Istri Pertama

Alishia tidak bisa tidur, ia melepaskan pelukan Mirza. Di tatapnya tubuh Mirza yang polos tanpa sehelai benang pun dengan keringat yang membasahi tubuhnya dan terlihat jelas di bagian kening Mirza.

Dengan pelan Alishia menyeka keringat Mirza di bagian kening menggunakan punggung tangannya. Mereka sudah melakukan kegiatan panas yang paling di senangi Mirza begitu juga dirinya.

Alishia berjalan ke kamar mandi. Ia memandangi tubuhnya yang penuh dengan tanda kepemilikan Mirza. Lingerie yang ia kenakan sudah tidak berbentuk karena robek di beberapa bagian.

Wajah Alishia terlihat dari pantulan cermin sama berkeringat seperti Mirza. Tapi yang membedakan wajah Alishia tampak sedih.

Pernyataan dirinya yang meminta hati Mirza hanya di tanggapi dengan candaan. Helaan nafas keluar dari mulut Alishia. Ia memilih merendam tubuhnya di bathtub dengan air hangat.

Aroma bunga mawar membuat Alishia sedikit melupakan masalahnya. Setelah selesai berendam dan membersihkan tubuhnya, Alishia kembali keluar dari kamar mandi dengan handuk kimononya.

Tepat saat Alishia berjalan menuju tempat tidur. Dering telepon milik Mirza terdengar di keheningan malam.

Alishia berjongkok di dekat celana Mirza yang tergeletak di lantai. Tangannya merogoh kantong celana Mirza, ponsel itu masih berdering panggilan masuk dari kontak yang di beri nama 'Istriku'.

Sampai layar ponsel itu menggelap Alishia hanya diam tanpa beraksi. Hatinya sedikit berdenyut, ia menekan nomor dirinya sendiri untuk melihat nomor kontak miliknya di beri nama apa oleh Mirza. 'Sekretaris Alishia' ternyata tidak lebih dari sekedar urusan kantor.

Tidak ada nama spesial yang di berikan Mirza untuknya, satu tetes butiran bening berhasil meluncur dari kelopak matanya.

Alishia berjalan menuju dapur mencari minuman dingin di lemari pendingin. Berharap menemukan minuman beralkohol tapi di sana hanya tersedia susu dan jus jeruk.

Alishia memilih jus jeruk, ia menenggaknya sampai tandas. Pikirannya tidak setenang ia meminum alkohol, Alishia merasa butuh pelarian. Pelampiasan yang membuatnya melayang dan melupakan masalahnya sejenak.

Ponsel Mirza yang dalam genggamannya kembali menyala. Menampilkan sebuah pesan masuk dari istrinya.

[Mas, dimana?]

[Pulang ya. Aku janji akan memuaskanmu dan tidak akan mengecewakanmu seperti kemarin.]

Alishia membanting ponsel Mirza ke lantai. Benda pipih tersebut tergeletak di lantai dengan keadaan mati dan layar pecah. Ia kembali ke kamar, lalu merebahkan tubuhnya di samping Mirza.

Mirza merasakan tempat tidur yang bergerak, ia mencium aroma khas tubuh Alishia yang selalu berhasil membangunkan sisi lelakinya.

Tapi ini bukan saatnya untuk bermain, ia harus mengumpulkan energi untuk kembali ke ibu kota. Mirza membawa tubuh Alishia ke dalam pelukannya. "Tidurlah, besok kita harus bangun pagi. Kamu harus kembali bekerja sayang."

Alishia memeluk erat tubuh Mirza dan memejamkan matanya. Dengan sekuat tenaga ia berusaha meredam dadanya yang bergemuruh. Mencoba menikmati tubuh hangat Mirza dan pergi ke alam mimpi.

***

Pagi itu mobil yang di kendarai Mirza terparkir sempurna di depan perusahaannya. Ia menatap Alishia yang masih diam membisu dengan wajah kesalnya.

"Kamu tidak ingin terlambat sayang? Ini sudah pukul delapan tepat."

Helaan nafas keluar dari mulut Alishia, ia membuka pintu namun tangannya di tarik oleh Mirza. Ia hanya diam memperhatikan Mirza yang mengecup punggung tangannya. Rasa kesal semalam masih ada, di tambah ia harus bekerja sementara Mirza masih menikmati cuti pernikahannya.

Jujur Alishia cemburu, hatinya bergejolak membayangkan Mirza berduaan bersama istrinya.

Mirza melepaskan kecupan di tangan Alishia. "Sayang Mas pulang dulu, selamat bekerja." Tidak ada jawaban dari Alishia. Mirza memperhatikan punggung Alishia yang semakin menjauh.

Setelah memastikan Alishia masuk ke kantor, Mirza melajukan mobilnya menuju kediamannya. Tidak membutuhkan waktu lama mobil yang di kendarainya sampai di rumah besar yang ia beli sendiri dari kerja kerasnya.

Saat masuk ke dalam rumah Mirza melihat Anggun yang menyambut kedatangannya dengan senyum mengembang.

Anggun memang cantik, jika di bandingkan dengan Alishia mereka tidak ada duanya. Tetapi saat mencoba tubuh istrinya rasanya berbeda, lebih menggairahkan jika bersama Alishia. Bukan hanya itu kenikmatan itu serasa sempurna jika ia memompa tubuh Alishia. Dengan membayangkannya saja bagian bawah Mirza berhasil mengenang.

Sial, sayang kau mampu membuatku bergairah hanya dengan memikirkanmu . Gerutu Mirza di dalam benaknya.

"Nomor kamu tidak aktif saat aku telepon."

Ucapan Anggun lebih ke pernyataan. Mirza berjalan melewati Anggun, tanpa menjawab.

Anggun tidak tinggal diam, ia menarik lengan Mirza. "Sayang," rengek Anggun.

"Ponselku rusak. Terjatuh." Mirza menepis tangan Anggun dan berjalan menuju kamarnya, ia ingin beristirahat. Perjalanan dari Bandung cukup melelahkan.

Setelah puas beristirahat Mirza terbangun dari tidurnya. Ia memicingkan mata melihat Anggun yang mengenakan lingerie di hadapan.

Bagian bawahnya memang sedikit berdiri. Tapi dia tidak tertarik untuk mencobanya lagi. Meskipun Mirza beberapa kali memiliki teman tidur yang sudah tidak bersegel namun kemampuan serta rasa tubuh Anggun sangat buruk.

Ekspektasi Mirza salah. Dia kecewa di malam pengantin mereka ia mendapati Anggun sudah tidak bersegel, padahal di depan dirinya Anggun selalu di banggakan oleh kedua orang tua Mirza dan orang tua Anggun. Tetapi mengecewakan, tidak ada yang lebih spesial. Wanita penurut serta gelar perempuan yang tidak pernah berpacaran terbongkar oleh Mirza, semuanya topeng di atas panggung sandiwara.

Bagian bawah Mirza menegang saat mengingat ia mengambil segel suci milik Alishia. Hati kecil serta bagian bawahnya memberontak ingin menemui Alishia. Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul empat sore, masih cukup untuk bersiap menuju kantornya menjemput Alishia.

Tangan Mirza terulur mengambil ponsel yang ada di dalam meja kecil di samping tempat tidur. Tidak masalah ponselnya hancur karena Alishia, ia masih memiliki ponsel cadangan.

[Tunggu! Aku akan menjemputmu sayang]

Pesan singkat yang di kirim oleh Mirza membuat bibir Alishia mengembang.

[Oke, Mas]

Setelah mendapat balasan dari Alishia. Mirza bangkit dari tempat tidur tanpa memedulikan Anggun, ia tidak peduli pada wanita itu.

Jalanan sore itu cukup macet, di tambah bulir air hujan turun dengan cukup deras. Mirza telat sepuluh menit, ia menunggu Alishia di dalam mobil.

[Aku di tempat parkir.] Pesan singkat itu Mirza kirim, ia tidak mungkin menghampiri Alishia yang tengah menunggu hujan reda bersama karyawan lainnya di pintu utama perusahaannya.

Satu pesan masuk ke ponselnya, berisi pesan dari Mirza. Alishia tidak ingin Mirza menunggu lama ia berjalan ke arah mobil Mirza dengan sedikit berlari di tengah hujan tanpa mengenakan payung.

Mirza mengendus kesal melihat Alishia yang kini basah kuyup duduk di sampingnya. Bukan karena mobil mewahnya jadi kotor, tapi daya tahan tubuh Alishia lemah jika terkena air hujan.

Mirza melepaskan jaket yang ia pakai, lalu memberikannya pada Alishia.

"Maaf," lirih Alishia. Dari raut wajahnya ia tahu Mirza marah padanya.

Tidak mendapat respons dari Mirza, Alishia hanya diam membisu. Tubuhnya sedikit menggigil, ia berusaha untuk tetap tenang dan memandang jalanan di depannya tanpa melirik Mirza. Bukan ia tidak ingin mencari perhatian Mirza tapi ia mengenal betul bagaimana Mirza, jika berani membuatnya kesal.

Hati Alishia bergemuruh saat Mirza menghentikan mobilnya di bahu jalan. Tubuhnya lemas, ia tidak ingin pulang sendirian seperti dulu saat membuat Mirza kesal.

"Mas, maaf aku janji enggak bikin kamu kesal lagi." Mohon Alishia, tubuhnya sudah panas dingin tidak karuan ia tidak sanggup jika harus pulang sendiri.

Mirza menghadapkan tubuhnya ke samping. Ia menatap lekat manik Alishia.

"Mas," cicit Alishia dengan raut wajah memohon. Di luar dugaan, sentuhan di keningnya membuat Alishia membisu. Mirza mengecek suhu tubuhnya, bukan mengusirnya.

***

Terima kasih sudah berkenan membaca karyaku, semoga suka 💞

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!