*
"Assalamualaikum," lirih Bella saat memasuki ruang rawat inap. Ia menarik tangan Nada yang masih berbalut blouse berwarna mint untuk masuk kedalam.
"Waalaikumsalam," lirih Sam seraya membuka mata perlahan. Pandangannya mulai menyesuaikan pencahayaan yang amat terang. Dan begitu menyadari siapa yang datang matanya membola saking terkejutnya. Benarkah itu Nada?
"Gimana, keadaan kamu, Sam? Aku kaget, habis mampir rumahku malamnya Royan bikin story' kamu habis tindakan operasi."
"Iya, Bel. Udah tinggal pemulihan aja, Alhamdulillah cepet penanganannya." Sam melirik seorang yang menunduk di samping Bella. Dari jarak Sam terbaring, seorang itu hanya sedikit saja yang terlihat olehnya.
Siapa lagi jika bukan Nada, dia di paksa datang menjenguk Sam oleh Bella. Ada rasa ingin dan enggan yang terus berperang, hingga akhirnya Nada pun menuruti kemauan Bella. Namun sesungguhnya, bagi Nada sendiri ada sedikit rasa bersalah saat kemarin mengusir orang yang kini terbujur tak berdaya di hadapannya.
Sam sedikit tersenyum, sedikit sekali. Ada Rasa bahagia saat seorang yang tak berani ia bayangkan kini bahkan ikut menjenguknya. Ia bahagia di tengah rasa sakitnya. Ya, rasa sakit, bahkan untuk sekedar mengangkat lengan kirinya saja terasa berat.
"Terimakasih, Bel, Na–da, sudah repot-repot jenguk aku. Padahal kan jauh."
Bella mencubit punggung tangan Nada yang sedang menggamit lengan kanannya. Namun, dasar Nada tidak peka. Atau memang dia enggan untuk berbicara, jadi kode dari Bella tak ia indahkan bahkan hanya untuk mengucap sama-sama.
Bella tersenyum, "Iya. Sejam perjalanan, lumayan lah, ya. Coba Nada masih punya kost di Solo ya Nad, kalau-kalau ada perlu bisa buat singgah." Bella menoleh pada Nada, "mana tadi buahnya! Kasih ke Sam!"
Nada mengangkat wajahnya, dan buru-buru ia letakkan satu kresek berisi buah-buahan di nakas Sam lalu kembali ke semula.
Dalam hati Sam ingin tertawa melihat tingkah Nada. Ia seperti melihat sosok Nada dulu, sewaktu masih berseragam OSIS putih -abu. Sosok pecicilan sedikit pemalu itu masih bisa Sam jumpai di masa sekarang.
Sam menunjukkan dua kursi plastik di bawah brankar. Lekas Bella dan Nada duduk di sisi kanan Sam. Tepat di depan Nada ada luka di kaki kanan Sam yang masih di balut kasa. Saat hujan turun, Sam melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal gunung sepulang dari rumah Bella. Sayang, saat terjatuh kakinya terkena kerasnya aspal jalan sehingga ada lecet di sana.
Perbincangan kini lebih di dominasi oleh Bella dan Sam. Nada hanya duduk diam mendengarkan dan mengedarkan pandangannya. Ia mencari-cari saudara atau siapa yang menunggu Sam namun tak ia temukan. Seingatnya dulu, Sam punya paman dan keluarganya yang lain meskipun orangtuanya sendiri tak ada di Jawa.
"Na," panggil Bella dan membuat nada terkejut.
"Hm?" Nada menoleh pada Bella dan membuat matanya bertemu dengan kedua mata Sam. Namun, dengan segera ia melihat penuh pada Bella.
"Itu di tanya, Sam!"
"Hm?" Nada spontan melihat pada Sam, "kenapa, Mas?"
Sam lagi-lagi tersenyum namun sekuat tenaga tak ia tunjukkan. "Kamu nggak nggak ngajar?"
"Aku, ada sesuatu yang musti di urus di kampus," ucapnya tak sepenuhnya berbohong. karena setelah ini ia akan bertemu dengan Mega untuk membahas sesuatu.
"Bukannya baru saja wisuda, memang apa lagi yang di urus?"
Pertanyaan Sam membuat Nada menyimpulkan sesuatu. Sam mengetahui bahwa ia baru saja wisuda, itu berarti bucket bunga waktu itu memang pemberiannya.
"Ada perlu sama temen," jawab Nada sekenanya membuat Sam tersenyum tipis untuk menanggapi.
"Ah, aku ke toilet dulu, ya," ucap Bella tiba-tiba.
"Mau kemana?" cegah Nada saat Bella berdiri sembari memegang tangan Bella. Sudah kawatir saja Nada hanya berdua di dalam ruangan dengan Sam.
Bella tanggap akan situasi. Dulu, ia bahkan sampai ribut dengan Nada karena memperebutkan Sam. Tapi sekarang, keadaan sudah berubah. Ia sudah ada kekasih yang jauh lebih baik. Sudah di tekankan oleh Bella bahwa dia menjenguk Sam karena teman lama sekaligus memahami keinginan Sam yang ingin kembali dekat dengan Nada seperti cerita Sam kemarin.
"Yaelaah ke toilet. Rep melu, kowe?(mau ikut kamu?)" tanya Bella meledek.
Akhirnya, tinggallah Nada dan Sam di ruangan itu, setelah Bella pergi sengaja memberi ruang pada Sam.
Hening beberapa menit berlalu begitu saja. Nada hanya diam menunduk dan mengadu kukunya yang ia buat sedikit meruncing. Walau ia rawat, tapi saat ia mengucek baju, tak jarang patah juga.
Sam sendiri sedang mengatur kata agar tak menyinggung Nada apalagi sampai membuat Nada tidak nyaman.
"Sudah berapa lama mengajar?" tanya Sam membuat Nada mengangkat wajahnya lalu kembali menunduk.
"Enam bulan," jawab Nada singkat.
"Aku ikut senang, cita-cita kamu bisa tercapai." Aku sangat bahagia melebihi yang kamu tahu. Melihat kamu seperti sekarang ini, aku benar-benar bangga padamu.
"Makasih,"
"Tadi ijin bapak tidak kalau mau kesini?"
"Udah,"
Mendengar jawaban Nada membuat Sam gemas sendiri. "Kamu tuh, jauh-jauh datang kesini. Harusnya kamu yang tanya keadaan aku. Kok malah aku yang banyak nanya ke kamu," sindir Sam pada Nada yang justru memalingkan wajahnya sejenak. Kesal saja.
"Memang aku harus nanya apa? Kamu udah bisa senyum-senyum nggak jelas begitu. Bukankah udah jelas lebih baik," sahutnya sewot sembari melirik sinis pada Sam.
Tak tahu saja, Bella yang ada di balik pintu mengeratkan giginya karena gemas. Dodol banget sih mereka, udah pada dewasa juga, masih kaya'anak SMP mau pedekate.
"Nada, meski tanganku retak tapi aku masih bisa cari nafkah buat kamu. Niatku buat nikahin kamu masih tak berubah apalagi surut. Aku masih sangat berharap besar sama kamu."
Nada menatap Sam sinis. "Bisa-bisanya ya. Mas kamu bahas ini di saat kamu lagi nggak sehat begini."
"Tapi aku nggak gila apalagi hilang ingatan, Nada. Aku masih waras dan teramat sadar berkata demikian."
"Sudahlah, Mas. Kamu sudah tahu kan kalau aku udah mau nikah sama orang. Jangan bahas hal-hal yang nggak penting. Aku ke sini sebatas jenguk orang pada umumnya, jadi jangan beranggapan lebih." Nada berdiri dan menoleh ke arah pintu. "Aku rasa sudah cukup lama aku di sini, takut jam besuk habis. Aku pamit. Nanti bilang aja kalau Bubelle kesini aku nunggu di parkiran."
Sebelum Nada benar-benar beranjak satu tangan Nada berhasil Sam raih. "Nada, tunggulah sebentar," ucap Sam memohon.
Nada menghentak tangan Sam tanpa sengaja.
"Aaaaau," lirih Sam karena tangannya mengenai sisi besi brankar. Sedikit ngilu.
Nada bimbang, ingin menghampiri lagi namun ia urungkan dengan segera dan dengan cepat ia keluar dari ruang rawat Sam.
Sam sendiri hanya bisa menatap tangannya yang sempat meraih tangan Nada dengan nanar. Ia memejamkan mata merasakan sedih dan bahagia yang bercampur seolah memberi kekuatan baginya.
*
"Hallo, siapa?"
^^^"Aku Sam,"^^^
"Sam? Sambara?"
^^^"Ya,"^^^
"Ada apa, Sam? Ohiya di grup alumni kamu kena musibah, aku turut prihatin ya, semoga lekas pulih dan bisa beraktivitas seperti biasa."
^^^"Makasih, Tar. Aku ada pertanyaan penting."^^^
"Ya. Yaaa tanyakan saja."
^^^"Ada hubungan apa antara kamu dan Nada?"^^^
"Aku? Aku ya, teman dekat. Cukup dekat malah
. Ada masalah?"
^^^"Bukankah kalian akan menikah?" tanya Sam kawatir bercampur resah jika akan di jawab iya oleh Atar.^^^
"Mau jawaban jujur atau bohong Sam?"
^^^"Sialan, aku nggak mau bercanda."^^^
"Padahal hobi kamu dulu suka bercanda, Sam. Ayolah jangan terlalu serius aku jadi takut," Atar di sana mencoba tak begitu serius. Ia berusaha bersikap setenang mungkin.
^^^"Tar, jawab jujur. Kita sudah sama-sama dewasa."^^^
Sejenak Atar di sana menghela nafasnya. "Aku memang suka Nada dari dulu, Sam. Tapi Nada itu sulit banget buat di dekati. Berawal dari saat dia meminta tugas saat sering ke rumahnya. Hingga aku begitu akrab dengan bapak dan ibunya. Nggak tahu di hati nada ada aku atau tidak. Tapi saat aku ajak dia menikah, dia nggak bisa jawab."
Sam lega. Sangat lega mendapatkan pengakuan dari Atar. Ia yakin Atar tidaklah bisa berbohong mengingat siapa Atar di masa dulu. Siswa berprestasi jujur dan begitu santun terhadap guru. Banyak teman dan masuk anak terpercaya dari pembina kesiswaan.
"Sam, kamu masih di sana?" tanya Atar saat Sam hanya diam.
^^^."Iya," gumam Sam.^^^
"Kali ini aku yang akan bertanya serius sama kamu."
^^^"Tanyakan saja!"^^^
"Apa kamu masih menyukai Nada?"
^^^"Ya, aku akan menikahinya. Karena itu tujuanku kembali ke sini."^^^
"Kalau begitu, selamat berjuang, Sam. Aku akan kembali berusaha jika kamu lengah sedikit saja. Apalagi, jika kamu membuat kesalahan lagi."
"Kesalahan?" tanya Sam merasa aneh.
"Ya. Kamu pikir aku tidak tahu Sam!"
"Tahu, apa?" Sam masih tak mengerti.
"Aku tahu apa yang terjadi kala itu. Bahkan aku satu-satunya orang yang tahu malam perpisahan itu. Di ruang UKS lantai dua."
Sam terpaku di tempatnya. Ia sampai terhuyung jika ia tak berpegangan di kursi belajarnya. Malam perpisahan? Di UKS? Lantai dua? Atar?
*
...Nah nahh nahh, ada apa???...
...follow igeh aku ya, @rna.darkchoco.14...
4
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Widya Ekasari
nahh,, kann
2023-07-16
0
Tatananika_Sazenka
kok aku mikirnya kesana yah,,
2023-02-09
1