Marsha.

Yuri pulang dengan perasaan yang tidak menentu. Ia tidak siap untuk menghadapi hari esok. Pastinya mereka akan memarahi Yuri.

Namun ternyata, dugaan Yuri salah. Seluruh anggota Teater masih berdiam tak ada seorangpun yang menunjukkan amarahnya.

Bukan mereka yang kesal dengan Yuri. Melainkan seluruh murid SMA TBC School kesal dengan Yuri. Karenanya Teater sekolah mereka tidak menjadi pemenang dan bahkan mereka di diskualifikasi.

"Kak, maafin Yuri ya." Yuri mencoba menjelaskan permasalahannya.

"Kak, semuanya. Aku benar-benar gak sengaja melakukan hal ini. Aku mengaku aku salah. Aku mohon maaf atas kesalahan aku kemarin." Yuri terus memohon maaf ke semuanya.

Satu-persatu ia datangi dan memohon maaf. Sampai membuat Lily kesal dan berdiri. Begitu juga dengan Sena ketua ekskul Teater.

"Ri! Cukup Ri! Cukup!" Ucap Lily.

"Aku paham, kita semua paham. Berhenti untuk menyalahkan diri kamu sendiri." Lanjutnya.

"Menang atau kalah, itu sudah biasa Ri. Kita disini hanya ingin mencari tahu kondisi saat itu. Aku tahu pasti ada yang pembuat masalahnya." Sambung Sena selaku ketua Teater.

"Maaf Kak, kemarin pulang ekskul, aku di hadang oleh Kak Febby dan kawannya." Yuri menjelaskan kronologi kejadiannya.

"Ri, tapi kamu tidak apa-apa kan? Kamu baik-baik saja kan?" Ucap Gwen.

Mereka sudah hafal sekali dengan kelakuan Febby dan kawan-kawannya. Meski Yuri telah membuat mereka gagal tampil. Mereka tetap menahan emosi mereka. Walau Yuri tahu, pasti ada rasa kesal, marah dan lain sebagainya di hati mereka.

"Kak! Kakak-kakak disini semua berhenti seperti ini! Aku tahu Kak, aku paham kalian kesal kan? Marah kan? Gak apa-apa Kak. Marahi aku saja." Ucap Yuri.

Gwen memukul Yuri dengan kencang. Membuat yang lain terkejut dengan tindakan yang di lakukan Gwen.

"Ini yang kamu maksud? Ri, kita memang kesal, kita kecewa! Kecewa banget Ri! Tapi apa kita bisa menyalahkan kamu sepenuhnya?" Gwen menyebutkan satu-persatu sebab yang membuat mereka tidak bisa menyalahkan Yuri sepenuhnya.

"Mau kita marah atau gimanapun gak akan membuat kita kembali naik panggung dan memiliki kesempatan untuk menang. Jadi percuma Ri!" Lanjutnya.

"Sekarang? Semua sudah terjadi, mau gimanapun kita gak akan bisa tampil lagi." Sambung Jihan.

"Aku akan membuat kita tetap tampil dan memenangkan lomba kali ini!" Dengan tekadnya, Yuri mengucapkan hal itu.

Ruang Teater semakin memanas. Sampai akhirnya Yuri keluar dari ruangan tersebut membawa tasnya.

Tak di sangka serangan dari murid-murid begitu hebat. Tak hanya kata-kata yang mereka lontarkan pada Yuri. Bahkan ia harus bersabar belajar dengan pakaian yang basah dan lusuh.

"Sini ikut aku!" Kenzie menarik Yuri.

"Aku jijik melihat seragammu yang kotor. Gantilah ini dan buang seragam busukmu itu." Ucap Kenzie.

Mereka berada di ruang perpustakaan. Kenzie, sudah menyiapkan pakaian seragam untuk Yuri. Yuri sedikit ragu untuk menerima bantuan dari Kenzie. Tapi ia juga tidak betah dengan seragam kotornya itu.

Yuri mengambil seragamnya dan menggantinya di toilet. Walau terlihat kebesaran, setidaknya seragamnya sudah membuatnya lebih nyaman.

"Terimakasih ya Ken." Ucap Yuri.

"Sudah? Kalau sudah kamu buang tuh seragam itu dan ganti dengan yang ini." Balas Kenzie. Kenzie kembali ke kelasnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!