***
Di kamar Mega, Nada memandangi buket bunga yang terbungkus dengan cantiknya. Ada beberapa coklat diantara bunga-bunga yang tersemat rapi dan di bungkus plastik chelopane. Di sana ada satu kartu nama tertuliskan namanya beserta note "happy graduation".
Memang namanya yang ada dalam kartu tersebut. Tertulis rapi manual menggunakan bolpoint jenis 0,5.
Jadi buket ini memang di tunjukan pada dirinya. "Tapi siapa pengirimnya?" gumam Nada sambil mengelus bunga mawar merah.
"Na, buruan hapus make up kamu! Itu ambil sendiri cleanser sama kapasnya. Ada di pouch merah dalam ransel."
Kepala Mega menyembul dari balik pintu. Tapi, setelah itu dia keluar lagi. Masih sibuk bersama keluarganya. Ada pacarnya juga datang, sehingga Nada terdampar di sini.
Bukan menyesal telah ikut ke rumah Mega, Nada sedang gundah saja. Sehingga ia memilih diam di kamar Mega. Bukan tak mau menemui siapapun melainkan hatinya masih menerka-nerka siapa pengirim buket bunga ini.
"Jika Mas Atar yang mengirim, sepertinya tidak mungkin. Dia sudah bawa boneka, 'kan." Nada menggeleng, "sepertinya bukan dia. Apa jangan-jangan ini Adit, ya? Tapi tadi saat foto bareng kok dia nggak ngomong. Adit kan, type ceplas-ceplos!"
Nada beralih pada layar pipih di atas bantal. Ia menggulir layar dan memerhatikan isi galerinya yang penuh dengan foto-fotonya. Baik yang sendiri maupun bersama teman-temannya.
Nada membidik bucket dengan latar jendela kamar Mega. Ia mengunggah ke medsos dan menuliskan caption "Thank to ... "
*
Di tempat yang berbeda, Sam sedang membantu menurunkan dua koper berserta dua dus besar yang entah isinya apa.
Setelah menyempatkan bertemu Royan dan Akmal di gedung tempat wisuda, ia segera bertolak ke bandara untuk menjemput kedua orang tuanya. Mereka membawa serta satu keponakannya yang masih berusia tiga tahun. Anak dari Alif, sang kakak.
"Om, mau main di Timezone!" Anak kecil bernama Aksel itu menarik-narik lengan batiknya.
"Iya, iya. Tapi kita ke rumah onty dulu, ya! Ketemu sama yang lain dulu, oke!"
"Mau main," rengek balita bernama Aksel sambil menghentakkan kaki.
"Mau coklat," tawar Sam lalu merogoh kantong kemejanya. Namun ...
Aduh, lupa. Udah aku kasih ke anak tadi.
Sam jadi meringis.
"Mana, Om?" tangan kecil itu menengadah.
Gawat. "Emmmm, lihat semut, yok!" Sam menggendong Aksel sebelum anak itu memberontak.
"Gak mau, huuuuu!" Aksel yang tadinya merengek jadi menangis membuat Sam kelimpungan.
"Lihat mangga, yok!"
"Gak, mau," tangis Aksel makin tersedu-sedu.
"Lihat, sapi?"
Dodol Sam, mana ada sapi? Sam menepuk bibirnya yang salah bicara.
"Lihat, Kuda?" makin ngelantur saja Sam berbicara. Mana ada delman lewat siang-siang begini.
"Sini sama Kakung!" Rusno datang menghampiri Sam yang telah menggendong Aksel yang sibuk menghapus air mata keponakannya.
"Rewel kenapa, to, Sam!" Rusno sudah mengambil alih Aksel yang masih menangis.
"Kenapa, jagoannya kalung kok nangis? Apa capek naik pesawat ,hmm?"
Aksel menunjuk Sam yang sedang menepuk-nepuk lengan batiknya. Rupanya kotor terkena sepatu Aksel. "Om gak mau di ajak ke Timezone, Akung!" adu bocah kecil itu.
"Iyain aja, apa susahnya sih, Sam! Momong anak kecil aja sampai kalah! Gimana nanti kalau jaga anak sendiri kalau gini aja nggak bisa."
Rusno tak benar-benar serius mengungkapkannya. Tapi bagi Sam, itu akan berarti berbeda. "Ya kita, kan, mau ke acara habis ini, Pa." Sam masih membela diri.
Rusno menatap sejenak pada Sam. "Tau arti menghibur nggak sih, kamu, Sam!" Rusno geleng-geleng kepala menatap putra keduanya. Ada senyum meremehkan saat ia beranjak untuk menenangkan sang cucu.
"Ck. Apaan papa, itu!" Sam memilih duduk di teras rumah. Mengambil hp dan mulai bersibuk dengan benda pipih itu.
Menunggu Tantri yang sedang merias diri di kamar dan Rusno yang tiba dari samping rumah tertawa bersama cucunya. Sam berdiri dan menengok ke samping rumah. Rupanya, ada Rusno yang sedang bersama Aksel bermain ikan hias miliknya.
"Aduh, papa! Kok kolamku di acak-acak begini!" Sam kesal karena kolamnya di buat mainan keponakannya.
"Ntar minta Bu Susi yang bersihin!" Rusno kembali melemparkan senyuman pada cucunya. Setelah tadi menoleh santai pada Sam yang paniknya kelewat batas.
"Isssh. Papa, ini." Alis Sam sampai mengkerut kesal. "Sel, Aksel!" Panggil Sam berusaha mengalihkan perhatian keponakannya. "Om punya mobil keren," Sam memberi iming-iming yang lebih menggiurkan.
Aksel segera membuang ranting dan menghampiri Sam. "Mana, Om. Aksel mau mobilnya!"
Berhasil, Sam antusias menggendong Aksel ke dalam rumah. Rusno yang melihatnya hanya tersenyum dan berlalu juga dari kolam yang dulu ia gunakan untuk berternak lele.
Sementara Sam berjalan ke gudang dan memberikan satu mobil-mobilan yang sudah di ia simpan di kardus. Rupanya Sam adalah type yang sayang terhadap barang-barangnya, terbukti mainan waktu masih sekolah dasar pun masih ada di dalam kardus.
"Horeeee!" Aksel berlarian memegangi mobil saking senangnya. Ia keluar gudang dan mencari Rusno kembali.
Sam mengembuskan napas lega. Lalu ia teringat akan ikan arwana yang belum sempat ia pindahkan ke aquarium.
*
Sore hari tamu mulai berdatangan. Sehabis prosesi siraman mbak Wulan, para tetua seperti Rusno, Kusno dan Wahid beserta istri masing-masing sudah temu kangen dengan menceritakan kesibukan masing-masing. Rusno juga ceritakan mengenai ijin yang sempat ia kira tak mendapatkan ACC atasan.
Sementara Sam punya kesibukan lain yakni mengawasi keponakannya yang super aktif. Setelah ia lelah berjalan kesana-kemari, terpaksa Aksel ia gendong dan merelakan ponselnya sebagai alat mainan baru. Gini amat jagain anak.
"Sam!"
Panggilan seorang wanita cantik berkebaya mint menghampiri Sam dan mengulurkan tangannya, "Apa kabar? Lama nggak ketemu, tau-tau punya anak segede ini! Hebat loh!"
Sam menjabat tangan wanita yang tak ia ingat siapa namanya.
"Lali, to,sama aku?(lupa, kan, sama aku)?"
Belum sempat Sam menjawab, wanita yang di ingat Sam sebagai teman SMA tadi beralih pada pipi chubby Arkan. "Hai, siapa namanya? Ututuuuuu, mirip papa rupanya."
"Sam! Mana istrimu?" tanya wanita tadi celingukan.
"Istri mana?"
"Wesss, ra bener Iki(Dah, nggak benar ini). Udah keluar anaknya pakai lupa istri lagi. Hedecc, nggak berubah kamu, Sam." Wanita tadi tak memberi kesempatan pada Sam untuk menjelaskan karena ia segera mencari tempat duduk.
Terserah lah, terserah mereka mau berfikir seperti apa.
Aksel masih anteng di pangkuan Sambsambil tertawa-tawa. Tak tahu saja Sam, yang menggerutu karena di sangka sudah punya anak.
Hal itu masih terus berlanjut pada tamu yang mengenali Sam. Baik tua maupun muda, atau bahkan teman waktu SMA yang lain. Ada satu dua mantannya dulu yang ternyata datang mewakili orang tua mereka.
Tapi nggak apa. Baguslah ada untungnya ni anak nempel terus sama aku. Jadi mereka nggak tebar pesona lagi seperti dulu.
Ramainya tamu-tamu undangan membuat Sam mendekati Tantri. Melihat sang mama terlihat lelah. Sam sengaja menggunakan Aksel untuk mengajaknya istirahat terlebih dahulu.
"Nah, temenin Uti di sini, ya. Jangan nakal. Om, mau kesana sama kakung ya!"
Tantri sendiri sedang menyiapkan susu dalam botol cucunya.
Sam beralih pada Tantri. "Capek, Ma?"
"Capeklah. Lihat tamunya pakde banyak gitu." Tantri memberi susu pada cucunya yang ada di gendongan Sam. "Turunin, Sam!"
Sam menurut, Aksel pun segera melupakan ponsel dan berganti dengan susu dalam botol.
"Yaudah, rebahan aja di sini dulu. Sam yang gantian kesana, ya. Nanti kalau udah enakan baru kesana lagi."
"Sam," panggil Tantri membuat Sam urung berlalu ke pintu kamar.
"Ada apa, Ma?" tanya Sam kini duduk di kasur sambil ikut menepuk-nepuk kaki Aksel agar segera terlelap.
"Sam kapan nikahnya?"
Pertanyaan tiba-tiba yang Tantri ucapkan membuat Sam terbelalak. "Kok, tiba-tiba mama nanya gitu? Sam masih muda, Ma. Masi_"
"Sam, mama takut aja."
"Takut kenapa, Ma?" Sam beralih memegang tangan Tantri. Melihat wajah sendu sang mama membuat Sam tak mau menebak sesuatu.
"Takut saat Sam menikah, mama udah nggak ada. Jadi, mama mau Sam segera menikah juga, ya!"
"Ma! Mama ngomong apa sih!" Sam terkejut bahkan ia meninggikan suaranya. Tak habis pikir kenapa pertanyaan itu keluar di saat seperti ini.
"Mama nggak bisa ngawasin kamu tiap hari, Sam. Mama juga pasti ikut kemanapun papa berada. Mama sadar sudah beberapa tahun jauh dari kamu. Kamu pikir mama nggak tahu bagaimana pergaulan anak muda jaman sekarang. Mama nggak ingin terjadi hal-hal yang tak di inginkan."
"Sam udah dewasa, Ma. Bukan anak labil seperti dulu. Aku rasa Mama ini hanya baper lihat mbak Wulan siraman tadi kan!"
"Mama tahu, Sam. Kamu juga sudah punya usaha mapan. Mama rasa sudah waktunya kamu memikirkan untuk cari pasangan."
Tantri tentu ingat, saat ia meninggalkan Sam di Jawa, anak itu sungguh tak bisa di atur. Sering bolos sekolah dan juga kenalan lainnya. Dan ia tak ingin kejadian itu terulang lagi. Apalagi melihat anak bungsunya sudah punya usaha mapan. Ia hanya takut Sam salah pergaulan saja.
Sam tersenyum. "Apa mama sedang merasa bersalah sekarang?"
"Iya, Sam. Bisa di bilang seperti itu."
Tantri tentu menyadari, Ia meninggalkan Sam bahkan di saat usia Sam memasuki masa remaja. Masa di mana seorang remaja membutuhkan perhatian lebih. Tapi ia bisa apa, sebagai istri ia juga harus ikut kemanapun suaminya berada.
"Ma, Sam minta doanya, ya. Secepatnya Sam akan bawa anak orang ke hadapan mama buat di jadikan mantu."
"Beneran, Sam?" tanya Tantri dengan berbinar.
Sam jadi tertawa masygul. Anak siapa yang mau aku bawa ke mama? Mau deketin cewek aja takut di tolak.
"Malah senyum-senyum!" Tantri menepuk lengan Sam, "jangan-jangan udah punya calon, kamu?"
"Doain, Ma. Doain aja," ucap Sam sambil berlalu.
Jika dia yang selalu ada di hati, Engkau perkenankan untuk jadi jodohku, maka mudahkanlah Ya Allah.
Ada bonus visual buat Sam. Ini hanya ilustrasi author saja, ya. mohon maaf bila kurang berkenan. 🙏
***
...Up sore, nih. semoga dapat menghibur 🤭...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Widya Ekasari
guannntteeeeNGEEEE
2023-03-25
0
miss©©©lee
allahu akbar,, 🥰🥰🥰🥰 cakepnya
2023-01-08
1
miss©©©lee
anak rewel tuh di hibur Sam
2023-01-08
0