...***...
Dering alarm pada ponsel yang terletak asal di samping bantal, memaksa makhluk hidup bernama Alsaki Sambara itu membuka kesadaran juga matanya. Ia memicing saat menoleh pada jendela geser yang ada di kamarnya tak tertutup gordyn dengan sempurna itu menampakkan cuaca masih gelap. Bahkan suara solawat dari pengeras suara masjid baru saja berhenti.
Mematikan alarm pada ponsel dan beralih pada menu instagramnya. Dari sana, ia mengambil foto jendela kamar dan membubuhkan beberapa caption disana.
Pagi pertama setelah empat tahun berlalu di dataran seberang.
Dengan malas Sam bangun dan membuka jendela kamar. Saat menyentuh kaca kamar yang berembun tersebut ia ingat saat dulu mengendap di belakang kelas gebetan dan menuliskan dua huruf di awal dan di akhir serta satu tanda di tengahnya. Sam tersenyum dan geleng-geleng kepala mengingatnya.
Saat berbalik dan melewati meja yang biasa ia gunakan untuk meletakkan tas dan buku pelajaran dulu, Sam terdiam. Ia duduk pada kursi kayu dan menarik laci disana.
Satu kotak dari kardus berwarna coklat masih berada di sana. Ia terhenyak sejenak. Perlahan ia ambil dan gemuruh di dadanya kembali bergetar, saat ia melihat benda di dalamnya. Ia memasukkan dengan kasar kotak itu dan menutup laci kembali.
"Astagfirullah," kata Sam sembari memegangi dadanya.
"Maaf, Nada," lirihnya lagi.
***
Sesuai kesepakatan dengan paklik Kusno, Sam kini tinggal di rumahnya sendiri. Ada tetangga yang bantu-bantu bersih rumah dan pulang sore. Bagi Sam, itu sudah cukup membantu.
Sam sudah cukup berterima kasih pada Kusno dan Siti yang sudah merawat dan menghuni rumahnya selama empat tahun ini.
Jam tujuh pagi, pekerja yang biasa bekerja di rumah orang tua Sam itu sudah datang. Hampir bersamaan saat Sam membuka gerbang tralis besi. Rupanya, Sam baru saja lari pagi di sekitar lingkungan tinggalnya.
"Mas Sam, gimana kabarnya?" sapa Siti, pekerja yang biasa di panggil Bu Siti untuk membantu bersih-bersih.
"Baik, Bu." Sam sedikit mengulas senyum. Cuma sedikit.
"Bapak sama ibuk belum ada rencana pulang, Mas?" tanya Siti terlihat lega karena Sam yang sekarang sungguh berbeda dengan Sam beberapa tahun yang lalu. Sudah sedikit lebih ramah.
"Mungkin beberapa bulan lagi, saat Pakde mantu Mbak Tika , Bu."
"Oh, ya, sudah. Saya lanjut beberes dulu."
"Nggih, monggo."
Setelah berbasa-basi sekedarnya, Sam mulai sibuk membalas pesan di ponselnya. Ia bertukar pesan pada beberapa teman-teman tongkrongan atau teman sekelasnya dulu.
Bukan tanpa sebab ia jadi sesibuk ini saat hari masih pagi. Itu karena ia membuat sebuah story' pada akun instagramnya beberapa detik yang lalu.
Hanya potret sederhana tapi cukup menegaskan jika ia sudah berada di Jawa. Tapi respon teman-teman seangkatan, setongkrongan, beberapa sudah riweh menayangkan kabarnya.
Semalam, ia sempat nongkrong bersama Royan dan Akmal di warung hik di pertigaan dekat rumah. Namun, tak lama ia segera pulang karena Kusno, Siti serta kedua anak kembarnya segera pulang ke rumahnya sendiri di daerah Solo Baru.
Rupanya, keputusannya memilih naik kereta dari Malang ke Solo adalah pilihan yang sedikit tidak tepat. Karena ia merasakan badannya cukup lelah dan pegal. Harusnya Ia memilih tujuan Yogyakarta saja agar lebih dekat jika mau ke Solo.
Senyumnya kembali terbit saat ia berhasil merekam melalui ponsel dan dari kamera digitalnya untuk mendapatkan beberapa foto dan video yang aestetik. Sam lebih memilih duduk di meja makan dan masih berkutat dengan ponselnya. Saat tak sengaja ia menemukan foto yang tersimpan di galerinya, ia cukup tercengang.
Ia menemukan sosok yang selalu membuatnya di hantui rasa bersalah. Potret gadis berjilbab segi empat yang sedang berdiri di antara jajaran orang-orang di depan sebuah instansi.
"Nada," gumamnya.
Dengan hati yang berdebar Sam menelusuri foto itu berdasarkan riwayatnya. Saat di temukan, rupanya foto itu sudah ada sejak beberapa minggu yang lalu di grup chat SMA-nya dulu. "Kenapa aku baru nyadar sekarang," sesalnya.
Ia lebih menyesal lagi saat tahu dirinya dan beberapa teman yang lain mendapatkan tag karena nama kontak disana menanyakan salah satu teman sekelasnya yang berada di foto itu.
Kenapa Nada bisa foto bersama Bella? Bukankah dulu mereka bahkan tak saling tegur sapa.
Sam putuskan untuk mengirim whatsapp pribadi pada kontak yang mengirim foto. Namun, jawaban tidak tahu dari kontak itu cukup membuat Sam kembali kecewa.
Tak mau pusing, Sam akhirnya membuat janji bertemu dengan Akmal dan Royan. Setelah mendapat balasan, meskipun masih menunggu satu jam lagi, Sam akan menyanggupinya.
Dengan cepat Sam membersihkan diri dan menyempatkan sarapan beberapa potong bakwan dan teh panas. Setelahnya ia segera ke carport dan mencari motor lamanya.
Beruntung motor matic yang dulu di pakai saat sekolah masih ada. Motor matic yang dulu di pakai saat sekolah SMA. Beruntung masih terlihat bagus, karena motor itu di pakai Reva beberapa tahun ini. Kemarin di bawa Reva untuk di kembalikan. Sedangkan satu Avanza milik papa masih di pakai Kusno.
Jadilah Sam melesat pergi ke tempat kafe dekat kampus Royan.
"Lama banget, ngapain aja, sih?" serang Sam saat kedua temannya sudah bergabung di meja tempatnya duduk.
"Lagian kamu itu! Semalam nongkrong belum ada sejam udah balik duluan. Nggak asyik banget. Sekarang saat kita lagi ada perlu sama dosen kamu maksa ketemu. Ada-ada aja!"
Royan melihat Sam intens. "Kamu kumat lagi galaunya!" Royan meledek agar raut wajah Sam sedikit lebih santai.
"Kalian masih belum nemu kabar dari Nada?" Bukan menjawab, Sam justru balik bertanya pada tujuan awal ia menemui kedua sahabatnya.
Royan dan Akmal kompak menghela nafas.
"Masih belum move on kamu, dari dia." Royan menepuk beberapa kali bahu Sam.
"Tau, tuh." Akmal merebut latte di depan Sam dan meminumnya.
"Ck! Pesen sendiri, lahh," gerutu Sam masih dengan wajah murung. Tapi tak merebut kembali latte yang di sisakan setengah gelas itu. Enak saja minum bekas dia, begitu pikirnya.
Memang satu masalah besar yang ia simpan rapat-rapat sejak acara kelulusan kala itu tak sedikitpun ia bagi pada siapapun. Bahkan pada kedua sahabatnya. Masih teringat jelas raut kebingungan juga tangis tergugu seseorang waktu itu.
Sam meraup wajahnya sendiri. Berusaha menenangkan pikirannya yang sedang kacau.
Setelah tenang, Sam berusaha berbicara pada Royan dan Akmal yang sedang fokus pada ponsel di tangan masing-masing.
Sam keluarkan ponselnya dan cepat menemukan satu foto di galerinya.
"Aku mau bahas ini!" Sam menunjuk dan sengaja mengzoom foto. Sedangkan Royan dan Akmal segera merapat untuk melihat apa yang di tunjukkan Sam.
"Ini Bella kan, teman sekelas kita! Dan ini Nada." Sam menunjuk bergantian dua objek yang berdiri dengan tersenyum cukup dekat. Bahkan Bella merangkul bahu Nada yang sedang mengangkat jari tangannya membentuk finger heart."Tau dong, kalian. Maksud aku apa!"
Akmal dan Royan mengangguk membenarkan. Ia paham Nada dan Bella dulu sempat terlibat ribut karena cowok di masa SMA. Dan melihat potret mereka berdua tampak berdiri bersihkan diantara empat teman yang lain, mereka mulai menyimpulkan sesuatu.
"Mereka kerja di tempat yang sama Sam." Akmal yang bersuara.
"Iyyuuup. Bener." Royan menggerakkan telunjuknya berulang.
Kini Sam menegakkan duduknya. "Nah, itu dia yang aku tanyakan. Mereka ini di mana?"
"Ya coba lihat itu mereka ada di daerah mana!" Royan mulai ngegas.
"Lihat, dodol! Lokasi mereka ketutup orang-orang ini!" Akmal menarik topi dari kepala Royan karena gemas.
Kegiatan mereka terjeda saat Pelayan kafe membawa nampan berisi pesanan Sam yang memang sudah ia pesan tadi. Kali ini pesanan yang seharusnya menjadi hak Royan sudah di ambil lebih dulu oleh Sam. Berharap Ice latte yang dingin dapat membantu mendinginkan isi kepalanya yang terasa penuh akan rencana-rencana yang sudah ia susun sejak memutuskan untuk pulang ke Solo.
Akmal sengaja mengalihkan perbincangan pada hal lain juga tentang rencana Sam yang mengelola bengkel milik Pakdenya. Hingga keseruan saat dulu membolos sekolah dan memilih bermain PS menjadi pencair suasana yang tadinya begitu serius.
Beberapa saat kemudian, Akmal ke toilet sedang Royan terlihat sedang berbicara lewat sambungan telepon. Sementara Sam kembali terduduk lesu dan menghela nafasnya. "Kamu dimana, Nada?"
...***...
jangan lupa like sama komentarnya ya man teman
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Tatananika_Sazenka
wehh, solo, ta😂😂😂😂
2023-02-05
1
Widya Ekasari
Alsaki sambara
2023-01-15
0
miss©©©lee
next
2022-12-18
0