Sebuah pesan berupa video dari orang yang tidak Alishia kenal masuk ke ponselnya. Mengganggu aktivitasnya yang tengah menatap lembaran map di hadapannya.
Rasa penasaran itu hinggap di kepalanya, kala video berdurasi 30 detik itu menampilkan tubuh pria telanjang dengan wanita yang mengenakan lingerie.
Jantungnya berdetak lebih cepat, Alishia memberanikan diri untuk melihat video tersebut. Dengan tubuh yang panas dingin, ia memutar video tersebut.
Bulir air mata Alishia jatuh begitu saja, saat ia mengenali siapa pria di video tersebut, Mirza. Dengan cepat Alishia menelepon Mirza untuk meminta penjelasan. Pada dering ketiga panggilan tersebut terhubung.
"Apa maksud kamu Mas," cecar Alishia dengan tidak sabar dan suara yang sedikit gemetar.
"Selamat malam sekretaris Alishia," sapa Anggun dengan menekan nada sekretaris. "Apa ada hal penting?"
"Mana pak Mirza," jawab Alishia dengan mengubah panggilannya.
"Suami saya sedang istirahat, dia sangat kelelahan setelah bermain dengan saya." Anggun sengaja berkata seperti itu, untuk memancing kemarahan Alishia.
"Maaf, jika saya lancang mengganggu malam-malam." Dengan cepat Alishia menutup teleponnya.
Pandangannya semakin mengabur, di ikuti butiran bening yang terus berlomba meluncur dari kelopak matanya.
"Jahat kamu Mas," teriak Alishia dengan tangan yang mengepal. Tubuhnya lemas, ia menyandarkan punggungnya ke kursi. Mencoba berbagai beban berat yang ia rasakan.
Alishia menghapus sisa air matanya, ia membereskan berkas yang berceceran di mejanya. Sepertinya ia harus segera pulang untuk menghilangkan rasa sesak di hatinya.
Tepat pukul sebelas malam Alishia sampai di apartemennya, ia melemparkan tasnya ke sembarang arah. Dan berjalan tergesa menuju lemari tempat penyimpanan minuman beralkohol.
Setelah mengambil dua botol ia berjalan menuju balkon di apartemennya. Membuka pintu dengan lebar, angin malam yang dingin tidak meruntuhkan niat Alishia.
Ia berdiri tepat di pagar besi pembatas balkon apartemen miliknya, menyandarkan tubuhnya ke sana. Satu tegukan yang terasa membakar tenggorokan terasa nikmat, pemandangan gemerlap kota menjadi teman minumnya kali ini.
Sampai botol di tangannya sudah habis tak bersisa, tak satu pun air mata jatuh dari kelopaknya yang sedikit memerah. Hanya embusan nafas lelah yang terus keluar dari mulut Alishia, kepalanya sedikit pening. Tapi dia tak berniat untuk beranjak dari tempatnya, ia memilih duduk menyandarkan tubuhnya pada pembatas balkon.
Botol yang di pegannya sudah kosong, dengan kesal Alishia melemparnya ke sembarang arah. Kepalanya terasa melayang, Alishia tidak ingin mabuk berat ia hanya menghabiskan satu botol minuman.
Ia bangkit dari duduknya, mencoba berjalan meskipun kepalanya sedikit pusing karena pengaruh alkohol. Tapi ia berusaha sampai di kamarnya.
"****," umpat Alishia saat tak sengaja ia menyenggol ujung meja hingga mengenai pinggangnya.
Sakit di pinggangnya tak meruntuhkan keinginan Alishia agar segera sampai di kamarnya. Saat sampai di kamar, ia melemparkan tubuhnya ke atas kasur empuk miliknya.
Rasa lelah di tubuhnya dengan cepat membawa Alishia ke alam mimpi.
***
Alishia terlambat bangun, ia mandi secepat kilat untuk segera sampai di kantor.
Abaikan tatapan aneh orang-orang yang melihat penampilannya yang tidak rapi seperti biasanya.
Jihan yang baru saja masuk ke ruangan Alishia menggelengkan kepalanya, melihat penampilan Alishia yang berantakan.
Rambut basah yang tidak di sisir, kemeja yang di kancing dengan asal tidak pada lubang yang tepat.
"Habis kecebur di got mana?" tanya Jihan sambil duduk di hadapan sahabatnya.
"Emangnya gue tikus pake kecebur got segala," ketus Alishia.
Jihan menanggapi ucapan Alishia dengan tawa kecil. "Ini berkas yang harus di tandatangani pak Mirza."
Mendengar nama Mirza raut wajah Alishia muram seketika. Jihan yang melihat itu mengerutkan keningnya.
"Ada masalah sama Mirza, sampai Lo kayak tikus got."
Alishia memilih bungkam dan menyisir rambutnya yang berantakan.
"Jangan bilang Lo mabuk gak bilang gue Ta."
"Gue enggak mabuk, Cuma minum dikit," jawab Alishia masih fokus merapikan rambutnya.
"Lo tu cewe Ta, jangan keseringan minum ... Ada gue yang siap denger cerita Lo, tolong jauhi minuman alkohol Ta."
"Makasih, tapi gue enggak bisa janji buat berhenti. Lo tau itu."
Jihan menatap mata Alishia yang menggambarkan rasa sakit, tak ada binar bahagia. "Kurangi ya Ta, gue enggak mau Lo kenapa-kenapa."
Alishia mengangguk, dan mencoba menampilkan senyumnya untuk Jihan. Agar ibu anak satu itu tidak khawatir.
"Mudah-mudahan masalah Lo sama pak Mirza cepat selesai ... Gue balik ke ruangan ya."
Setelah kepergian Jihan, Alishia mematut dirinya di kamar mandi. Saking terlambatnya ia bahkan belum make-up sama sekali.
Saat melihat wajah kacaunya di cermin, Alishia baru menyadari bahwa apa yang di katakan Jihan betul. Ia seperti tikus yang kecebur di got.
Setelah selesai merapikan seluruh penampilannya Alishia kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya yang semalam.
Beruntung hari ini tidak ada rapat yang mengharuskan Alishia mendampingi Mirza. Semua berkas sudah selesai Alishia periksa kini ia hanya perlu memberikannya pada Mirza.
Alishia mengetuk pintu pelan, lalu membuka pintu ruangan Mirza. Ia terkejut saat melihat Anggun yang duduk di pangkuan Mirza. Namun dengan cepat ia mengubah ekspresi wajahnya.
Ia tersenyum dan berjalan menghampiri meja kerja Mirza. "Maaf mengganggu Pak, saya hanya ingin memberikan berkas ini."
Anggun tersenyum tipis, ia turun dari pangkuan Mirza. Untuk memberikan ruang bagi suaminya.
Setelah menyerahkan berkas, Alishia pamit undur diri untuk kembali ke ruangannya. Hatinya berkecamuk menahan amarah, saat bayangan Anggun yang duduk di pangkuan Mirza. Padahal itu tempatnya bersama Mirza untuk menghabiskan waktu jika tidak ada pekerjaan.
Saat matanya menggenang dengan cepat Alishia mengambil tisu, dia tidak ingin menangis untuk saat ini.
****
Jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Alishia keluar dari ruangannya ia berpapasan dengan Anggun yang baru saja keluar dari ruangan Mirza.
"Alishia," panggil Anggun.
Alishia berhenti dan mencoba tersenyum ramah. Ia memperhatikan penampilan Anggun yang sedikit berantakan, kancing kemeja yang terbuka menampilkan sebuah tanda kepemilikan di dada. Belum lagi rok yang di pakai Anggun tampak kusut. Sudah dapat di pastikan mereka melakukan itu di ruangan Mirza.
"Terima kasih sudah membantu pekerjaan suami saya," ucap Anggun dengan menekan kata 'suami saya'.
Alishia mengangguk. "Tidak perlu berterima kasih Bu, itu sudah tugas saya."
"Kalau begitu saya permisi Alishia."
Alishia memandang kepergian Anggun dari hadapannya. Ia mencoba menarik nafas lewat hidung sebanyak mungkin untuk meredakan sesak di dadanya.
Rasa lapar di perutnya menghilang begitu saja setelah bertemu Anggun. Alishia memilih kembali ke ruangannya.
Baru saja Alishia duduk di meja kerja, telepon kantornya berdering. Dengan sigap ia mengangkat panggilan tersebut, "Selamat siang."
"Kita makan siang bersama." Mendengar suaranya saja Alishia sudah hafal betul bahwa itu Mirza.
"Saya sedang sibuk Pak." Dengan cepat Alishia menutup teleponnya.
Alishia mencoba fokus pada layar monitor, untuk mengecek email. Tetapi suara pintu yang terbuka tanpa ketukan membuatnya sedikit kesal.
Mirza masuk tanpa permisi, ia tahu Alishia marah padanya.
"Untuk apa mencariku? Bukankah kamu sudah puas melakukan itu dengan istrimu!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments