Sam
...***...
Suara pemberitahuan kedatangan kereta dari pengeras suara di Stasiun Balapan sudah menggema dari beberapa detik yang lalu. Namun, sosok lelaki yang sedang di tunggu-tunggu oleh sepasang suami istri tak juga nampak. Selain kedua orang berusia hampir paruh abad itu, ada dua anak lelaki dengan tinggi badan yakni sama tinggi, 170cm tak jauh dari mereka yang rupanya sedang menunggu orang yang sama.
Mereka sedikit gemas. Padahal beberapa menit yang lalu mereka sudah mengirimi pesan pada sosok yang di tunggu, pertanda telah sampai di stasiun.
“Sam, mana, si,” tanya lelaki berbaju flanel sedikit gemas karena tak juga nampak seorang yang ia tunggu. Baju yang tak di kancingkan karena masih ada kaus berwarna putih di dalamnya menambah kesan keren terpakai di tubuh dengan kulit sawo matang khas Indonesia.
“Sabar, ellah!” Pemuda berkaus panjang warna hitam menyahut tak kalah ketus. Karena pada dasarnya ia juga telah merindukan sahabatnya yang sudah empat tahun tak di jumpainya.
Rupanya dua orang suami istri bernama Kusno dan Siti tadi, baru menyadari. Bahwa tak berdua saja mereka menunggui keponakannya yang sudah ia anggap anak sendiri. Melainkan masih ada dua anak lelaki berusia 23 tahun yang sebentar lagi akan wisuda di universitas di kota Solo. Dua-duanya. Mereka berdiri tak jauh dari keduanya.
Mereka masih meributkan berapa lama di buat menunggu, terkadang keempat orang itu sengaja memanjangkan leher mereka memindai masing-masing pintu gerbong kereta yang masih terus mengeluarkan isinya, yakni para penumpang.
Sedangkan lelaki yang di tunggu tunggu rupanya sudah tersenyum jahil dari balik mereka.
“Apa kabar Sponsbob dan Patrick?”
Tanpa rasa bersalah, Sam justru menyebut dua sahabatnya menyerupai tokoh kartun kesukaan mereka dulu.
"Aih, njii–," sahut Royan tertahan karena kebiasaan semasa jaman SMA dulu terulang.
Sam tertawa setelah dua orang yang ia tepuk punggungnya itu berbalik di susul sepasang suami istri yang mendekat di samping sahabatnya itu.
Bukan main kaget dan girangnya lelaki yang bernama asli Akmal dan Royan. Keduanya lekas berhambur berpelukan seeperti saat masih sekolah menengah dulu. Melupakan rasa kesal karena di kagetkan.
Beberapa kali Royan dan Akmal menepuk punggung tegap Sam yang sedang terharu dapat berkumpul kembali dengan kedua sahabatnya.
"Apa kabar, man?" ucap Royan dan Akmal kompak.
"Baik, baik. Seperti yang kalian lihat." Senyum Sam tak sedikitpun luntur sejak tadi.
Sementara sepasang suami istri itu telah ikut tersenyum melihat kelakuan ketiga orang yang sudah bukan anak-anak lagi. Bahkan di usia mereka sudah banyak anak tetangga yang sudah menikah atau tak jarang ada yang sudah punya anak.
Merasa cukup, Sam melerai pelukan kedua sahabatnya dan mendekat pada paklek dan buliknya.
”Sehat, Paklik?”
Sam mengulurkan tangan dan mencium tangan adik dari papanya. Tentu saja di sambut bahagia oleh seorang pria yang berusia paruh baya yang mengenakan kaca mata. Lalu ia beralih pada wanita berjilbab segi empat yang sudah di bentuk sedemikian rupa agar terlihat rapi. Sam lakukan hal yang sama seperti pada pakliknya.
“Mamamu udah nanyain terus dari tadi, Sam. Kamunya malah main petak umpet.” Siti mengungkapkan iparnya sudah beberapa kali bertukar chat.
“Iya, sempet-sempetnya ngerjain paklikmu yang udah tua begini,” timpal Kusno mendukung tuduhan istrinya.
“Kowe iseh io jowo ora!” Royan gemas hingga meremat lengan Sam. "Weih, saiki gotot, meen!” Royan mengagumi bentuk badan Sam yang sekarang. Tentu berbeda dari Sam saat pawai kelulusan SMA dulu.
"Ssssst, hokeh pacar mesti nok kono!" Akmal menaik turunkan alisnya menggoda Sam agar memberi sedikit bocoran kisah asmaranya.
"Sam yang sekarang beda jauh, Yan. Udah insaf, dah nggak punya banyak pacar lagi, tuh!" Kusno memang sering bertukar kabar. Jadi ia sedikit tahu jika keponakannya sudah bukan Sam yang dulu lagi. Sam yang sering gonta-ganti pacar. Dan yang paling bikin gemas guru BK adalah sering bolos karena main PS atau nongkrong di bengkel dengan alasan motornya rewel.
“Nah, iyo! Iseh kenal mangan nok hik ora?” imbuh Royan tak mau kalah seraya terkekeh.
“Ellah. Kowe-kowe iku iso ae. Yo jelas isehlah,” jawab Sam yakin.
Dan mereka semua melanjut kan langkah sembari mengobol ringan menuju parkiran di luar stasiun.
“Ikut kita apa ikut Pak Kus, Sam?“ tanya Royan saat mereka sudah di samping Avanza merah marun.
“Yo ikut paklik dulu, to. Pulang ke rumah. Habis itu kalau mau nostalgia bolehlah nanti sorean.” Kusno jelas blum rela jika ponakannya ikut motoran dengan teman-temannya. Pasti masih capek.
”Kalian boleh ikut ke rumah juga," tunjuk Kusno pada Akmal dan Royan yang masih tersenyun segan. Sebab, Kusno merupakann guru Matematika saat mereka SMP.
“Kita nanti sore aja ke rumah, Pak Kus. Habis ini kita masih ada acara di kampus.” Akmal memberi keterangan acara selanjutnya setelah ini. Royan ikut mengangguk membenarkan saat di lirik Sam.
“lho, jadi kalian tadi sengaja ini.” Kusno mengngkat jari telunjuknya, khas saat mengajar.
“Ya, begitulah, Pak Kus. Kita kan setia kawan. Mana kawan lama tak pulang. Kukira lupa jalan pulang.” Akmal tentu memang menyindir Sam kali ini.
Ini adalah kepulangannya yang kedua setelah empat tahun di Manado. Mungkin akan menetap kembali di kota ini.
“Oh iya, ya. Waktu itu Sam pulang karena neneknya meninggal dan buru-buru harus balik Manado karena ada ujian, begitu ya, Sam!” Kenang Kusno dan mencari pembenaran keponakannya.
"Nggih, Paklik kalau nggak salah." Sam terkekeh karena Royan dan Akmal kompak melirik sinis.
“Kita cuma salaman aja sama berbincang dikit banget karena Sam jadi rebutan pakde-pakdenya.” Royan sedikit mendengkus.
“Yo wajar, to, Mas. Waktu itu, Sam kan satu-satunya wakil dari Pakde Rusno.” Siti ikut menimpali.
“Ya, semoga tahun depan papa sudah bisa pindah tugas di jawa Paklik.” Itulah harapan Sam. Jikapun sang papa belum mendapat ijin tugas itu, ia tak ada niatan untuk pergi keluar Jawa lagi. Ia sudah merencanakan chanel usaha dengan keponakanya .
Ya, disini tempat Sam pulang. Sudah cukup ia menurut pada sang papa. Sudah cukup ia di awasi oleh papa. Kali ini ia harus punya pendirian. Selain itu ia akan melakukan misinya di kota ini. Sudah cukup ia di hantui rasa bersalah. Ia akan mencari dan berusaha mendapat maaf dari seseorang yang ia lukai dan ia hancurkan di masa lalu.
*
Begitu Sam bersama Kusno dan Siti sampai di rumahnya. Sam lekas mencari kedua keponakannnya. Kedua anak kembar yang kini tengah bersekolah di tahun kedua sekolah menengah atas terlihat sedang bermain ponsel masing-masing.
“Reva, Reviiii,” panggil Sam dan kedua tangan. merentang.
Dua ciwi-ciwi keponakannnya lantas memekik bersamaan dan berlari memeluk Sam.
“Widhhh, Mas udah di keroyok gadis-gadis ini.” Sam menggoda kedua gadis berambut panjang terurai.
“Mas,ini! Apa masih bandel, jadi nggak di kasih uang lebih buat pulang kampung!” Revi mencecar pertanyaan yang sering ia lontarkan saat chatting lewat What's App. Menyindir Sam yang lama tak pulang kampung.
"Solo-ku bukan kampung, sekarang udah jadi kota besar." Sam menyanggah tetap membanggakan kota kelahirannya.
“Betul, Vi. Masih bandel pasti. Sampai nggak pernah pulang.” Kali ini Reva memukul lengan Sam. Tentu saja itu tak berarti apa-apa bagi Sam.
Sam terkekeh mendengar tuduhan keponakan- keponakannya. Setelah melepas pelukan mereka lanjut mengobrol santai saja dan kembali berlanjut di meja makan saat makan siang.
Pembicaraan santai di meja makan pun masih berlangsung. Bulik Siti bersama Reva lebih memilih makan duduk lesehan menghadap tv led di ruang tengah, yang memang hanya ada sekat bufet partisi dari kayu jati.
“Sam, karena kamu udah pulang. Dan memang berencana mau join usaha sama Pakde Wahid, Paklik mau balik ke rumah paklik ya.”
Kusno membuka pembicaraan setelah menumpuk piring di sisi kanannya. Sementara Sam yang sedang mengupas buah mendengarkan dan manggut manggut. Sudah paham akan rencana Kusno sebelumya.
“Kamu tahu kan, anak muda jaman sekarang kudu musti diperhatikan apalagi Reva dan Revi itu perempuan.”
Penuturan Kusno kali ini mampu menghentikan pergerakan Sam yang sedang mengupas mangga panenan samping rumah yang di rawat khusus.
Sam berdebar mengingat kesalahannya dulu. Ada rasa nyeri yang mengganjal di hati jika mengingat satu sosok bernyawa itu. Sayangnya hingga kini ia tak dapat mencari tahu keberadaannya.
"Dimana kamu sekarang?"
...***...
Hai hai ketemu lagi dengan Erenn_na. Jangan lupa like komen dan kasih rate bintang lima ya. eemm jangan lupa tiap Senin tekan vote buat karya aku.
Semua dukungan teman² semua sangat berarti untuk ku, terimakasih 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Zeyn Seyi
smngt
2024-01-08
0
FULLSUN🌞
😄
2023-03-14
2
Ryana
Assalamualaikum kak, baru eps pertama udah bikin penasaran, semangat buat kakak
2023-02-06
2