Friends With Benefits

Friends With Benefits

Sebuah Pilihan

Malam penuh dengan suara desa*han, mereka beradu berbaur menjadi satu. Menekan lebih dalam, memberikan rasa nikmat satu sama lain.

Hingga dua insan tersebut sampai di puncak pelepasannya. Mereka terengah dengan tubuh yang basah oleh keringat.

Kecupan di kening Alishia sebagai akhir dari permainan mereka untuk malam ini.

"Maaaas," panggil Alishia dengan nada merengek. Ia memperhatikan Mirza yang tengah memakai baju, tanpa mengindahkan panggilannya.

Mirza sudah rapi dengan pakaiannya, ia mendekat ke arah tempat tidur. Hatinya menghangat melihat bibir Alishia yang mengerucut.

"Iya, sayang." Tangan Mirza menarik selimut untuk menutupi tubuh polos Alishia.

"Aku .... kayaknya besok aku gak bisa datang ke pernikahan kamu," ucap Alishia dengan nada yang ia buat setenang mungkin.

Mirza duduk di pinggiran tempat tidur, ia mengecup bibir Alishia. "Iya, sayang tidak apa-apa ... aku pulang dulu ya, takut mereka cari aku."

Alishia mengangguk, ia menatap punggung Mirza yang hilang di balik pintu. Satu butir air mata meluncur dari kelopak Alishia.

***

Siang itu Alishia sedang bermain telepon genggamnya. Ia memperhatikan beberapa teman kantornya yang membuat posting foto mereka yang sedang menghadiri acara pernikahan CEO tempat ia bekerja.

Embusan nafas kasar keluar dari mulut Alishia, ia berjalan menuju dapur. Alishia duduk di pantry dengan satu botol anggur dan gelas bening yang ia simpan di atas meja.

Alishia menuangkan anggur tersebut ke dalam gelas, lalu meminumnya dalam satu kali tenggak. Ia kembali melirik telepon genggamnya yang menampilkan wajah bahagia Mirza.

Hati Alishia berdenyut. Ia menenggak anggur dari botolnya langsung.

Alishia merasa melayang, ia menertawakan dirinya yang begitu menyedihkan.

"Lo memang bego Alishia!"

Setengah sadar Alishia mendengar suara telepon berdering, ia menerima panggilan tersebut tanpa melihat siapa yang memanggilnya.

"Apaan sih ganggu aja," teriak Alishia.

"Tata, gue di depan." Alishia masih ingat suara seseorang di seberang sana yang meneleponnya, Jihan.

"Bentar." Tanpa sengaja Alishia melempar ponselnya, ia berjalan ke ruangan depan. Lalu membuka pintu apartemennya.

"Masuk!"

Jihan menggelengkan kepalanya, ia sudah menduga bahwa sahabatnya lebih memilih menenggak minuman dari pada datang ke acara pernikahan Mirza.

"Lo mau minum?" ucap Alishia menawari temannya.

Jihan menggeleng. "Udah dong, jangan minum lagi," ucap Jihan sambil merebut anggur yang akan di minum Alishia.

Jihan menatap botol anggur yang di pegangnya, tinggal seperempat botol.

"Kurangnya gue apa sih, Han?"

"Lo cantik Alishia," jawab Jihan. Dia tidak berbohong, Alishia memang cantik. Tubuhnya bak gitar spanyol, tinggi, memiliki wajah keturunan indo-arab.

"Tapi Mirza nikahnya sama cewek itu bukan sama gue,"lirih Alishia.

Tidak lama Jihan mendengar Alishia tertawa persis seperti orang tidak waras. Miris sekali melihat sahabatnya sendiri dalam keadaan terpuruk seperti ini, namun Jihan tidak bisa membantu Alishia keluar dari zona nyamannya.

Banyak celotehan yang keluar dari mulut Alishia, Jihan hanya duduk dan mendengarkan. Ia harus memastikan Alishia tidak melakukan hal nekat, apalagi sampai bunuh diri. Jihan tidak ingin itu terjadi, "Kita ke kamar yuk Ta, lo istirahat dulu."

Alishia menggeleng, ia meraih botol yang di pegang Jihan dan menenggaknya sampai tandas tak bersisa.

Jihan sudah sabar menunggu Alishia yang berceloteh tidak jelas arahnya ke sana kemari akibat alkohol yang di minumnya. Ia melirik jam di tangannya sudah menunjukkan pukul enam sore, berarti sudah tiga jam dia duduk dan menemani sahabatnya.

"Ke kamar yuk," ajak Jihan.

Meskipun tidak mendapat respons dari Alishia, Jihan tetap memapah tubuh Sahabatnya sampai kamar.

Jihan bernafas lega setelah membaringkan Alishia, ia sedikit kepayahan karena sahabatnya benar-benar sudah mabuk dan kehilangan kesadaran.

'Hooeeek'

Jihan menghela nafasnya melihat Alishia yang muntah di tempat tidur. Sura dering telepon menggema di kamar tersebut ternyata suaminya yang menelepon.

"Iya sayang ada apa?"

"......"

"Iya, aku pulang sekarang."

Jihan menutup teleponnya, ia memandangi tubuh Alishia yang masih mengeluarkan isi perutnya. Bahkan kini tempat tidurnya penuh dengan cairan lendir yang menjijikkan.

Jihan di minta suaminya untuk segera pulang, karena putra mereka yang baru berusia 4 bulan rewel. Tapi Jihan tidak mungkin meninggalkan Alishia sendirian dengan keadaan seperti ini.

Jihan bingung, ia tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa karena Alishia yatim piatu dan semua saudaranya ada di kampung.

Jihan menatap layar ponselnya, ia ragu untuk menelepon Mirza. Tapi tidak ada lagi pilihan lain, akhirnya ia menelepon Mirza.

Pada dering ketiga akhirnya sambungan terhubung.

"Pak."

[Iya]

Jihan melirik Alishia yang terlihat lemas, karena memuntahkan isi perutnya.

"Alishia mabuk, sekarang ia muntah. Tapi saya tidak bisa menemaninya lebih lama lagi, anak saya rewel di rumah."

[Tunggu sebentar, saya ke sana!]

"Baik Pak," jawab Jihan. Tidak ada cara lain, meskipun ia merasa berdosa karena menyuruh suami orang mendatangi apartemen perempuan lain di hari pernikahannya.

Jihan sudah menunggu lima belas menit, akhirnya Mirza datang dengan wajah khawatir. Miris sekali melihat perhatian yang di berikan Mirza sungguh luar biasa, tapi mereka tidak bisa bersama seutuhnya.

"Pak saya pamit pulang." Melihat anggukan Mirza, Jihan keluar dari apartemen Alishia dengan perasaan sedikit lega.

***

Alishia terbangun karena tepukan pelan di pipi kirinya, ia mencoba membuka kelopak matanya.

Kepalanya sedikit berdenyut, entah halusinasi atau apa tapi ia melihat Mirza berada di depannya.

Alishia tidak menahan air matanya yang keluar, ia sudah gila sepertinya. Mana mungkin Mirza ada di apartemennya, seharusnya pria itu tengah menikmati malam pengantin bersama istrinya.

"Sayang, jangan menangis."

Tangis Alishia semakin kencang, mungkin besok ia harus segera ke psikiater. Namun belaian lembut di pipinya, menyadarkan Alishia bahwa ini bukan halusinasi.

Ia menggosok kelopak mata menggunakan tangannya. Namun tangan tertahan oleh tangan kekar Mirza.

"Matamu bisa iritasi jika menggosoknya seperti itu."

Manik mereka saling menatap satu sama lain.

Setelah sadar bahwa Mirza benar-benar nyata, Alishia menghambur ke pelukan Mirza. Hati Alishia menghangat saat merasakan tangan Mirza yang membalas pelukannya.

"Makan dulu ya, tadi kamu muntah banyak banget. Kasihan perut kamu kosong," ujar Mirza dengan suara lembut.

Alishia melepaskan pelukannya, ia memperhatikan Mirza yang membawa nampan berisi satu mangkuk bubur dan segelas air putih.

Alishia menerima setiap suapan yang di berikan Mirza, dia senang pria yang ia cintai memberikan perhatiannya saat Alishia membutuhkannya.

"Satu suap lagi." Mirza mendekatkan sendok ke mulut Alishia.

"Mas udah, aku kenyang."

Mirza menyimpan mangkuk bubur dan mengambil gelas berisi air putih dan membantu Alishia meminumnya. Ia melirik jam di pergelangan tangannya, yang menunjukkan pukul sepuluh malam.

Beberapa kali dering ponsel Mirza bergetar di saku kemeja yang ia pakai, saat di lihat ibunya yang menelepon.

"Kamu tidak papa kan aku tinggal sendiri?"

Wajah Alishia murung mendengar ucapan Mirza.

"Sayang," Mirza membelai lembut pipi Alisha. "Aku harus pulang, kalau aku masih di sini akan terjadi masalah besar," ungkap Mirza mencoba memberi pengertian pada Alishia. Meskipun dirinya masih khawatir meninggalkan Alishia sendirian, saat kondisinya seperti ini tapi risikonya besar jika ia tidak kembali di malam pengantinnya.

Alishia memalingkan wajahnya, "Iya, hati-hati."

Mirza mengatupkan bibirnya. Dia tahu Alishia tidak mengizinkannya pulang, tapi ia tidak ingin semuanya menjadi runyam jika dirinya masih diam di sini bersama kekasihnya.

Mirza mengacak puncak kepala Alishia, "Kamu baik-baik di sini, jangan bikin aku khawatir. Aku janji besok akan menemani kamu seharian."

Telepon Mirza kembali berdering, ia menempelkannya ke telinga sambil berjalan ke luar.

Terpopuler

Comments

Tri Dikman

Tri Dikman

Aku mulai baca

2022-12-23

1

Tri Dikman

Tri Dikman

Lha ini gimana sih ,,hadeehhh

2022-12-23

0

Misda Cabina Aco

Misda Cabina Aco

kayak nya menarik nih😀

2022-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!