Sampai di tempat lokasi, Yuri langsung menuju ke pos. Ia yakin di gedung tersebut pasti terpasang CCTV.
"Kamu ngapain kesini Yay?" Tanya Jimmy.
"Aku mau cari tahu kenapa aku bisa terkunci di toilet." Jawab Yuri
"Yay, kamu mau cari tahu dari mana?" Tanya Jimmy.
Yuri tidak menanggapi Jimmy. Ia terus berjalan mencari security atau Office Girl yang saat itu membukakan pintu untuknya.
Dengan bantuan arahan dari security, Yuri menemukan ruang CCTV. Ia menceritakan situasi saat itu. Namun, mereka tetap tidak mengizinkan Yuri. Yuri kekeh memohon ke mereka.
"Ri, ayolah. Mereka sudah mengatakan tidak bisa." Kata Jimmy sambil menarik lengan Yuri.
"Yay, aku yakin pasti ada yang gak beres. Aku butuh hasil rekamannya untuk aku perlihatkan ke juri." Jawab Yuri.
"Gak semudah itu Ri. Memang kamu kira dengan hasil rekaman tersebut kamu bisa balik tampil?" Tanya Jimmy.
"Aku yakin bisa Yay. Aku gak mau karena aku mereka jadi menanggung akibatnya juga." Jawab Yuri.
Yuri kembali memohon hingga akhirnya mereka di keluarkan secara paksa dari gedung tersebut.
"Kamu lihat kan Ri? Gara-gara kamu kita di usir seperti ini." Jimmy merasa malu.
"Aku akan mengantarmu pulang!" Dengan nada kesal, Jimmy mengajak Yuri pulang.
Sedih pastinya yang Yuri rasakan. Hanya itu satu-satunya barang bukti. Dengan itu, ia bisa memohon pada juri untuk mengizinkan mereka tampil.
Tapi pada nyatanya, ia tidak bisa mendapatkan rekaman CCTV itu. Ia pulang tidak membawa hasil.
***
Keesokkannya, Yuri masih di bully karena gagal tampil. Bukan hanya itu saja, mereka merasa telah menyia-nyiakan uangnya hanya untuk melihat panggung kosong dalam waktu beberapa menit saja.
"Aku rasa urat malunya sudah putus. Sudah membuat sekolah kita kalah, masih berani masuk." Sindir Jessy.
"Iya, kalau memang gak bisa akting, ya lebih baik gak usah ikut ekskul Teater." Sahut Klara.
"Iya, apalagi sok-sokan tebar pesona dengan bermain peran." Sambung Nia.
"Hei! Kalian bisa diam tidak?" Marsha menggebrak mejanya.
Kenzie datang dengan pesonanya yang cool. Membuat Klara gagal fokus dan beralih memandang Kenzie hingga Kenzie duduk di kursinya.
"Astaga ayang tampan. Makin hari makin tampan aja sih." Kagum Klara pada Kenzie. Sedangkan Kenzie tak menanggapi apapun.
Bel sekolah kembali berbunyi. Murid-murid mulai menempati kursinya. Sudah mulai mendekati ulangan semester, guru-guru masuk dengan membawa latihan soal ulangan.
Kenzie dengan santainya mengerjakan tugas. Bahkan sesekali Kevin meminta bantuan pada Kenzie.
Begitu juga dengan Yuri, dia selalu sibuk meminta bantuan pada Marsha. Selain Kenzie, Marsha juga terbilang anak yang cerdas. Beruntungnya Yuri memiliki teman sebangku yang pintar.
"Akhirnya selesai juga." Ucap Yuri.
"Kamu gak ekskul Ri?" Tanya Marsha.
"Aku ada perlu, jadi aku izin. Duluan ya Sha." Jawab Yuri sambil membawa tasnya.
Sampai di depan gerbang, Kenzie sudah menyusul Yuri dengan motornya. Ia menghalangi jalan Yuri.
"Ikut aku!" Ucap Kenzie sambil membawa Yuri dan mendudukkannya di atas motornya. Tak lupa ia pasangkan juga helm di kepala Yuri.
"Ini mau kemana? Aku gak ada waktu lagi!" Ujar Yuri.
Kenzie mempercepat laju kendaraannya. Sampai di sebuah tempat, Kenzie mengehentikan motornya dan memarkirkannya.
"Sudah sampai! Kamu bisa menyerahkan ini ke dalam." Kenzie memberikan flashdisk hitam ke Yuri.
"Apa ini?" Tanya Yuri.
"Pergi ke dalam sekarang atau tidak sama sekali?" Jawab Kenzie.
Yuri pergi tanpa tujuan. Tapi, begitu ia sampai ke dalam. Ia mulai mengerti dan langsung mencari orang yang ia tuju.
Ia mencari orang yang saat itu menjadi juri dalam perlombaan kemarin. Kenzie menunggu Yuri dengan perasaan yang tak tenang.
Hampir dua jam Yuri baru keluar dari gedung tersebut dengan wajah yang datar. Kenzie bingung dengan ekspresi Yuri. Tapi ia bisa menebak bahwa Yuri gagal meyakini juri.
Sampai di parkiran motor, Yuri jingkrak-jingkrak kesenangan. Ia senang akhirnya, juri memberi kesempatan untuk timnya Yuri tampil kembali, besok.
"Yeay, kita berhasil!" Teriak Yuri dengan tak sengaja ia memeluk Kenzie dengan perasaan senang.
Wajah Kenzie memerah begitu mendapat pelukan dari Yuri. Ingin rasanya membalas, namun ia tak memiliki keberanian.
"Ehem" Kenzie berdehem. Sontak Yuri melepaskan pelukannya.
"Sorry, sorry." Ucap Yuri.
"Ah masih keburu. Kita balik ke sekolah ya." Lanjut Yuri.
Dengan semangat, Yuri duduk di belakang Kenzie. Wajahnya memerah begitu mengingat ia dengan tak sengaja memeluk Kenzie.
Sampai di sekolah, Yuri lari menuju ruang teater. Dengan kondisi yang tersengal-sengal, Yuri menghentikan yang lainnya untuk keluar dari ruangan.
"Yuri? Bukannya kamu izin?" Tanya Sena.
"Tunggu! Tunggu sebentar." Yuri mulai mengatur nafasnya.
"Kamu kenapa Ri?" Tanya Lily.
"Sebentar, sebentar." Yuri masih belum bisa bernafas teratur.
"Nih, kamu minum dulu." Gwen mengambilkan air minum untuk Yuri.
"Jadi,, begin,," Yuri menjelaskan kronologinya saat ia berhadapan dengan Juri.
"Besok? Kamu yakin Ri mereka memberi kesempatan untuk kita?" Tanya Sena.
"Aku yakin kak, kita harus bisa menunjukkan yang terbaik." Ucap Yuri.
Mereka berteriak bahagia, Yuri telah berhasil dan membuktikan omongannya. Sesungguhnya, Yuri juga masih tidak percaya dengan kesempatan yang di berikan oleh Juri.
Yang tadinya mereka ingin pulang, mendengar berita baik yang di bawakan oleh Yuri, membuat mereka semakin semangat untuk berlatih. Sedangkan Sena, Gerry dan Gwen mulai mempersiapkan keperluan yang akan mereka perlukan.
***
Tak sia-sia, mereka menunjukkan kemampuan mereka dan membuat Juri terpanah. Di hari terakhir penilaian, Mereka tampil dengan sangat bagus.
Walaupun penampilan mereka saat ini hanya ada lima orang yang menyaksikan yaitu keempat juri dan satu orang penonton.
Tidak lain, ia adalah Kenzie. Kenzie menyaksikan penampilan Yuri dengan takjub. Semua anggota teater berterimakasih atas bantuan Kenzie.
Keesokkan harinya, seluruh murid berkumpul di dinding kreatifitas. Secara bergantian mereka menerobos untuk melihat sesuatu. Ada beberapa yang mengabadikan, ada beberapa yang hanya melihat saja.
Sementara itu, Febby dan kawannya bersembunyi di pojok lantai dua. Mereka sibuk menggerutu di pojokkan.
Sena, Jihan, Gwen dan Lily langsung menghadang Febby ketika melihat mereka mendatangi Febby dan kawannya.
"Eits, mau kemana?" Ucap Jihan.
"Jadi sekarang nih? Apa nanti dulu?" Tanya Gwen yang sudah mulai kesal.
"Tunggu, tunggu." Sena menahan yang lainnya.
"Jangan sekarang, nanti aku sama Jihan kena panggil sama Bu Tari." Kata Sena.
Lily dan Gwen melepaskan Febby juga Lola. Mereka sebenarnya memang sudah kesal dengan tingkah keduanya.
"Bosan aku sama kalian! Selalu kalian! Di lirik juga engga kalian tuh sama sahabat kita." Ucap Lily.
"Udahlah, masih banyak cowok di sekolah ini." Lanjutnya.
Setelah selesai memberi sedikit pelajaran ke Febby dan Lola. Mereka kembali ke kelas mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments