Semalaman Alishia tidak bisa tidur sama sekali, kepalanya di penuhi dengan pikiran Mirza yang melakukan kegiatan panas bersama istrinya.
Pikiran overthingking terus berputar di kelapalanya. Alisha geram dan semua rasa takut terus menghantui hatinya.
Lo cantik, bahkan lebih seksi dari pada istrinya Mirza. Jadi yakin aja Mirza enggak mungkin lupain hubungan kalian hanya karena ia sudah menikah.
Hanya itu kata-kata yang keluar dari pikirannya, yang mampu meyakinkan Alishia. Pada pukul enam pagi Alisha baru bisa terlelap.
Di tengah mimpi indahnya, Alishia merasakan seseorang yang memeluknya dari belakang. Ia tidak membuka kelopak matanya, karena rasa kantuk.
Mirza tersenyum melihat Alishia yang terlelap di dalam pelukan hangatnya. Dilihat dari bawah mata Alishia yang menghitam, Mirza sudah bisa menebak bahwa Alishia tidak tidur semalaman.
Mirza ikut memejamkan matanya, semalam ia kurang tidur karena memikirkan keadaan Alishia. Ia takut Alishia melakukan hal gila yang mengancam nyawanya.
Pukul dua belas siang Mirza bangun lebih dulu, ia mengecup bibir Alishia yang masih tertidur.
"Bangun sayang."
Alishia mengulas senyum saat mendengar suara Mirza, matanya berbinar melihat Mirza ada di hadapannya. Ia merasakan belaian lembut di pipi kanannya.
"Sayang." Mendengar panggilan Mirza, pipi Alishia merona.
Alishia memeluk Mirza erat, pria di hadapannya selalu berhasil membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
"Jangan pernah tinggalin aku," lirih Alishia.
Mirza meraup pipi Alishia menggunakan kedua tangannya, ia menatap manik Alishia lekat.
"Kamu tidak akan pernah kehilangan aku sayang," ujar Mirza dengan nada lembut mencoba meyakinkan Alishia.
Hati Alishia menghangat, senyuman muncul di bibir ranum Alishia.
Gemas melihat pemandangan di depannya Mirza melahap bibir Alishia, menyesap satu sama lain menikmati penyatuan bibir mereka. Mirza melepaskan diri lebih dulu, karena gairahnya bergejolak sementara hari ini ia harus melakukan rencana yang ia susun untuk Alishia.
"Kenapa?" tanya Alishia dengan raut wajah murung.
"Mandi dulu sana, aku mau bawa kamu ke suatu tempat."
Alishia memilih mengalah, ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
***
Sudah satu jam Alishia duduk dan bokongnya terasa panas. Ia bergerak gelisah mencari posisi nyaman.
"Kenapa, penggel?"
Alishia mengangguk mendengar pertanyaan Mirza. "Kita mau ke mana sih Mas, masih jauh gak?"
Mirza menghentikan mobilnya di kafe pinggir jalan. "Istirahat dulu, soalnya masih lumayan perjalanannya."
"Memangnya mau ke mana?" Alishia masih bertanya karena Mirza tidak mau memberi tahu ke mana mereka akan pergi.
"Suatu tempat," jawab Mirza sambil tersenyum misterius.
Alishia memukul bahu Mirza, "Awas ya mengecewakan tempatnya, pantat aku udah panas gini demi suatu tempat." Alishia sengaja menekan kata suatu tempat bermaksud menyindir Mirza.
Mirza terkekeh pelan, ia mengacak puncak rambut Alishia.
Alishia mengerucutkan bibirnya, satu hal yang ia tidak suka dari Mirza adalah pria itu selalu menganggap dirinya anak kecil. Padahal sekarang umur Alishia sudah berumur dua puluh empat tahun.
"Mas kebiasaan deh," ketus Alishia. Ia membuang muka ke arah jendela sambil merapikan rambutnya yang berantakan ulah Mirza.
Mirza turun dari mobil, ia memutari mobil dan membukakan pintu untuk Alishia. Tetapi wanita itu malah diam saja, "Ayok sayang."
Mirza tidak heran melihat tingkah Alishia marah, wanita itu memang senang merajuk.
"Gak mau turun? Ya sudah aku kunci ya mobilnya. Soalnya aku lapar mau makan, pasti lama dan aku tidak ingin mobilku di curi orang jika tidak di kunci."
Tidak ada gerakan sedikit pun dari Alishia, Mirza kembali menutup pintu mobil hendak menekan kunci mobilnya. Senyumnya mengembang melihat Alishia yang turun dengan wajah kesal, bibir mengerucut dan berjalan mendahuluinya.
Dengan cepat Mirza menekan tombol kunci pada mobilnya, lalu berlari mengejar Alishia. Tangannya menarik pinggang Alishia agar berjalan berdampingan.
Setelah memasuki kafe, Mirza dan Alishia tidak ada yang membuka percakapan sedikit pun. Mereka menikmati makan siang mereka dalam keheningan.
Setelah selesai makan siang mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tidak ada rasa curiga di hati Alishia saat mobil yang di kendarai Mirza memasuki jalan tol, satu hal yang ia tahu Mirza membawanya ke luar kota.
Sampai di kota kembang Alishia mengernyitkan dahinya, "Bandung?"
Mirza hanya tersenyum dan fokus melajukan mobilnya. Sampai di sebuah vila Mirza menghentikan mobilnya, ia keluar dari mobil di ikuti Alishia.
"Pantat aku sampai panas gini kita Cuma datang ke Vila?"
Mirza menarik tangan Alishia ke dalam genggamannya, lalu berjalan menuju pintu utama.
Alishia memandangi Vila dengan dinding yang menampilkan bata merah, pintu kayu jati, halaman depan yang di tanami tanaman serta kolam ikan yang tidak terlalu besar. Vila ini bisa di katakan tidak mewah dan megah, lebih ke gaya tradisional. Ada kursi bambu di samping pintu utama.
"Buka tanganmu."
Alishia mengikuti perintah Mirza, meskipun banyak tanda tanya di kepalanya.
Mirza mengeluarkan kunci dari sakunya lalu menyimpan sebuah kunci di tangan Alishia yang terbuka.
"Kunci?"
Mirza gemas melihat wajah Alishia yang terlihat kebingungan. "Iya buka pintunya, sayang."
Alishia menggigit kecil bibir bawahnya, lagi-lagi ia mengikuti perintah Mirza.
Pintu terbuka lebar, Alishia menatap lekat Mirza. "Mas ngapain menyewa vila segala, kalau mau main kita bisa main di hotel tidak perlu jauh-jauh ke Bandung," protes Alishia. Pantatnya panas selama perjalanan dan Mirza malah membawanya ke vila.
Mirza membawa Alishia duduk di ruang tamu, ia menggenggam tangan Alishia lalu mengecupnya.
"Hadiah untuk kamu yang dua tahun ini memberiku kepuasan."
Alishia memaksakan bibirnya untuk tersenyum, meskipun hatinya teriris. Sudah dua tahun Alishia menjadi pemuas gairah Mirza, sepertinya Mirza tidak memiliki perasaan cinta seperti dirinya.
Setiap sikap lembut Mirza selalu berhasil membuat hatinya berbunga-bunga, hingga satu tahun yang lalu Alishia menyadari bahwa ia mencintai Mirza. Ia berharap Mirza memiliki perasaan yang sama tapi semuanya pupus saat Mirza memberinya sebuah mobil sebagai bayaran. Bukan hanya itu semua kebutuhan Alishia, Mirza yang memenuhi. Meskipun ia bekerja menjadi sekretaris Mirza, tapi biaya hidupnya Mirza yang menanggung. Apartemen yang ia tempati milik Mirza yang beralih menjadi milik Alishia.
"Terima kasih," ucap Alishia pelan.
Mirza menangkup pipi Alisha, "Kamu senang sayang? Aku sudah memberikan semuanya untuk kamu."
"Kalau aku minta hati, boleh Mas?"
Mirza terkekeh, "Gak usah bercanda deh."
Dari jawaban Mirza Alishia bisa menemukan jawabannya, Mirza tidak memiliki perasaan sedikitpun. Bahkan lelaki di hadapannya mau menerima wanita yang di jodohkan oleh ibunya.
Harusnya Alishia sadar akan posisinya, mereka hanya teman yang saling memberikan kepuasan di atas ranjang. Bukan hanya itu Alishia mendapatkan keuntungan menjadi teman tidur Mirza.
Mirza menarik tangan Alishia untuk ikut bangkit dari duduknya. "Ayok, aku sudah siapkan pakaian yang membuatmu teramat mempesona."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Tri Dikman
Ya kamu nya jg mau
2022-12-23
1
Misda Cabina Aco
kok nyesek ya thor🥺
2022-12-14
1