Sore ini, Sam masih sibuk dengan pekerjaannya. Ada satu cangkir kopi di kanan laptopnya, tinggal setengahnya saja.
Saat sedang fokus pada layar lipat di hadapannya, ia mendapatkan pesan dari Alif, sang kakak.
[Itu duit, buat projek yang dulu pernah kita bahas, Sam.]
Sam masih terdiam tak mengerti dengan alis hampir tertaut, karena berusaha mengingat proyek apa yang kakaknya sampaikan. Baru saja ia akan membalas pesan Alif, satu notifikasi lagi mengalihkan perhatiannya. Saat melihat isi pesan berikutnya, Sam terbelalak karena nominal yang sang kakak kirimkan.
^^^[Banyak amat, Mas?]^^^
Hanya itu yang berani ia kirimkan. Tak mungkin jika ia berani menanyakan proyek apa gerangan yang di maksud. Bisa habis di telepon panjang kali lebar. Ia ingat, saat Alif menghadiri acara wisudanya dulu dan sempat bermalam di rumah dinas papa, pembahasan soal proyek sudah di singgung sebelumnya. Namun, Sam yang sedang kelelahan tak menggubrisnya bahkan sampai tertidur.
[Kamu pikir mau bikin warteg duitnya kecil. Ini usaha besar, Sam. Jadi pastikan kamu sudah mendapatkan rekan bisnis yang dapat dipercaya.]
^^^[Iya, Mas.]^^^
Jawaban singkat adalah andalan Sam saat tak mau berurusan panjang.
[Tanyakan saja pada Pakde Wahid, berapa dana saat dulu bikin bengkel itu. Biar buka wawasan kamu!]
Oh, ternyata urusan buka cabang baru. Ku pikir dulu cuma omong kosong aja.
"Nambah kerjaan lagi, nih. Kapan ada waktu buat samperin Nada," gumamnya sambil berjalan dan menyandarkan tubuh di sofa.
Ia abaikan dulu pesan dari Alif lalu berpindah pada room chat grup SMA.
Wajah yang sangat ia kenali menjadi topik hangat para penghuni cewek teman sekelasnya dulu.Mendadak, rasa tak rela menyeruak ke permukaan.
"Satu lagi teman seangkatan kita akan sold out, gaesss. Kawal sampai halal, yok. Biar kita bisa reunian, nih."
Disana ada potret Nada dan Atar yang sedang foto berdua. Ada satu tangan yang terlihat ikut berada di sisi kiri Nada sedangkan di sisi kanan Nada ada Atar, teman seangkatan dulu. Mungkin sengaja di crop oleh pengirim. Sam dapat membacanya meskipun caption pengirim membuat Sam seperti di siram air garam pada lukanya.
"Nggak, ini nggak mungkin. Aku nggak boleh diam saja begini."
Malamnya, Sam mengirimkan satu pesan pada Nada. Hanya kalimat salam yang mampu Sam kirimkan. Hingga berjam-jam menunggu balasan, Sam tak juga mendapatkannya.
"Apa aku terlalu pengecut jika hanya berani lewat udara seperti ini?"
Sam melihat jam dinding di atas pintu penghubung ruang tengah dan ruang makan. Waktu sudah cukup larut untuk berkirim pesan dan mengharapkan balasannya.
Sedangkan di sisi kota lain, Nada masih mengerjakan pelaporan online. Yah, tinggal di daerah pedesaan memang tak semudah saat tinggal di kota. Ada saja kendala jika hujan, signal tak bisa di ajak bersahabat.
"Pengen ngopi, tapi takut kambuh."
Akhirnya, Nada ke dapur dan membuat minuman sereal. Ia bawa kembali ke kamarnya dan masih setia menunggu proses validasi data.
Benar adanya, saat ia mampu mengerjakan tugas administrasi satu. Tugas lainnya mulai di limpahkan kepadanya. Alasannya cukup klasik.
"Biarlah yang muda yang turun tangan. Yang bisa gerak cepat. Yang sudah tua-tua begini, sudah tak cakap administratif."
Bu Yuni yang bilang seperti itu. Nadapun memakluminya, sebagai ibu rumah tangga dengan tiga anak, sudah pasti kesibukan Bu Yuni berkali lipat darinya.
"Memikirkan jadi ibu rumah tangga, jadi takut sendiri," gumam Nada masih terus memandangi layar sambil menyesap minuman sereal sedikit demi sedikit.
Fokusnya teralihkan saat ponsel menyala . Rupanya, baterai sudah full. Nada segera membukanya dan mengaktifkan data. Saat itu juga banyak notifikasi yang masuk. Ia abaikan sebentar dari icon perpesanan itu dan beralih pada aplikasi edit. Ia mulai mencari cari foto-foto hasil dagangannya kemudian mengeditnya untuk di unggah di medsos.
Tadi sore ia sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat donat. Dan nanti sebelum subuh ia harus membuat beberapa snack untuk di bawa ke sekolah.
Saat ia menggulir layar sampai pada menu perpesanan dengan icon warna hijau, ia mengernyit menemukan satu pesan dari nomor tanpa nama. Bisa di pastikan, itu adalah nomor baru. Jadi belum ia simpan dan di beri nama.
Bersamaan dengan itu, tanda succes tertera di layar laptop. Nada tersenyum lega dan segera mendownload untuk ia buat sebagai arsip.
Setelah selesai ia matikan laptop dan buru-buru merebah di kasur busa dengan dipan rendah.
Malam itu Nada terlelap. Hingga suara qiroah dari pengeras suara masjid membangunkan tidur Nada. Ia segera bangun untuk membuat adonan donat kentang seperti hari-hari sebelumnya.
Sudah ada ibu di dapur yang sedang mencuci beras. Ia segera menyiapkan tepung, mentega, kentang yang sudah di kukus juga bahan-bahan lainnya. Setelah menguleni dengan tangan hingga tak lengket, Nada mendiamkan adonan dan di tutup serbet agar mengembang sempurna.
"Dah, sana subuh dulu," kata Marni mengingatkan Nada.
Setelah berkata iya Nada pun berlalu untuk menunaikan kewajiban dua rakaatnya.
"Na," panggil Hardi saat Nada keluar dari kamar selesai dengan kewajibannya.
"Ya, Pak."
"Kemarin bapaknya Atar ketemu bapak saat di kantor Samsat. Dia bilang, senang sekali anaknya punya calon istri seperti kamu. Apa benar begitu? Kamu sudah di kenalkan sama orang tuanya Atar?"
Bertemu tanpa sengaja saat di kondangan temen waktu itu, sudah bisa bilang suka?
"Bapaknya Mas Atar bilang begitu, Pak?' tanya Nada mulai resah.
"Iya. Apa benar kamu tengah berhubungan serius dengan Atar? Kalaupun iya, bapak senang sekali, Nduk. Akhirnya kamu sudah mau membuka hati. Kamu tahu kan, sejak anaknya pak kades tak kamu terima pinangannya waktu itu, tetangga jadi sibuk ngomongin kamu."
Nada menghela nafas. "Memang begini hidup di desa, Pak. Ada kabar yang belum tentu benarnya udah tersebar dari mulut ke mulut."
"Jangankan kabar tak enak, Nduk. Kabar baik pun juga di bicarakan," tambah Marni yang melintas ke meja makan. Tentu ia mendengar pembicaraan suami dan anaknya.
"Pak, Nada belum mau memikirkan hal-hal seperti ini. Jikapun ada tetangga yang membicarakan Nada, biarkan. Itu urusan mereka, mulut mereka. Bapak jangan risaukan Nada." Nada ikut duduk di samping Hardi sambil mengelus bahu yang masih kokoh, walau usia tak lagi muda. Dari bahu itu, Nada tahu, bagaimana sang bapak menjaganya bak berlian. Saat itu juga hati Nada merasa pedih bila mengingat tingkahnya saat remaja dulu.
"Bagaimana bapak bisa diam saja, Nduk. Bapak ini, bapak kamu. Orangtua mana yang rela mendengar anaknya di bicarakan buruk oleh orang lain."
"Bapak, Nada tak membutuhkan penilaian orang. Baiknya Nada akan di nilai baik jika mereka menyukai Nada. Begitupun sebaliknya, Nada akan terlihat buruk bila mereka tak menyukai Nada."
Hardi mengangguk memahami pemikiran Nada. Dirinya hanya terlalu khawatir pada anak semata wayangnya bila sampai terusik dan jadi minder.
"Asalkan Nada tak mengusik hidup mereka, bapak tidak usah resah dan merasa terbebani, ya. Doakan Nada, Pak, agar mendapatkan jodoh di saat yang tepat."
Hardi duduk dengan mata mulai berkaca-kaca. Ingat saat melewati sekumpulan ibu-ibu yang sedang menyuapi anak-anaknya di dekat poskamling. Dengan raut dan kata-kata yang terlihat penuh kepedulian juga meremehkan, mereka menyakan Nada yang tak juga menikah. Padahal, anak gadis seusia Nada sudah menikah bahkan tak menunggu setahun dua tahun sejak lulus SMA.
Bagi Nada, dua puluh dua tahun, adalah usia yang masih di bilang masih terlalu dini untuk berumah tangga.
Tak mau terbebani pada hal itu, Nada ke dapur untuk membuat adonan yang sudah mengembang menjadi kecil-kecil. Membuat bulatan-bulatan sambil memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan pada Atar nanti.
Apa masih ada orang yang mau menerima kekurangaku? Bahkan di luaran sana masih banyak wanita sempurna tanpa cacat sepertku?
Mas Atar sungguh baik. Dari pertama kenal hingga sekarang tak ada tabiat buruk yang aku dengar juga aku lihat. Tapi sungguh aku hanya sedang tak punya percaya diri untuk bersamanya. Aku tak sempurna seperti gadis lain.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Tatananika_Sazenka
kenapa sih Nada?
2023-02-08
1
Miss Ayyyu_ptr
😢😢😢
2023-01-09
1
Miss Ayyyu_ptr
na sedang insecure😢😢😢
2023-01-06
0