"Mas," cicit Alishia dengan raut wajah memohon. Di luar dugaan, sentuhan di keningnya membuat Alishia membisu. Mirza mengecek suhu tubuhnya, bukan mengusirnya.
"Kita ke dokter ya, badan kamu panas sayang."
Nada khawatir dari suara Mirza membuat bibir Alishia melengkung membentuk sebuah senyuman. "Aku enggak papa Mas, kita pulang aja."
"Serius enggak ke dokter dulu?"
Alishia menggelengkan kepalanya. "Enggak Mas, kita pulang aja," ucap Alishia mencoba meyakinkan Mirza.
Mirza menatap lekat mata Alishia yang berubah memerah. Ia membuka jaket dan memberikannya pada Alishia.
"Terima kasih Mas," lirih Alishia sambil menerima lalu memakai jaket pemberian Mirza.
Setelah memastikan Alishia memakainya dengan benar Mirza mulai melajukan mobilnya menuju apartemen Alishia.
Selama di perjalanan Alishia sibuk menggesekkan telapak tangannya, berusaha menghangatkan tubuhnya.
Mirza menghentikan mobilnya saat lampu jalanan berubah merah. Ia menarik tangan Alishia, menangkupnya dengan kedua tangannya memberi kehangatan.
Alishia tersenyum dengan bibir pucatnya, tangannya hangat. Bagaimana ia tidak bisa jatuh cinta pada Mirza, semua perlakuannya selalu berhasil membuatnya merasa jadi wanita paling beruntung yang selalu di perhatikan.
Mereka saling tatap satu sama lain dengan mulut yang terkatup, tidak ada suara sedikit pun, hening. Suara klakson terdengar nyaring, Mirza menarik tangannya dan kembali mengemudikan mobilnya karena lampu jalanan sudah berubah hijau.
"Kamu selalu berhasil membuatku jatuh cinta dengan sikap lembutmu, Mas."
Mirza menoleh ke arah Alishia sekejap lalu kembali fokus pada jalanan di depannya.
"Alishia sayang, kamu harus tahu diri."
Jawaban Mirza menikam jantung Alishia dalam sekejap, tenggorokannya tercekat. Ia menunduk dengan satu bulir air mata yang berhasil lolos dari kelopak matanya.
"Aku tahu dan sadar betul posisiku," lirih Alishia.
"Tidak usah bahas itu lagi, kita akan tetap bersama," ujar Mirza tanpa menoleh ke arah Alishia.
Alishia menghapus air matanya, ia memilih menyandarkan tubuhnya. Kepalanya mengarah ke jendela mobil di sampingnya, ia memandangi keadaan di luar mobil yang cukup ramai di tambah rintik hujan yang menjadi teman sore mereka.
Sampai di apartemennya Alishia membersihkan tubuhnya, ia mengenakan baju tidur yang menutupi tubuhnya dengan sempurna. Ia tidak ingin menggoda Mirza, atau melakukan kegiatan panas. Tubuhnya lelah, kepalanya pusing, hatinya sakit. Alishia benar-benar butuh istirahat, tidak memedulikan keberadaan Mirza.
Saat ia naik ke atas tempat tidur dan menutup kelopak matanya, sebuah tangan melingkar di perutnya. Alishia tersenyum tipis meskipun enggan membuka kelopak matanya yang sudah terpejam.
"Aku hanya ingin bersamamu sayang, selamanya." Alishia mendengar dengan jelas suara Mirza, bahkan embusan napasnya terasa hangat di telinga Alishia.
Setelah memastikan Alishia tidur, Mirza beranjak dari tempat tidur menuju dapur ia mengambil air hangat dan handuk kecil untuk mengompres kening Alishia.
Dengan telaten Mirza mengompres kening Alishia yang terasa hangat. Saat handuknya terasa dingin Mirza kembali mencelupkannya ke dalam air hangat.
Satu jam ia berusaha menurunkan demam Alishia, akhirnya panasnya turun. Alishia tipe orang yang tidak suka dengan obat, dan Mirza tahu betul. Ia pernah memaksa Alishia meminum obat berakhir semua isi perutnya keluar, semenjak itu Mirza tidak pernah memaksa Alishia untuk minum obat jika sakit.
Mirza baru ingat jika Alishia belum sempat makan malam, di liriknya jam pada pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul tujuh malam. Ia mengambil ponsel dan memesan makanan secara online.
Setengah jam berlalu pesanannya sudah datang, Mirza menuangkan sup yang ia pesan ke dalam mangkuk. Satu gelas susu hangat selesai ia buat. Mirza menatanya di atas nampan lalu membawanya ke kamar.
Nampan yang ia pegang di letakan ke atas meja kecil tepat di samping tempat tidur. Mirza mendekati Alishia yang masih terlelap, satu kecupan mendarat di kening Alishia.
"Bangun sayang." Tidak mendapat respons dari Alishia, Mirza menepuk pelan pipi Alisha yang sedikit menggembung.
Alishia mengerjapkan kelopak matanya membiaskan cahaya yang masuk ke retina. Aroma sup daging menguar di hidungnya.
"Kamu belum makan malam," ujar Mirza sambil membantu Alishia bangkit dari tidurannya.
"Haus," lirih Alishia dengan suara serak khas bangun tidur.
Mirza membawa gelas berisi air putih di atas nampan yang ia bawa, lalu membantu Alishia meminumnya.
Tanpa perlu di minta Mirza inisiatif menyuapi Alishia. Dengan senang hati Alishia menerima setiap suapan dari Mirza.
"Enak," puji Alishia. Ia tidak berbohong sup ini enak, bahkan ia makan dengan sekitar tergesa.
"Siapa dulu yang masaknya, Mirza."
Alishia terkekeh melihat wajah bangga Mirza. "Masakan Mas enggak kayak begini rasanya, ini serius enak. Kalau masakan Mas, standar," ejek Alishia.
Wajah gembira Mirza datar seketika. "Iya, ini beli online," ungkap Mirza sambil menyuapkan sendok terakhir.
Alishia mengecup bibir Mirza dengan kecepatan ekspres. "Terima kasih Mas," ujar Alishia dengan tulus.
"Jangan merepotkan aku lagi!"
Alishia mengerucutkan bibirnya. "Kalau Mas enggak ikhlas tidak usah susah-susah merawatku, bukannya istrimu menunggu di rumah."
Mirza menjepit hidung Alishia dengan jarinya. "Cemburu?"
"Ya jelas aku cemburu," jawab Alishia tanpa ragu.
"Jadi ponselku yang hancur akan di ganti apa?"
Alishia menarik bajunya dengan kencang hingga kancingnya terlepas dan menampakkan tubuh bagian atasnya hanya menggunakan bra.
Mirza menyimpan mangkuk yang ia pegang. Ia menatap lekat Alishia yang menunjukkan kilatan amarah. Tanpa ragu Mirza melahap bibir Alishia dengan lembut, menikmati sensasi manis serta wangi sup yang barusan Alishia makan.
Tidak mendapatkan balasan dari Alishia akhirnya Mirza menyerah dan melepaskan ciumannya.
Mirza membersihkan bibir Alishia yang basah olehnya, menggunakan jari dengan perlahan.
Alishia hanya diam membisu. Jelas rasa cemburu itu hadir dan membuatnya insecure. Mirza tidak bisa ia raih, tapi bolehkah jika Alishia berusaha lebih keras?
"Kalau aku hamil anak Mas, apa mereka mau menerimaku?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments