"Sam, tunggu!"
Sam yang sedang berjalan di koridor sendirian di panggil oleh seseorang dari arah belakang. Ia lantas menoleh untuk melihat siapa yang sedang memanggilnya. Rupanya ada Ando dengan seragam yang tidak di masukkan ke dalam celana. Tas punggung yang hanya menggantung di lengan kirinya serta snacker yang membalut kaki. Sepagi ini, tapi sudah tak rapi saja.
Sam berhenti di susul dengan Ando yang berjalan mendekat. Ia masih diam santai menunggu sahabatnya mendekat. Entah mengapa raut wajah Ando begitu serius dan tak ramah seperti biasanya.
'Bugh!!!'
Satu tonjokan mengarah pada pipi kanan Sam. Hingga ia terhuyung ke belakang sambil memegangi pipinya yang terkena bogem dari Ando. Pikirannya ngelag, kenapa sahabatnya itu memukulnya tiba-tiba.
"Ndo, gue salah apa?" tanya Sam mengernyit tak mengerti sambil merasakan nyeri di pipi.
Ando yang sedang di liputi rasa marah lantas menatap tajam. Dengan masih terdiam, Ando mencengkeram krah Sam dengan kedua tangannya. Baju seragam yang semula rapi kini berantakan.
"Kamu masih bisa bilang salah apa!" Semakin kencang pula Ando menekan cekalannya. "Kamu mainin Salsa! Dimana otak kamu, hahh!"
"Aku mati-matian ngejar dia. Aku dah relain dia pilih kamu, Tapi kamu...! Emang brengsek, ya!"
"A...," Belum sempat Sam menjawab, Akmal dan Royan serta Dika datang melerai Ando dan Sam.
"Apa-apaan, kalian ini. Masih pagi, wooy!" Itu suara Akmal yang melihat pada Sam dan Ando bergantian.
Dika dan Royan masing-masing mencekal kedua tangan dan bahu kedua sahabatnya. Ya, mereka berlima adalah sahabat sejak kelas X.
"Kalian ini nggak ngotak!" Ando menunjuk Sam, Royan, Dika dan Akmal. "Kalian sahabat macam apa, Sam masih begitu, tapi kalian biarkan!."
"Ndo, kamu bisa tanya baik-baik ke dia. Nggak perlu begini. Lihat, noh!" Royan mendongakkan dagu, matanya memindai kerumunan siswa siswi yang melihat keributan karena ulah mereka.
Akmal, Dika, Ando dan Sam pun melakukan hal yang sama. Melihat ke arah kerumunan.
Saat Sam, Dika, Akmal dan Royan lengah, Ando kembali mencengkeram krah Sam. "Sam, setidaknya Lo pikir perasaan Salsa. Lihat bagaimana dia sukanya ke kamu." Ando masih geram melihat Sam tak merasa bersalah.
"Ndo, udahlah. Kalau kamu mau, kamu bisa ambil." Sam akhirnya menjawab asal.
"Brengsek, Salsa bukan barang!" Ando kembali mendorong Sam, namun Sam hanya menyeringai. Ia mulai merasakan sesuatu yang basah di sudut bibirnya.
"Woyy, Ndo!"
"Santai, Ndo!"
"Tahan, Ndo!"
Ando seperti kesetanan, Ia kembali memukul Sam. Namun, Sam tak melawan.
"Sam, apa kamu lupa! Aku rela biarin Salsa pilih kamu selama ini. Aku masih cinta dia hingga detik ini. Tapi aku hanya diam, itu semua demi persahabatan kita. Tapi kamu sia-siain dia. Haaahhh!" Ando mendorong Sam hingga Sam mundur selangkah.
"Aviando!" Teriak Royan dan ia pun jadi sasaran tangan Ando selanjutnya.
Begitu Ando puas melampiaskan kekesalannya, ia lantas pergi ke kelas. Badannya baru pulih dari sakit. Tapi melihat Salsa, orang yang di cintainya menangis saat menjenguknya kemarin, ia jadi geram.
Kini tinggalah Sam dan ketiga teman yang tersisa, melihat sendu pada Ando yang pergi begitu saja.
"Sam, bibir kamu berdarah." Akmal menyentuh sudut bibir Sam, "robek, Sam!"
Sam menepis pelan tangan Akmal. "Aku nggak apa-apa," jawabnya saraya berjalan menjauh dari koridor kelas X.
Nada adalah salah satu makhluk yang melihat kejadian itu. Ia bergidik melihat keributan kakak kelasnya. Samar-samar, ia tadi mendengar sebab terjadi keributan. "Oh, masih tentang cewek kemarin," gumam Nada lalu masuk kelas.
*
"Tadi katanya ada yang ribut depan kelas, kamu tau kenapa, Nad?" tanya Via pada Nada, namun Nada hanya diam menyandarkan kepala di meja sambil memejamkan mata.
"Nad, kamu sakit?" tanya Via yang mulai panik saat Nada hanya memejamkan mata. Ia menempelkan punggung tangan pada dahi Nada, ada keringat dingin di dahinya.
Via sibuk menempelkan punggung tangannya pada kening. tak berhenti di situ, tangan Via menyelinap masuk ke dalam jilbab Nada agar dapat meraba leher Nada.
Hal itu membuat Nada mau tak mau membuka mata lalu menegakkan duduknya. "Apa, sih Vi? Jangan berisik napa?"
"Kamu sakit?"ulang Via dan Nada menggeleng.
"Aku hanya sedang pms, Vi, jadi lemes banget."
"Ke UKS, yah?" tawar Via.
"Apa harus?" tanya Nada polos. Padahal wajah sudah pucat pasti karena menahan nyeri perut.
Akhirnya, Via membawa Nada ke UKS. Sampai di sana, ada petugas yang langsung memberi Nada air hangat untuk di minum. Sedangkan Via kembali ke kelas karena sudah mulai jam pelajaran ke 7.
"Ini saya beri air hangat, buat menyeka perut," petugas memberikan satu botol kaca yang sudah di beri air hangat, untuk menyeka perut Nada. Lantas petugas keluar UKS untuk mencari pereda nyeri untuk Nada.
Nada sendiri sudah berbaring menyamping serta menempelkan botol di perut. "Aaa auuuuuu, sakiiiit." Keluhnya karena rasanya sungguh melilit juga nyeri hebat.
"Bisa diem nggak!" Suara di seberang tempat tidur UKS membuat Nada seketika menghentikannya ringisannya juga. Begitu tirai di buka,Nada mendapati Sam yang juga tengah berbaring di sana. Menghadap tepat ke arahnya.
"Ngapain, Mas, tidur di situ?" tanya Nada.
"Ini tempat umum! Siapapun boleh tidur di sini." Rupanya, setelah insiden dengan Ando tadi membuat Sam yang sedang malas ikut pelajaran, menggunakan sakit yang di bibirnya sebagai alasan ia tidur di UKS.
"Ah iya, itu pasti sakit. Sampai robek," gumam Nada.
"Rupanya, kamu perhatian juga sama aku." Sam sekarang menopang kepala masih sambil tiduran.
Nada yang semula respect menjadi memutar bola matanya jengah. Pede sekali makhluk ini,
"Kamu sendiri kenapa?" tanya Sam pada Nada tapi Nada membuat posisi miringnya membelakanginya Sam. Nada yang sedang malas berdebat itu lantas tidur miring membelakangi Sam. "Itu di rok kamu apaan?"
Pertanyaan Sam membuat Nada panik dan spontan duduk mengecek roknya. Gawatt, ada darah yang merembes. Tentu, hal itu membuat Nada malu sekali. Oleh karenanya ia jadi kesal, bertambah saja rasa tak nyaman saat Sam masih memperhatikannya.
"Jangan di lihat! Udah sana! Hadap sana, jangan di lihat," tunjuk Nada mengarahkan Sam untuk melihat berlawanan arah.
"Sakit, nggak, sih?"
Hal yang tak nyaman dari Nada justru membuat Sam sedikit panik. Ia berdiri dan berjalan ke arah pintu untuk memanggil petugas yang berjaga. Kebetulan petugas tadi baru datang membuat air dari kunyit.
"Mbak, itu ada yang berdarah di rok."
"Hahh?" pekik petugas lantas mengecek celananya. "Nggak, ada," ujar petugas pada Sam.
"Itu yang di dalam, mbak!" Sam sudah gemas karena petugas baru mengerti maksudnya.
"Udah, tenang aja. Saya sudah biasa menangani hal seperti itu."
"Tapi dia berdarah, bukannya itu sakit?"
Petugas tadi lantas meninggalkan Sam yang masih bengong di dekat pintu. Saat sudah di sisi Nada petugas tadi memberi cairan kunyit asam dan gula merah pada Nada. Ia katakan setelah ini, dia harus mengganti tok juga cela** dan pemba***.
"Makasih, Mbak," jawab Nada barulah petugas tadi berjalan keluar. Nada, melirik sinis pada sosok yang tadi pagi sedang membuat kekacauan.
"Udah, gitu doang?" tanya Sam saat ia kembali sisi Nada.
"Emang mau di apain lagi?" geram Nada mulai sewot.
"Ya, di perban kek, di jahit kek. Itu kan, luka," usul Sam dan membuat Nada tertawa.
"Oh, my ...., Kenapa ada mahkluk planet lain nyasar ke sini."
*
...hai hai, maaf baru update.🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
miss©©©lee
😂😂😂😂😂 darah pms, di kira darah apaan di perban 😪😪😪😪
2023-01-09
0